Mohon tunggu...
Lukman Hakim Dalimunthe
Lukman Hakim Dalimunthe Mohon Tunggu... Penulis - Founder Perpus Rakyat

Menulis untuk Hidup

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis adalah Menulis Saja

18 Januari 2020   11:38 Diperbarui: 18 Januari 2020   11:38 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Shutterstock

Judul tulisan ini kuambil dari quote Edi Mulyono, ia mengungkapkan, "Menulis adalah menulis saja. Apa saja yang diminati. Baik secara bentuk maupun kontennya. Semakin lama seseorang menulis, tentulah akan semakin 'baik dan matang'. Baik secara bentuk maupun kontennya."

Edi Mulyono merupakan founder Diva Press Group, ia telah melahirkan puluhan karya berbentuk buku. Sebagai tokoh muda NU yang aktif menulis dan mempunyai penerbitan, ia memberikan peluang besar bagi penulis-penulis muda untuk berkarya.

Edi Mulyono merupakan salah satu penulis yang banyak dikagumi penulis pemula, termasuk aku. Aku memulai menulis ketika menginjak umur 17-an. Ketika itu tulisan-tulisanku mengenai kritikan terhadap organisasi yang kujalani. Pendek, singkat, dan bersubstansi bagiku ketika itu.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai produktif menulis di berbagai media online dan cetak hingga tulisanku dibukukan bersama penulis lainnya.

Aku mempunyai karya berupa sebuah perjalanan Perpus Rakyat, naskahnya telah selesai, aku belum tahu kapan ia bisa terbit dan berjejer dengan buku-buku lainnya.

Aku juga menjadi salah satu kontributor media. Mereka meminta tulisan mengenai budaya, kesenian, komoditas, kuliner, keanekaragaman hayati dan pariwisata. Tulisan-tulisanku sudah beberapa kali terbit di sana, lumayan dapat honor untuk tambah jajan.

Aktivitas menulis ini tidak bisa didiamkan, ia harus dikerjakan secara rutin. Aku berjanji harus menulis satu judul setiap bulannya, minimalnya segitu, maksimalnya tergantung kemampuanku.

Bolehlah dikatakan aktivitas menulis ini sebagai salah satu cara untuk menjalani hidup. Istilahnya, "Menulis untuk hidup dan hidup untuk menulis". Keduanya saling berkaitan. Menulis untuk mendapatkan uang dan keabadian. Seperti itulah rutinitas yang harus dijalankan.

Aku terkadang pesimis melihat tulisan-tulisanku yang belum terbit. Ia bisa menjadi hantu bagiku sebelum tidur. Sembari berkata, "Kok belum terbit ya?" 

Hal ini menjadi kegundahan dalam pikiranku. Ketika itu tidak terbit, aku harus meminta uang kembali kepada orang tua, kalau terbit aku bisa memakai uang itu untuk menjalani hidup.

Ketika tulisan terbit, ada rasa bangga tersendiri dan kepuasan yang tak dapat diceritakan kepada orang lain. Terkadang aku mencoba berdiam diri sembari memamerkan tulisan-tulisan itu di sosial media. Tapi, itu tidak ada apa-apanya bagiku. Kenikmatan berbagi  pengetahuan itu adalah hal yang paling nikmat.

Selain menjadi kontributor bayaran, aku juga menjadi kontributor non-bayaran. Biasanya tulisan-tulisanku itu akan dimuat di media lokal. Aku tidak pernah meminta bayaran kepada mereka. Karena aku mencoba mengerti membangun sebuah media itu sulit dan penuh dengan tantangan.

Semakin aku sering menulis, aku mengatakan pada diriku, "Bahwa aku masih terlalu bodoh, banyak hal yang tidak kuketahui." Hal itu membuatku semakin bersemangat untuk selalu membaca buku, media, jurnal dan alam. Aktivitas menulis dan membaca merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kalau mau menulis, ya, harus membaca. Seperti itu konsepnya.

Aku merasa terlambat memulai aktivitas menulis ini, umurku yang memasuki kepala dua ini belum bisa se-produktif penulis lainnya. Sebut saja Cak Nun, Gus Mus, Quraish Shihab, Phutut EA, Iqbal Aji Daryono, Eko Prasetyo, Edi Mulyono, dan sebagainya.

Itu semua penulis di luar Jambi. Kalau di Jambi, aku melihat beberapa senior yang produktif menulis. Seperti Bang Musri Nauli, Bang Jumardi Putra, Kak Rini Febriani Hauri, Mbak Wenny Ira, dan sebagainya.

Rasa terlambat itu mulai hilang ketika aku mengetahui umur mereka yang sudah tua, hehe. Mungkin, ketika mereka seumuranku juga sama sepertiku. Hanya bisa melahirkan beberapa karya tulis saja. Tidak lebih. Kalaupun lebih, itu sangat luar biasa.

Aku selalu belajar mengenai tata kaidah penulisan yang baik dan benar. Sesekali belajar dari tulisan-tulisan yang menurutku bagus. Membaca media seperti kompas.com, mojok.co, basabasi.co, tirto.id dan sebagainya.

Kelak, aku akan kembali melihat semua tulisan-tulisanku sembari tertawa melihat perkembangan yang terjadi pada tulisanku. Penulis itu tidak mati, ia selalu hidup bersama pembaca karya-karyanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun