Pemburu Ikan
Bagi penulis yang rumahnya dekat dengan pantai utara di wilayah Brebes, tepatnya di Desa Randusanga Kulon, pemandangan orang berangkat dan pulang dari macing sudah menjadi hal biasa. Namun kali ini penulis bertemu dengan pemburu ikan dengan senapan yang sedikit kurang familier di pengetahuan penulis sendiri, Â apalagi dalam buruannya mendapatkan ikan yang besar dan hasilnya dijual pada bakul ikan yang ada di kampung penulis pula.
Sabtu, 30 November 2024, penulis mengikuti pengajian rutinan setiap hari Sabtu yang diselenggarakan oleh Jamiyyah Mutabi'ul Ulama (JaMU) Â dengan tempat berpindah-pindah di wilayah Brebes, Kota dan Kabupaten Tegal serta Pemalang.
Ngaji yang baru beberapa bulan penulis ikuti walaupun aktivitas ngaji JaMU sudah hampir 30 (tiga puluh) tahun, dikarenakan dari sektor Brebes sedikit yang mengikutinya dan baru bisa aktif, walaupun sebelumnya pernah mengikutinya.
Adapun pengajian JaMU di kajian rutinannya mengkaji lima kitab, yaitu ; Ihya Ulumuddin Asybah wan nadzhoir, Sab'ah Mufidah, Â Nihayatuz Zain dan Tafsir Munir yang dimulai dari jam 09.00 Wib sampai dengan dengan jam 13.00 Wib.
Kebetulan ngaji kali ini (Sabtu, 30/11/2024) bertempat di pondok pesantren API yang beralamat di Muarareja Tegal, sebelah timur tetangga desa penulis yang berjarak sekitar 6-7 Km.
Walaupun jaraknya dekat tetapi harus menyeberangi sungai dengan perahu milik masyarakat setempat dengan membayar jasa sekitar 2000 Â rupiah. Penulis sendiri sengaja mengambil jalur yang harus menyeberang untuk mengingat masa kecil penulis dan pernah bekerja beberapa tahun di Tegal yang sering melewati jalur tersebut. Dari pada harus lewat jalan lingkar yang kurang nyaman bagi penulis, mungkin karena faktor usia dan ramainya kendaraan besar dan padat yang ada di jalur lingkar utara Brebes Tegal.
Sepulang dari ngaji, penulis tetap melewati jalur yang sama saat berangkat. Namun kali ini di tempat perahu penyeberangan penulis  bertemu dengan pemburu ikan dengan senapan angin yang mendapatkan buruanya begitu besar, diprediksikan sekitar 15 Kg.
Bagi penulis tahunya hasil buruan ikan tersebut  untuk dimakan bersama-sama dengan teman-teman yang sesama berhoby pemburu ikan, ternyata ikan tersebut di jual di bakul (pengepul) ikan. Apa ini karena hasil buruannya besar apa memang  pemburu ikan sudah naik level tidak hanya hoby namun sudah meningkat menjadi pendapatan sampingan.
Saat penulis melihat ikan tersebut yang dibawa ditaruh dimotor dengan diapit antara  sipengendara dan pembonceng, penulis menyempatkan ngobrol sebentar di atas perahu penyeberangan dan  menanyakan berapa  berat ikan tersebut serta bagaimana ikan tersebut ditangkap. Â
Ternyata untuk menangkap ikan tersebut harus menyelam menggunakan kaca mata khusus dan tidak hanya satu tembakan saja sehingga ikan tersebut bisa ditangkap dengan mudah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H