Mohon tunggu...
Lukman Hakim Dalimunthe
Lukman Hakim Dalimunthe Mohon Tunggu... Penulis - Founder Perpus Rakyat

Menulis untuk Hidup

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wawancara Eksklusif dengan Jurnalis yang Pernah Meliput di Kamp Pengungsian Eks ISIS

9 Februari 2020   23:02 Diperbarui: 10 Februari 2020   09:12 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wacana pemulangan eks anggota ISIS kembali muncul ke permukaan. Hal ini diakibatkan pernyataan Fahcrul Raji, Menteri Agama Kabinet Indonesia Maju. 

"Sekarang mereka terlantar di sana dan karena kepentingan kemanusiaan akan dikembalikan ke Indonesia," ujarnya dalam sambutannya di Ancol Hotel, Taman Impian Jaya Ancol pada Sabtu, 1 Februari 2020.

Setelah pernyataannya tersebut, ia mengklarifikasinya. Padahal, itu telah menjadi pembicaraan yang ramai di masyarakat. 

Fahcrul Raji ini memang selalu blunder. Ia beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang belum selesai dikaji internal pemerintah. 

Karena hal ini telah ramai dibicarakan, saya berinisiatif untuk melakukan wawancara dengan seorang jurnalis Tempo bernama Hussein Abri Dongoran. Ia pernah meliput langsung di kamp pengungsian eks ISIS di Suriah. 

Ia pernah membuat laporan untuk Majalah Tempo edisi 15 Juni 2019 lalu. 

Hal ini saya lakukan untuk memberikan sebuah pandangan dari seseorang yang pernah pergi ke lokasi tersebut.

Wawancara ini saya lakukan via telepon seluler, Minggu, 09 Februari 2020. Berikut hasilnya.

Berapa lama abang di Suriah?

Saya ke Irak dulu tanggal 14 Mei 2019, baru bisa masuk tanggal 18 Mei di Suriah tepatnya di Rojava, itu sekitar 8 hari. Total di Irak dan Suriah itu 14 hari di sana. Pergi sendiri. Tanpa ada pengawal dari siapa pun dan tanpa ngikut siapa pun.

Bagaimana abang bisa masuk ke kamp pengungsian tersebut?

Untuk masuk ke kamp di Suriah (Rojava) itu agak repot, karena mereka  kan di bawah kekuasaan militer (pasukan kurdistan Suriah) yang berafiliasi ke Amerika. Pemerintahan Suriah kan terbelah. Bagian Assad di Damaskus. Tetapi di bagian utara itu namanya Rojava, pasukan Kurdistan Suriah.

Itu saya harus dapat izin dulu dari otoritas setempat. Pertama saya ketemu dengan juru bicara pasukan Kurdistan Suriah, namanya Mustafa Bali. Setelah tu saya ketemu dengan Menteri Luar Negeri sana (Rojava), namanya Abdul Karim Umar.

Setelah keduanya itu belum langsung dapat izin untuk masuk, saya harus ketemu Kepala Intelijen, namanya Siaman, di kawasan intelijen Rmeilan, di sini dingin sekali. Itu kunci agar dapat izin ke kamp Al-Hawl.

Setelah melalui mereka, saya harus menunggu 3 hari baru dapat izin masuk Al-Hawl. Sebetulnya saya ke sana kan pingin semua kamp bisa didatangi, tetapi karena alasan keamanan saya cuman dikasih Al-Hawl.

Kenapa Alasan keamanan? Karena sebulan lebih itu kamp-kamp ditutup bagi pendatang dari luar, karena banyak pemberontakan dari dalam. Ada yang ditusuk pisau dan lain-lainnya.

Ketika abang sampai ke lokasi kamp, apa saja yang abang saksikan?

Pertama pas masuk itu udah takjub, karena di pintu masuk (pagar-pagar besi) udah banyak ibu-ibu pakai pakaian burqa (hitam-hitam), terus ada pasukan setempat namanya  Assayis dan pasukan penjaga udah nodongin pistol supaya mereka jangan keluar, ibaratnya menertibkan lah. Tetapi anak-anak kecil lalu-lalang.

Begitu saya masuk, saya mencari warga negara kita, karena itu ada puluhan ribu orang, disuruh menyari sendiri, bukan dapat izin lalu disuruh langsung dapat gitu. Kayak mencari jarum di jeruji.

Saya langsung teriak pakai Bahasa Indonesia, karena kan itu pasti langsung gampang didengar orang Indonesia. Tiba-tiba ada orang Filiphina (anak kecil), dia nunjukin lah ke tenda ibunya. Dari situ baru keliling, banyak anak kecil di tenda-tenda itu, ya, selayaknya kamp-kamp pengungsi lah.

Baru lah sekitar setengah jam lebih nyari-nyari, ketemu, yang mau diajak ngobrol. Sebelumnya ada warga Indonesia yang gak mau saya temuin. Ya udah akhrinya saya mencari yang lain.

Kenapa saya gak memaksa? Karena kan lagi-lagi faktor keamanan, seperti saya bilang di awal. Banyak anak kecil, terus mereka (ibu-ibunya) jualan makanan, tendanya sih lumayan besar. Tetapi akses kayak air dan toiletnya, aduh, bauk sekali.

Foto: Dokumentasi pribadi Hussein Abri Dongoran
Foto: Dokumentasi pribadi Hussein Abri Dongoran

Kan ramai lagi nih bang (pembahasan mengenai eks ISIS) karena pernyataan Menteri Agama Fahcrul Raji beberapa waktu lalu terkait pemulangan mereka. Jadi menurut pendapat abang pribadi ketika sudah melihat kondisi masyarakat Indonesia di sana, bagaimana pandangan abang terhadap pemulangan tersebut?

Yang pertama kita harus mempertanyakan dulu kenapa Menteri Agama yang menyatakan terlebih dahulu. Karena kan setahu saya yang mengurusi teknis pemulangan itu kan dari BNPT, BIN, Densus, Kementrian Luar Negeri, dan lain-lain.

Setahu saya Menteri Agama tidak dilibatkan. Tapi ini sebuah iktikad baik bagi suatu negara untuk menjamin setiap warga negaranya di manapun untuk bisa kembali ke dalam negeri.

Tapi harus digarisbawahi, harus dibuat kajian se-detail dan secanggih mungkinlah, karena mereka ini kan rata-rata pintar, bisa membaca psikologi. Screening-nya itu harus jelas, lalu nanti ditanyai soal ideologi Negara, soal Pancasila, kenapa kamu mau ke Suriah?

Lalu yang mengetesnya itu harus lebih tinggi ilmunya, karena kenapa? Karena pengalaman ngobrol sama teman-teman yang bergerak di teroris maupun  eks teroris, mereka bilang kalau misalkan orang yang ilmunya lebih rendah dibanding dengan orang yang diwanwancarain (eks ISIS), nanti orang yang mewawancarai itu dapat terpapar ideologi terorisme.

Kan kalau gak salah statemen terakhir Mahfud (Menko Polhukam) mau dikaji sampai Mei atau Maret kalau gak salah. Itu kan berarti suatu, ya, akhirnya pemerintah bergerak juga kan, dulu kan hanya melempar wacana-wacana saja. Sepertinya sekarang sudah masuk tahap kajian.

Jadi abang sepakat tetapi ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah untuk pemulangan mereka gitu, contohnya gimana, bang? 

Kalau saya sih lebih konsennya ke anak-anak kecil. Karena kan anak-anak kecil itu banyak sekali yang yatim-piatu di sana, yang gak tau ngapain di sana, lagi pula yang anak-anak kecil seperti dari Paris, Denmark, dan lain-lainya juga sudah mengambil warga mereka yang anak-anak kecil itu. Karena mereka gak tahu apa-apa, tiba-tiba udah dibawa ke Suriah. Tetapi lagi-lagi harus digaris bawahi adalah harus screening yang lebih ketat.

Biar tidak kembali ke sini lalu menjadikan Indonesia sebagai ladang amaliyah (terror) mereka. Contohnya kan waktu yang di Surabaya, itu kan ibu-ibu kan. Lalu juga yang di Polres Medan. Itu kan si suami dipengaruhi sama istrinya. Nah, ternyata istri (perempuan) itu bisa lebih galak dibandingkan laki-laki dalam hal terorisme. Mengaca pada kasus itu ya.

Keterangan: Beberapa perempuan eks ISIS di Kamp Al-Hawl. Foto: Dokumentasi pribadi Hussein Abri Dongoran
Keterangan: Beberapa perempuan eks ISIS di Kamp Al-Hawl. Foto: Dokumentasi pribadi Hussein Abri Dongoran

Eks ISIS ini kan berangkatnya ke sana karena doktrin di media sosial, gimana pendapat abang tentang itu?

Itu betul, karena rata-rata itu  yang saya tanya media sosialnya itu bukan media sosial secara terbuka ya, tetapi tertutup. Misalkan orang ada twitter, ada (tweet) klik link group (rata-rata Telegram), dan mereka baru masuk telegram itu, lalu kajian-kajian  agama dan lain-lain dibahas. Akhirnya mereka tertariklah untuk pergi Suriah.

Baca juga: Hati-hati! Media Sosial Bisa Membuat Anda Tergabung dengan Kelompok Teroris

Seperti yang saya temuin itu namanya Usman Mustafa Mahdani kalau gak salah namanya, itu juga dia lewat telegram kan. Akhirnya dia berangkat ke Turki. Di Turki dia melepaskan diri dari rombongannya.  Lalu ke Irak terus k Suriah,lalu masuk ISIS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun