Menapaki Jalan Gunung Lio
Cerita jalan melewati Gunung Lio, yang lokasinya berada diperbatasan Kecamatan Banjarharja dan Salem Kabupaten Brebes, penulis ketahui sebagai jalan yang penuh keunikan.
Baik dari cerita yang disampaikan oleh taman-teman penulis, atau yang penulis dapatkan dari media cetak maupun elektronik yang telah dibukukan oleh para penulis.
Melewati jalan Gunung Lio, dapat juga menjadi standar seorang supir yang handal. Karena banyak pengendara mobil yang tidak berani mengendari mobil, ia lebih memilih joki supir yang ada di sekitar wilayah setempat dari pada harus mengendari mobilnya sendiri.
Jalan Gunung Lio menurut penulis sendiri dari informasi yang didapat menjadi salah satu jalan yang penuh legenda, cerita berbagai persi, ada mistis dan logika realitis serta tak kala pentingnya juga pemandangan yang  indah di sepanjang jalur Gunung Lio.
Disamping kengerian jalanya yang sering longsor, kanan kirinya jurang yang curam dan lapisan bukit benteng alami buatan pemberi warna cabai, serta pohon yang ada di samping jalan, menambah suasana para pengguna jalan harus semakin meningkatkan konsentrasi dan terus berdoa.
Jalan Lio juga ada yang menyebut jalur maut, mungkin karena banyak kelokan, tikungan tajam, tanjakan dan turunan yang tajam serta sering terjadi kecelakaan.
Sebelum penulis melewati jalan Gunung Lio, berbagai literasi dan informasi penulis cari dan kumpulkan. Termasuk kondisi cuaca dan kelancaran dalam perjalanan melewati Gunung Lio. Tak kala pentingnya juga kondisi kendaraan yang digunakan, semua dicek harus sehat, terutama kondisi rem yang harus pekem.
Dzikir yang Tak Berhenti
Singkat cerita saat akan melewati jalan Gunung Lio, penulis mencoba untuk rileks, yakin bisa dan tetap terus berdoa serta bersholawat sepanjang jalan melewati Gunung Lio.
Sahabat-sahabat penulis yang satu mobil saat masuk jalan lintasan Gunung Lio (10/11/2023), terdengar juga mengeraskan dzikirnya.
Saat sedang berada di jalur jalan naik, tiba-tiba ada mobil didepan punulis berhenti. Hal ini membuat penulis agak panik, apalagi sahabat penulis yang melihat kebelakang, jalanan turunan tajam, kanan kirinya jurang, maka  semakin terdengar keras dzikirnya.Â
Tetapi anehnya sahabat yang ahli puasa dan dzikir satunya, yang berada di mobil bersama-sama penulis, justru ngantuk terlelap di jalan yang penuh kelak-kelok yang tajam.
Perjalanan melewati Gunung Lio yang biasanya hanya menjadi penumpang, berubah menjadi supir, tentu sangat terasa sangat bedanya bagi penulis.Â
Cerita tentang kengerian jalan Gunung Lio, alhamdulillah bisa dilewati penulis dengan selamat dan aman sampai tujuan walaupun  banyak keringat dingin keluar dan tegang dalam perjalannya.
Semoga pengalaman indah dan ngeri di Gunung Lio dapat menjadi pembelajaran akan keagungan dan kekuasaan Allah Swt yang luar biasa, yang membuat kita untuk selalu memohon keselamatan kepada-Nya atas semua perjalan yang dilakukan kita dan keselamatan untuk semua pengguna jalan Gunung Lio. Aamiiin.
Lukmanrandusanga (Selasa, 11 Nopember 2023).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H