Saat seseorang ngaji dengan modal ikhlas maka akan menemukan ketenangan dalam dirinya. Pemurnian  ngaji dan tujuan yang hendak dicapai, tanpa pengharapan dan pujian manusia.Â
Dari keikhlasan ngaji akan dapat melahirkan hasil maksimal, dalam prinsip hidup orang jawa istilahnya "Aja luruh Wah tapi luruh Woh," mengajilah dengan tekun, bukan karena mencari ketenaran atau popularitas (ke-Wahan) tapi ngaji untuk mendapatkan hasilnya (Woh). Mengaji untuk mengghilangkan kebodohan dan mencari keridhoan Allah Swt.Â
Ketika ngaji ada niat kurang baik, mencari ketenaran dan kehormatan, maka simpanlah hasrat tersebut, karena hasrat yang demikian tak akan membuat perkembangnan hidup kita  tumbuh dan berkembang sempurna.
Hasrat kepopularitasan, kemasyhuran ketenaran dan ingin dikenal orang banyak akan menyibukkan diri pada urusan-urusan yang tidak berguna dan mengabaikan kerja-keja yang bermanfaat bagi manusia. Cinta pada nafsu ketenaran mendorong orang untuk mengurus dirinya sendiri dan tak peduli terhadap orang lain. Sesungguhnya jika niat ngaji karena ingin terkenal, berarti dapat diindikasikan hanya mencari keridhoan manusia (Ketenaran dan popularitas mengandung makna ingin dipuji).
Sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang tidak tercapai. Cukup dengan ridha-Nya lah yang akan kita raih. Tinggalkan ucapan dan prilaku (ngaji) Â mencari keridhoan manusia dan fokus saja pada Ridha Allah Swt. Wallahu'alam bishowab.
Lukmanrandusanga, Jumat 30/8/2024. Ngaji ihya (Rabu, 12 Juni 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H