Polemik pemulangan WNI eks ISIS ke Indonesia menjadi sorotan berbagai pihak, tidak terkecuali netizen Indonesia.
Banyak sekali saya lihat di media sosial yang menyatakan menolak kepulangan eks ISIS. Alasan-alasannya pun beragam. Mulai dari takutnya Indonesia menjadi lumbung aksi teror hingga komentar tak masuk akal pun diberikan.
Netizen Indonesia memang seperti itu, berkomentar tanpa memberikan argumentasi yang lengkap dan mencerahkan.
Lihat saja komentar salah satu netizen di fanpage facebook Kompasiana ini.
![Foto: Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/10/img-20200210-124519-5e40f393097f3667ac61e502.jpg?t=o&v=770)
Hujatan-hujatan itu malah membuat blunder agenda kajian pemerintah terhadap pemulangan WNI eks ISIS.
Saya paham betul atas ketakutan mereka tersebut, tetapi tidak semua WNI di sana harus dipulangkan. Yang perlu digarisbawahi iyalah pemulangan "anak-anak" yatim-piatu di sana.
Mereka itu tidak mengetahui kenapa bisa di sana. Mereka itu tidak mengetahui apa agenda yang orang tuanya lakukan di sana. Mereka butuh bermain layaknya anak-anak normal di belahan dunia lainnya.
Baca juga: Wawancara Eksklusif dengan Jurnalis yang Pernah Meliput di Kamp Pengungsian Eks ISIS Â
Apakah mereka tidak layak pulang, netizen? Apakah mereka tidak bisa mendapatkan masa depan yang cerah? Di mana hati nuranimu?
Yang berdosa itu orang tua mereka. Yang bersalah itu orang tua mereka. Bukan anak-anak kecil itu, bukan!
Bagaimana Anda bisa menghakimi anak-anak kecil itu? Bagaimana Anda bisa mengatakan mereka bersalah?
Ada kok Guru Besar Universitas hingga lembaga-lembaga yang konsen di bidang terorisme mengajak pemerintah untuk memulangkan anak-anak mantan ISIS tersebut. Silakan cari sendiri persyaratan yang mereka buat!
Bukan hanya mereka, saya, Anda, dan kita semua wajib mendukung hal ini.
Kehidupan di sana itu tidak layak. Jauh dari kata layak. Mereka seharusnya mendapatkan asuhan, mendapatkan nutrisi untuk perkembangan dirinya. Kasihan mereka, netizen.
Netizen, cobalah ketika mengetik komentar itu memakai akal sehat dan penilaian yang bijaksana. Jangan semuanya disama-ratakan.
Baca juga: Pak Jokowi, Belajarlah dari Negara Ini Terkait Pemulangan WNI Eks ISIS
Banyangkan saja anak Anda atau sepupu Anda yang tak berdosa, kemudian Anda menghukumi ia, padahal hukuman itu belum pantas padanya. Bagaimana perasaan Anda?
Sudahlah, netizen. Berikan komentar yang layak. Ingat, jejak digital itu selalu terekam.
Bagaimana nanti ketika anak-anak itu sudah besar, kemudian ia melihat komentar miring Anda terhadapnya? Bagaimana perasaannya? Anda tak tahu. Anda hanya asal ketik saja dan tak memikirkan masa depan mereka. Belajarlah menilai dengan hati (akal)!
Ah, saya jadi teringat pesan Gus Dur, "Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan."
Produk politik itu iyalah keamanan, hukum, dan sebagainya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI