Wanyad Mengingatkan Tanpa Harus Bicara
Wanyad merupakan nama tokoh dalam sebuah cerita yang sering penulis tuangkan dalam berbagai cerita ala orang kampung. Memakai nama Wanyad sendiri karena nama ini  sudah familier ditelinga masyarakat Brebes pantura dan nama Wanyad juga memiliki keunikan dari berbagai hal lini kehidupan.
Kini, penulis mencoba kembali menyuguhkan Wayad dari sisi kehidupan dalam rumah tangganya.
Sosok Wanyad ini merupakan kepala rumah tangga, memiliki istri dan anak. Rumahnya sangat sederhana sekali, menghadap sungai dan dikelilingan tambak yang rusak terkena abrasi, tidak ada sepada motor apalagi mobil. Aktivitasnya kadang menggunakan perahu dan sepeda ontel, untuk memenuhi kehidupan kesehariannya. Bahkan hinggga menghantarkan anak sekolah dan orang sakit kadang harus menggunakan perahu hingga jalan utama desa.
Dalam memiliki pasangan hidup berumah tangga biasanya antara suami dan istri memiliki kesamaaan, satu prekwensi dan misi yang sama. Artinya pilihan pasangan hidup Wanyad tidak bedah jauh dengan perilaku Wayad pula.
Ada kebiasaan yang kurang baik dalam keluarga Wanyad. Salah satunya ruang tamu yang seharus di isi meja dan kursi saja, kadang masih ada piring dan gelas. Kebiasaan makan di ruang tamu dan tidak langsung dibersihkan menjadi kebiasaan  yang kurang baik pada keluarga Wanyad dan sangat tidak layak dicontoh.
Pernah suatu hari saat ada tamu, Wanyad langsung membersilahkan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu yang masih banyak piring, gelas dan sendok.
Setelah tamu dipersilahkan duduk, Wanyadpun tidak mempedulikan apa-apa yang ada dimeja. Ia fokus terhadap obrolan dan maksud kedatangan tamu. Gelas dan piring masih tetap ada di meja.
istri Wayad yang namanya Kapsah atau panggilan sehariannya Yu Kapsah, termasuk orang yang tidak peduli terhadap kehadiran tamu suaminya.
Ketika Wanyad suaminya ada tamu, Kapsah hanya asyik duduk di dapur mengurusi kesibukan dirinya sendiri, dengan mendengarkan radio lagu tarling Cirebonan, sebagai hiburannya tersendiri setelah mengambil ikan dan udang di sungai yang menjadi pekerjaan keseharianya. Maklum saja saat itu Wanyad sedang kurang sehat, sehingga pekerjaannya digatikan oleh Kapsah.
Saat Kapsah sedang asyik-asyiknya mendengarkan lagu tarling, tiba-tiba dikagetkan kehadiran tetangga yang  masih saudara masuk lewat pintu belakang, dengan bermaksud mau pinjam piring untuk tempat nasi ketan yang akan dibagikan kepada para tetangga. Maklum saja, yang namanya piring di desa terpencil Wanyad masih kurang dan termasuk katagori barang yang mahal dan langka.