Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencetak Keturunan yang Shalih dengan Keshalihan Orang Tua

20 Juni 2023   12:26 Diperbarui: 20 Juni 2023   14:41 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Subhan Ma'mun saat memberikan ceramah. dokpri

Mencetak Keturuan yang Shalih Dengan Keshalihan Orang Tua

Pasarbatang Minggu, 18 Juni 2023, tausyiyah KH. Subhan Ma'mun pada acara Walimatul Ursy Nauval dan Umdah (NU)  putri Ust Akhmad Ahsani.

Dalam ceramah Walaimah Ursy, KH. Subhan Ma'mun mengatakan di depan kedua mempelai dan tamu undangan. Penulis mencoba menuangkan kembali dalam catatan yang sangat sederhana dan apa-apa yang dipahami oleh penulis sendiri.

Menurut KH. Subhan Ma'mun pernikahan merupakan suatu cara untuk melestarikan keturunan yang baik, sebagai dambaan dari setiap orang tua. Begitu juga pada setiap anak yang dilahirkan, mereka juga berharap kelak menjadi anak yang baik salih dan sslihah.

Dari keturunanya pula, para orang tua berharap anaknya kelak bisa mengangkat derajat, harkat dan martabat kedua orang tua serta keluarga, baik secara strata sosial, agama, pendidikan, keilmuan maupun ekonomi. Atau setidaknya mempunyai derajat yang sama atau bahkan sampai mampu melebihi orang tuanya dari berbagai dimensi.

Tak bisa disangkal pula, bahwa salah satu yang bisa mengangkat harkat dan martabat orang tua adalah profesi atau pekerjaan seorang anak. Namun dalam prakteknya, ternyata tidak semudah yang  diharapkan. Sebab pada kenyataannya banyak anak-anak yang saat dewasanya mempunyai profesi yang tidak dinginkan oleh orang tuanya. Bahkan yang lebih miris, ada juga profesi anak yang secara strata sosial berbanding terbalik 180 derajat dengan orang tuanya.

KH. Subhan Ma'mun mengatakan saat memberi ceramah di rumah ustadz Ahsani, bahwa anak (keturunan) terbagi dalam tiga kelompok.

Pertama, Sabik yaitu anak yang memiliki kelebihan dari orang tuanya, baik secara ilmu, pendidikan, kekayaan maupun jabatan. Seperti orang tuanya mengajar di tingkat pendidikan dasar sedangkan anaknya mengajar di perguruan tinggi menjadi guru besar. Orang tuanya jutawan anaknya milyader.

Kedua Lahik kepandaian maupun kepemilikan seorang anak sepadan dengan yang dimiliki oleh orang tuanya. Baik dari sisi akhlak, dermawan dan penyampaian dalam membahas keilmuan sama seperti kedua orang tua atau kakek-neneknya.

Ketiga keturunan Mahik yaitu orang tua yang memiliki keturunan yang merusak. Jasa kebaikan yang pernah ditanam  orang tuanya, dirusak bahkan  diputus shingga apa-apa yang pernah diwariskan tidak nyambung. Seorang anak yang derajat, ekonomi, dan pangkat lebih rendah dari yang dimiliki orang tua. Mudah-mudah kita terhindar dari memiliki keturunan yang Mahiq. Aamiiin.

Mari renungkan secara spontanitas maupun mendalam. Hidup ini memang terkadang bukan pilihan. Akan tetapi di dalamnya ada pilihan-pilihan. Ada anak yang menjadi Sabiq, Lahiq, atau Waladun Mahiq. Semua ada konsekwensinya dan si anak atau orang tuanya harus siap menerimanya ketika itu sudah menjadi garis nasibnya.

Tugas orang tua tetap menjaga keshalihan anaknya, meneruskan perjuangan kakek neneknya, agar keturunannya menjadi keturunan yang shalih. Kadang kita menemukan bahwa keshalihan anak kita ada pengaruhnya dari silsilah keluarga sampai ketujuh keshalihan orang tua kita.

Kebaikan orang tua menjadi turun temurun anak, orang tua menjadi potren perilaku anak. Anak juga diwarisi kebaikan, akhlak,  ketaatan kepada Allah Swt termasuk didalamnya orang tua wajib menjaga, apa-apa yang dimakan dan didapat dengan cara yang halal.

Dengan kehalalan apa yang dimakan orang tua akan membuat; semangat ibadah taat bagi orang tua sendiri dan anak, keturunan yang shalih-shalihah dan rizki yang melimpah dan barokah.

Tidak hanya kehalalan yang perlu di ingat bagi orang tua, namun tidak bisa lepas juga orang tua mengingatkan untuk sholat lima waktu, jangan sampai anak-anak kita meninggalkan sholat.
Perintahkan keluarga kita untuk sholat dan sabar serta agar tetap dalam kondisi taqwa hingga akhir hanyatnya.

Sebagai koreksi dalam diri, mungkin kalau rizki yang kita dapatkan dalam kondisi seret atau susah, bisa juga karena dampak dari menjalankan sholat yang terseok-seok. Mulai dari waktu, tempat dan kondisi saat menjalankan sholat.

Sholat yang kita jalankan dalam rangka menghadap Allah Swt sepertinya dalam mempraktekan ibadah sholat tersebut mudah, namun susah juga dalam menjalankan, istilah orang Brebes (gampang-gampang angel)

Dengan sholat pula menurut K Mamun dalam catatan kaki dikitab tafsir jalalain yang ditemukan oleh KH. Subhan Ma'mun, bahwa dengan melakukan sholat yang terus menerus maka tidak akan putus rejekinya dan akan hasil seluruh cita-citanya.

Sesungguhnya Allah Swt telah mencanangkan dan memberikan semua apa yang di bumi dan langit untuk manusia, maka jadilah pelopor untuk merawat bumi dan seisinya,   berbuat baik sesamanya bukan menjadi manusia perusak.

Pada kesempatan ini, kita
tidak perlu panjang-panjang dalam memberi nasehat  kepada pasangan baru kali ini, kalau ingin mencetak kader yang shalih maka  dengan cara  keshalihan orang tuanya dan
mencari serta makanan yang halal.

Oleh karena itu selektiflah memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang berkualitas baik fisik dan sifatnya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa keshalihan para orang tuanya agar bisa diturunkan. Artinya karena keshalihan bapak-ibu atau kakek-nenek, Allah Swt menjaga anak keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu mereka kelak juga menjadi orang yang shalih.

Sebagaimana K. Idris bin Kamali saat menjawab pertanyaan K. Zaki kakak KH. Subhan Ma'mun menantu K. Ma'mun pengasuh pertama  Pondok Pesantren Assalafiyah, tentang minta doa agar memiliki anak yang shalih. K. Idris mengatakan keturunan dari orang-orang shalih maka akan shslih, nggak usah khawatir

Dari apa yang dipahami penulis, catatan walimah di rumah Ustadz Ahmad Akhsani,  pilihlah pasangan hidup yang shalih dan keturunan yang shalih pula, ini menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Wallahu'alam  bishowab.

(Lukmanrandusanga)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun