Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Nyai Liah Buntet Membimbing Santri Tanpa Mengenal Lelah

25 Juli 2022   20:29 Diperbarui: 25 Juli 2022   20:41 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dan keluarga bersama mempelai anak pamanku Muhammad Izuddin Abil Fida. Sumber: Dok. Pri.

Mungkin ibu tahu dan memiliki rencana yang baik untuk santri seperti aku ini.

Ibu Nyaiku, dalam pandangan penulis adalah sosok wanita yang menjadi guruku sejati, guru kehidupan, guru masa depan, dan guru ketauladanan

Beberapa pesan yang terus aku ingat dari Ibu Nyai dan beliaupun katakan pada semua santrinya yang mau pulang maupun pindah ke pesantren lainnya.

"Sira aja bae ninggal sholat." (Indonesia: Kamu jangan sampai meninggalkan sholat)

Pesan spiritual dari seseorang yang peduli kepada santrinya agar menjadi manusia yang tidak meninggalkan sholat.
 
Ucapan beliau, layaknya teguran keras bagi diriku, ketika terlena dengan urusan dunia dan pekerjaan rutinitas yang dijalani, ketika lupa akan waktu sholat.

Beliaupun mengingatkan sholat, setelah penulis pulang sekolah. Saat itu penulis sekolah di MTs NU Putra II Pondok Buntet Pesantren. Biasanya beliau mengatakan.

"Wis Sholat durung?" (Indonesia : Kamu sudah sholat belum?
Akupun hanya menjawab "Sampun bu,"  (Indonesia : Sudah bu)

Mengingatkan sholat yang dilakukan Ibu Nyaiku, tidak hanya setelah pulang sekolah saja. Saat mau makan pagi, sebelum berangkat sekolah. Beliaupun masih sempat mengingatkanku dan santri yang lain akan  sholat subuh.

Aktivitas silaturahmi yang penulis lakukan, tak bisa lepas dari pesan beliau, untuk tidak memutuskan tali silaturahmi. Penulis belajar  ketauladanan beliau, menjadi orang yang suka bersilaturahmi.

Pelajaran yang menarik ketika aku silaturami di rumah beliau, bersama istri dan anak-anak. Beliaupun memanggil semua anak-anaknya untuk bisa ketemu dengan aku.

Penulis bersama anak Ibu Nyai, Kang  Dadi sebelah kiri penulis, dan yang paling kanan adik sepupu yang juga menjadi santri ibu. Sumber: Dok. Pri.
Penulis bersama anak Ibu Nyai, Kang  Dadi sebelah kiri penulis, dan yang paling kanan adik sepupu yang juga menjadi santri ibu. Sumber: Dok. Pri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun