Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ngaji Bersama Gus Baha di Haflatul Hidzak Pondok Tahfidz Yanbu'ul Qur'an Putri Kudus

8 November 2023   12:46 Diperbarui: 8 November 2023   12:56 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Izzatin Nauli al-hafidhoh, khotimat angkatan ke-45 Ponpes Yanbu'ul  Putri Kudus. Dok. pribadi

Ngaji Bersama Gus Baha di Haflatul Hidzaq Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Putri Kudus

Menghadiri acara khotmil Quran adik penulis Izzatin Nauli di Kudus, Senin (6/11/2023),  penulis mendapatkan kebahagiaan tersediri. Karena dapat berkumpul dengan para penghafal dan ulama ahli Al-Quran dan juga mendapat tausiyah dari Gus Baha, yang kebetulan didaulat menjadi pembicara pada acara tersebut.

Gus Baha saat memberikan tausyiah.  Dok. pribadi 
Gus Baha saat memberikan tausyiah.  Dok. pribadi 

Mendapatkan kesempatan 

mengaji dengan Gus Baha secara langsung, ulama muda yang diakui keilmuanya, baik di bidang tafsir, hadits, fikih maupun bidang ilmu lainnya, merupakan kesempatan dan kebahagiaan penulis untuk bisa ikut mengaji bersamanya, yang sebelumnya juga pernah ikut ngaji bersama beliau di Bedug Pangkah Tegal pada tahun 2020.

Ada beberapa nasehat yang dapat penulis petik dari ceramah beliau pada acara Haflatul Hidzaq (Proses terakhir setelah berjuang mengikuti tes simaan 30 juz secara bil ghoib dan hanya dilaksanakan 1 kali dalam setahun) ke 45 Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an Putri Kudus.

Pertama, membaca Al-Quran harus dengan tajwid, nasehat  ini menurut penulis, bertujuan untuk menguatkan pada Khotimat (sebutan bagi santri yang lulus simaan 30 jus) yang berjumlah

78 khotimat, berasal dari jawa dan luar jawa serta para orang tua dan keluarga khotimat yang ikut hadir pada acara Haflatul Hidzaq tersebut.

Kedua, Al-Quran sebagai panduan hidup. Jadikan Al-Quran sebagai ilmu yang terus dikaji dari berbagai sisi manapun. Karena dengan mengkaji Al-Quran tidak akan pernah ada habisnya. Para santri juga harus mampu memotivasi diri dan tidak kaget terhadap persaingan dan berbagai perubahan jaman di era sekarang ini.

Ketiga, tanda-tanda kanabian Nabi Muhammad Saw dan kecerdasan Siti Khotijah. Nabi Muhammad Saw akan menjadi Nabi, awalnya tidak tahu bahwa dirinya adalah orang yang dipilih menjadi Nabi. Namun dari pemahaman literatur kitab yang Siti Khotijahlah baca dan pahami, dan juga dikenal sebagai wanita cerdas,  baik dalam perdagangan dan pemahaman keagamaan yang dipelajari sebelumnya, sehingga Siti Khotijah ingin lebih jauh tahu tentang sosok Nabi Muhammad Saw dan berusaha mencari kebenaran tanda-tanda keistimewaan dan kenabian. Alhasil menyuruh Maisyarah pembantu laki-lakinya untuk mengamati perilaku dan peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw.

Maisyarahpun melaporkan kepada Siti Khotijah, bahwa Nabi Muhammad Saw selama perjalanan dagang selalu mendapatkan keteduhan dari awan dan pada saat berteduh di bawah pohonpun mendapat keteduhan, walaupun saat itu menurut logika kalau matahari ada disebelah barat, maka sisi yang teduh di sebelah timur. Namun ketika Nabi Muhammad Saw duduk istirahat sebelah barat pohon, batang dan dahan pohon melindungi Nabi Muhammad dari terikan matahari.

Peristiwa selanjutnya ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad Saw mengalami ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi, namun ditangan Siti khotijah mampu menenangkan dan mengajak Rasulullah kepamannya Waroqoh seorang Rahiib saat itu untuk konsultasi tentang peristiwa yang dialaminya. 

Dari Waroqah tersebut mendapatkan jawaban bahwa orang yang mendatangi Nabi Muhammad Saw adalah sama halnya yang telah mendatangani Nabi Musa As. "Sayang saya sudah tua, kalau nggak aku yg akan menolong kaummu saat engkau di usir" ujar Waroqah. Ucapan Waroqah inipun terbukti  setelah 13 tahun kemudian pada saat Nabi Muhammad Saw berumur 53 tahun.

Kecerdasan Siti Khotijah juga di buktikan saat Nabi Muhammad Saw bercerita bahwa temannya datang lagi, maka Siti Khotijah membuka aurat (tidak dijelaskan yang terbuka apanya), kemudian Siti Khotijah bertanya? "Apakah temanmu masih ada?" Nabi Muhammad Saw menjawab "Sudah pergi." Jawaban ini semakin yakin bahwa yang datang adalah Malaikat, sebab Malaikat tidak akan melihat aurat perempuan.

Inilah kecerdasan Siti Khotijah yang mengetahui tanda-tanda kenabian lewat literasi yang dibaca dan hasil konsultasi dengan pamanya Waroqah.

Penulis memahami apa yang disampaikan oleh Gus Baha dalam acara haflah Hidzaq menjadi nasehat yang sangat luar biasa bagi para alumni putri Yanbu'ul Quran yang telah lulus diuji 30 jus bilghoib (hafal diluar kepala).

Berfose bersama keluarga setelah acara haflah, dokpri.
Berfose bersama keluarga setelah acara haflah, dokpri.

Selamat ya de, dan makasih engkau telah menghadiahkan mahkota untuk almarhum orang tua kita, abah H. Mohammad Ichsan, semoga selalu terjaga hafalannya. Aamiiin.

Lukmanrandusanga (Selasa, 7/11/2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun