Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Haikal Santri Kedua yang Khatam Mengaji Bersama Penulis

21 Maret 2023   21:55 Diperbarui: 21 Maret 2023   22:40 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis saat mengajar bersama santri kecilnya/dokpri

Haikal Santri kedua yang Khatam Mengaji Bersama Penulis

Randusanga Kulon Brebes, selasa (21/3/2023) menjadikan datangnya Ramadhan kali ini, ditahun 1444 H. Penulis sangat bahagia karena satu lagi satri kecilku dapat mengkhatamkan Al-Quran.

Santri penulis yang khatam ngaji kali ini bernama Muhammad Haikal putra Bapak Usman, kelas VII MTs  Negeri Brebes. Ia mengaji bersama penulis kurang lebih hampir empat tahun, sejak penulis mulai mengajar mengaji al-Quran.

Awal ngaji Haikal diantar oleh neneknya, kemudian bersama teman-teman lainnya dengan berjalan kaki sampai berangkat ngaji dengan naik sepeda motor. Maklumlah jaraknya agak jauh, kurang lebih  satu kilo meter dari rumah penulis.

Semangat para orang tualah yang membuat anak yang mengaji dengan penulis dapat mengkhatamkan Al-Quran. Usia anak-anak masih sangat mudah untuk diatur oleh para orang tua. Berbeda kalau sudah masuk usia awal remaja yang sedikit bandel dan sok tahu serta agak susah untuk diatur.

Adapun para orang tua yang kurang serius dalam menyuruh anaknya untuk mengaji. Rata-rata tidak sampai khatam sudah berhenti mengaji. Walaupun rumahnya santri di samping kanan kiri, depan belakang rumah penulis.  Ini salah satu tantangan menjadi guru mengaji dikampung.

Awal Membuka Mengaji Al-Quran

Awal mengajar mengaji penulis karena tertantang dengan kondisi anak-anak yang penulis temui memiliki ganguan psikologis, seperti ada yang hiperaktif (kondisi dimana anak tidak bisa diam atau bahkan sulit untuk fokus), slow learner (anak mengalami lamban belajar, lamban terampil, dan lamban memahami suatu informasi yang diperoleh atau ditangkapnya), serta anak yang gagap di usia lebih dari dua belas tahun.

Dengan bermodal belajar ilmu psikologi dari S1 dan S2 Bimbingan Konseling serta Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis mencoba untuk menerapi mereka dengan membaca al-Quran.  

Ditambah pengalaman mengajar dari MI sampai perguruan tinggi yang pernah penulis jalani. Serta Ijasah Al-Quran yang penulis dapatkan dari KH. Abdul Salam Hadi Buntet Pesantren Cirebon, semakin yakin harus mencoba untuk melakukannya.

Alhamdulillah menjadikan keberkahan bagi penulis sendiri untuk dapat mengajarkan Al-Quran pada anak-anak tetangga di sebagian masyarakat Randusanga Kulon.

Di tahun awal sangat susah untuk mengajar mereka, namun dengan ketekunan belajar membaca Al-Quran persoalan hiperaktif,  slow leaner dan gagap dapat penulis atasi walaupun jauh dari kesempurnaan dari yang pernah dilakukan oleh para ahli dalam mengatasi ganguan psikologis.

Keyakinan penulis tentang ayat-ayat Al-Quran dapat dijadikan obat, membuat penulis semakin yakin akan dapat mengatasi ganguan psikologis yang dialami oleh anak-anak yang ada di sekitar rumah penulis.

Usia anak yang dapat dikatakan usia bermain, ketika mengaji dengan penulis pun, baik sebelum dan sesudah mengaji mereka tetap bermain. Sehingga bercampurlah anak-anak yang mengalami gangguan psikologis dengan anak yang normal belajar mengaji bersama-sama.

Pemberian perlakuan yang sama dan tidak boleh saling menghina menjadi modal bagi penulis untuk semakin yakin akan kesuksesan menerapi mereka melalui membaca al-Quran.

Mengajar al-Quran di Teras Rumah

Mengajar ngaji Al-Quran bersama penulis di teras rumah, setelah sholat maghrib  sudah berjalan hampir empat tahun lebih dan alhamdulillah sudah dapat mengkhatamkan dua santri kecil penulis.

Komitmen dan usaha yang kuat untuk mewakafkan waktu setelah sholat Maghrib, membuat penulis sangat sulit untuk meninggalkan rumah. Rasanya tidak tega meninggalkan semangat ngaji santri kecilku.

Penulis tidak mampu membayangkan semangat ngaji  mereka, yang kadang saat hujan dan  banjir rob tetap berangkat. Saat berangkat mengaji, meraka ada yang berjalan kaki, naik sepeda dan sepeda motor.

Banjir rob yang selalu menggenangi jalan raya Randusanga, sepertinya  tidak menjadi halangan untuk tetap mengaji. Hal ini pula yang membuat penulis semangat untuk tetap mengajar dan tak meliburkan jadwal mengaji, walaupun air rob telah menghalangi jalannya.

Rasanya kasihan kalau ngaji libur, ketika penulis ada kegiatan ke luar kota seperti ikut ziarah dan acara kegiatan bersama teman-teman pengajian yang penulis ikuti. Tetapi biasanya digantikan oleh istri maupun anak penulis yang mengajar ngaji.

Sebagai tambahan informasi, santri awal penulis mengajarkan Al-Quran berasal dari anak-anak tetangga. Sedangkan kalau ada yang tidak berangkat mengaji, esoknya harinya penulis mendatangi orang tua yang anaknya tidak berangkat ngaji agar ikut mengingatkan anaknya agar berangkat mengaji . Hal ini  sangat efektif menurut penulis agar anaknya berangkat mengaji terus.

Prinsip yang saya sampaikan kepada para orang tua yang anaknya mengaji pada penulis "Jangan kasih uang jajan kalau tidak mau mengaji". Hal ini dilakukan penulis karena setiap sore dipastikan orang tua mengasih uang jajan pada anaknya.  Sehingga prinsip uang jajan dikasih kalau mau ngaji. Sedangkan kalau tidak mau ngaji tidak dapat uang jajan. Hanya sebaga stimulus agar mereka mau berangkat mengaji. Namanya saja anak-anak.

Mohon doanya saja dari pembaca, agar penulis dapat istiqomah mengajar Al-Quran di teras rumah bersama anak-anak tetangga dan sebagian anak-anak masyarakat Randusanga Kulon. Aamiiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun