Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ujian Hidup Sebagai Sifat Kasih Sayang Allah Swt

26 Agustus 2024   19:49 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian Hidup Sebagai Sifat Kasih Sayang Allah Swt

Bismillah, memulai melakukan sesuatu dengan menyebut nama Allah Swt menjadi kewajiban bagi seorang muslim agar yang masuk pertama kali pada akal dan jiwa, nama yang indah didengar, nikmat pula diperdengarkan.

Ar-Rahman (Maha Pengasih) Allah Swt mengasihi makhluk tanpa pilih kasih. Semua makhluk mendapat rezeki dari Allah Swt. Inilah salah satu bukti Allah Swt Maha Pengasih. Selanjutnya kewajiban bagi hamba-Nya untuk meneladani sifat ar-Rahman, sebagai  sifat Allah Swt yang utama, dikarenakan semua ada dan mendapatkan segala pemberian-Nya, tak memandang apapun, karena yang ada di dunia adalah rahmat dari Allah Swt dan Allah Swt sendirilah yang memilikinya.

Sifat Ar-Rahman Allah Swt sendiri sangat luas, semua makhluk mendapatkan. Walaupun  orang tersebut berperilaku kurang baik, bahkan seorang non muslim pun mendapatkan semua, mereka tetap diberi kehidupan, rizki dan kesehatan. Sifat Rahman Allah Swt didapat sesuai dengan kondisi atau kemampuan manusia dalam mengelolanya. 

Ar-Rahiim sifat mutlak penyayang, sifat Allah yang ar-Rahim khusus untuk orang mukmin. Allah Swt yang akan memberikan kelak di akhirat nanti. Oleh karena itu orang mukmin tidak boleh iri dengan orang kafir yang mendapatkan kasih Allah Swt  di dunia, karena itu hak Sang Pencipta Allah Swt. Orang muslimlah yang harus banyak bersyukur karena ia akan mendapat dobel kasih sayang Allah Swt, baik di dunia maupun di akherat kelak.

Pada sifat ar-Rahim Allah Swt  itu sesungguhnya ada rahasia yang kadang manusia tidak merasakan rahasia tersebut. Ar-Rahim sifatnya sangat lembut, seperti dapat menjalankan perintah Allah Swt, berdzikir dan bertasbih untuk mengingat dan memuji-Nya, mendapatkan rizki, kelak pertemuan dengan Allah Swt dan kenikmatan yang lain.

Kita berharap  kepada Allah Swt agar mendapatkan sifat rahman rahim-Nya, menjadi orang pilihan-Nya dan selalu mendapat kebaikan dari-Nya. Walaupun perilaku kita bermacam-macam coraknya, ada  baik dan ada pula yang kurang baik. 

Seseorang dapat dikatakan layak maupun  tidak mendapatkan rahmat (kasih sayang), itu hak veto Allah Swt sendiri dan versi Allah Swt pula, bukan menurut penafsiran manusia apalagi keyakinannya yang kadang mengedepankan nafsu. Rahmat yang meliputi rahmatan lil'alamin, atau rahmat bagi seluruh alam.

Ar-Rahman ar-Rahim, setelah lafadz robbil aa'lamin (Allah sebagai penguasa alam), Allah Swt menjadi  pemilik dan penguasa alam semesta, tidak menunggu  pemilihan dan lain sebagainya. Allah Swt mendidik dan juga mengasuh, guru (murobbi) mendidik fisik, mental dan akhlak manusia, sehingga bila ditemukan ada manusia yang tidak baik, kemudian terkena marah atau ditegur-Nya, ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt pula.

Sebagaimana gambaran seorang pendidik yang melakukan pendidikan dan pengajaran sedikit keras pada peserta didik, perilaku keras tersebut bertujuan agar ada rasa takut dan patuh terhadap guru. Disadari ataupun tidak kadang kita ditegus dengan keras oleh Allah Swt dengan cobaan fisik (sakit) dan persoalan hidup. Hal ini mungkin karena kita nakal, banyak melanggar aturan Allah dan tidak taat pada perintah-Nya. 

Kalau semisal ditemukan ada anak nakal di sekolah maupun di tengah-tengan kehidupan masyarakat kemudian dibiarkan, dimungkinkan akan berkembang terjadi kerusakan pada diri anak tersebut bahkan orang lain maupun lingkungan sekitarnya akan mendapatkan dampak jelek dari kenakalanya. Begitu juga ketika dicubit oleh Allah Swt  (diingatkan) dalam bentuk cobaan berarti Allah  Swt sayang pada kita. Oleh karena itu, ukurlah diri kita dengan perilaku yang kurang baik (kerewutan diri) sehingga  kita layak mendapatkan jeweran (teguran) dari Allah Swt.

Segala macam tantangan dalam kehidupan dapat menjadi wujud kasih sayang Allah Swt, seperti diberi rasa sakit agar manusia kembali ingat pada Allah Swt. Peringatan Allah yang terus menerus dan berulang kali, yang demikian merupakan bentuk sifat rahman rahim Allah Swt. Dari peringatan ini pula diharapkan manusia akan datang bersimpuh dihadapan-Nya, berdoa memohon ampunan, mengakui kesalahannya. Sehingga akan kembali mendapatkan rahmat  Allah Swt, diberi rizki, dibangkitkan dan dipulihkan  kembali kehidupannya. 

Dilafadz ar-Rahman ar-Rahim yang kedua, di dalamnya ada kebijaksanaan yang agung dan luhur yang Allah Swt terapkan pada manusia. 

Pada saat seseorang sedang ujian tentu akan mendapatkan sertifikat kelulusan penilaian dari hasil ujian. Hal ini sama halnya ketika manusia berada didunia (sedang sekolah) kemudian ada ujian (cobaan dan amalan ibadah). Kelak ia akan mendapatkan sertifikatnya yang berisi nilai ibadahnya kelak di akhirat  diperlihatkan. Nilainya baik atau kurang baik, perilaku kita banyak yang benar apa salah.

Sedangkan untuk menambah nilai-nilai baik pada buku catat (raport) dapat dengan cara melakukan  hal-hal yang sifatnya amaliyah sunnah. Karena pokok dari nilai ujian amaliyah wajib di dunia tidak dihilangkan. Jadikan amalan sunnah sebagai poin tambahan nilai saja.

Oleh sebab itu, janganlah menjadi orang yang rajin melakukan sunnah tetapi wajibnya ditinggalkan. Inilah hal salah yang harus segera dibetulkan. Bentuk amalan ngaji yang dilakukan dapat dijadikan sebagai bentuk koreksi adanya syariat atau petunjuk hidup yang telah Allah tetapkan pada manusia, apakah manusia mengatahui sebagaimana Allah tetapkan dalam firman-Nya dan hadits yang disampaikan oleh utusan-Nya.

Senang berkumpul dengan orang baik akan terbawa baik, sebagaimana ketika  berada di sisi penjual minyak wangi, akan terbawa ikut wanginya. Kemuliaan seseorang bisa karena dirinya memang dimuliakan oleh Allah Swt. Tetapi ada juga orang menjadi mulia karena bersama orang-orang mulia.

Kita hidup sekarang ini bukan berada di kelas para Nabi maupun syuhada, akan tetapi kita berusaha semaksimal mungkin untuk berada di kelas sholihin, walaupun tingkatan ini juga sangat berat. Sifat sholihin sebagai orang yang sama baiknya, antara baik lahir maupun batin. Orang yang akidahnya benar dan amalnya sesuai pedoman sunnah dan ketaatan kepada agamanya.

Allah Swt menginstal manusia ada sifat rasa takut dan seneng. Takut ini agar manusia memiliki rasa takut ketika berbuat salah dan merasa bersalah saat berbuat dosa. Begitu juga dengan sifat senang Allah Swt membuat manusia senang dengan ciptaan yang ada di dunia dan segala pemberian-Nya (menjadi manusia bersyukur). Pada sisi lain ciptaan manusia ada bentuk dan perilaku yang bermacam-macam, oleh karena itu janganlah berprasangka buruk yang berlebihan terhadap ciptaan Allah Swt, karena hal itu sama halnya dengan kita menjelekkan ciptaan Allah Swt.

Semua manusia dan makhluk di alam semesta ini ciptaan Allah  Swt. Dia pula yang merawat dan memilihara. Jika ditemukan ada makhluk yang tidak sesuai dengan pemikiran dan sifat kita, mereka itu juga makhluk ciptaan Allah Swt. Sehingga tidak layak bagi manusia untuk menghinanya.

Keimanan seseorang merupakan rahasia Allah Swt, seperti ada orang yang mengaku beriman kepada Allah Swt padahal menurut Allah sendiri tidak beriman. Ada juga yang mengaku  beriman tetapi tanpa diuji. Dalam diri manusia ada yang berpura-pura mengikuti ajaran agama islam, beriman kepada Allah Swt tetapi sebenarnya hati mereka ingkar.  Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surah Al-Ankabut ayat 2-3. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan untuk mengatakan, 'kami telah beriman' tanpa diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah benar-benar tahu orang-orang yang tulus dan orang-orang yang dusta."

Allah Swt dipastikan akan menguji manusia yang beriman agar menjadi jelas tingkat kebenaran dan keteguhan mereka. Pengakuan iman itu masih harus dibuktikan dalam bentuk sikap dan tindakan ketika menghadapi ujian dan cobaan. Inilah konsekwensi bagi seseorang yang menyatakan keiman kepada Allah Swt. 

Rahasia kenikmatan Allah Swt bila diterima oleh seorang mukmin akan membuat dirinya semakin baik. Oleh karena itu mari kita shalihkan diri kita, memperbaiki hubungan kepada Allah Swt, manusia dan alam semesta, tunaikan kewajiban sebagai seorang hamba, sedangkan masalah urusan hidup kita biarlah Allah Swt yang mengatur-Nya. Wallahu'alam bishowab.

 Lukmanrandusanga (26/8/2024) Petikan catatan ngaji bersama KH. Moh. Miftah Anwar malam jumat Pahing, 22/8/2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun