Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sore Itu Aku Tak Mandi

24 Mei 2022   10:48 Diperbarui: 24 Mei 2022   11:00 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SORE ITU TERPAKSA AKU TAK MANDI

Oleh : Lukman Randusanga


Randusanga Brebes,  Senen (23/5 2022) sore itu aku terpaksa tidak mandi, pompa airku tak berfungsi. Karena aku lepas dan ditaruh ditempat yang tinggi agar tidak terkena banjir air pasang, yang dapat merusak. Mengangkat pompa air juga, sudah menjadi peringatan dini ketika banjir air pasang datang.  Dan sudah menjadi pelajaran warga, bahwa ketika banjir maka pompa air harus dilepas dan ditaruh ditempat yang tinggi kalau tidak ingin rusak.  

Kondisi tidak mandiku, terpaksa aku  bertanya kepada para tetangga, depan dan samping rumah. Apakah sama denganku atau tidak. Mereka menjawab rata-rata tidak mandi juga. Alhamdulillah ada temannya (kataku dalam hati) dan tidak mandiku sore ini, aku yakin tidak dimarahi oleh istri. Dengan alasan, karena sore itu, banyak orang yang tidak mandi terutama kaum adam.

Sore itu aku tidak mandi, jangan dicap dulu aku termasuk katagori orang yang jorok maupun pemalas.  Ada beberapa hal yang membuat aku tidak mandi, dan akan aku ceritakan dalam tulisan ini.

Pukul 09.00 Wib  air pasang sudah mulai bergerak dari laut menuju kampung. Dan itu menjadi pertanda rob sudah datang. Rob di pagi hari dapat dikatakan rob kecil atau pemanasan rob. Karena pergerakan air rob, antara surut dan bergerak masuk kampung (naik turun), tidak seperti banjir rob yang arusnya deras dalam waktu yang berjam-jam keluar dari laut menuju perkampungan dan tambak yang rusak terkena abrasi.

Pada pukul 12.00 Wib. Rob sudah bergerak cepat menuju perkampungan, menyapu sampah dan menguasai jalan, serta memasuki rumah masyarakat di bantaran Sungai Sigeleng dan masuk gang-gang kecil Desa Randusanga Kulon.

Diperkirkan jam 15.30 Wib,  air rob sudah menggenangi sebagian besar rumah warga dan jalan utama desa menuju Pantai Randusanga Kulon  Sehingga jalan yang baru ditinggikan  pada bulan Desember 2021, sudah mulai rata tak kelihatan, tertutup oleh air pasang yang terlalu banyak.

Pukul 16.00 Wib,  Aku harus berdiri diperempatan jalan Balai Desa Randusanga Kulon, untuk menghalau para pengguna jalan, yang mau mancing maupun berwisata agar kembali dan menagguhkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. Hal ini aku lakukan membantu para pengguna  motor agar tidak macet di tengah jalan. Dan pada kendaraan roda empat, jangan sampai menambah kesedian warga. Karena jalanya kendaraan akan membuat ombak yang membuat tanggul penadah air rob dirumah rusak dan rob  masuk rumah dengan cepat karena ombak yang dibuat sepanjang jalan yang dilewati mobil.

Kalaupun terpaksa ada yang ingin lewat dan tidak mau diingatkan. Aku katakan, "Nanti anda akan terjebak di pantai dan pulang malam, nunggu air rob surut."

Alhamdulillah dari para wisatawan yang aku hentikan menuju pantai, mereka memahami dan mengucapkan terimakasi padaku, karena sudah dikasih tahu. Namun bagi para wisatawan yang sebelumnya telah menuju pantai, akhirnya mereka terjebak dan pulang larut malam, menunggu air surut . Kalau tidak ingin motornya mati ditengah jalan.

Pukul 17.00 Wib, rumah ibuku yang dapat dikatakan tinggi dan tahun-tahun sebelumnya tidak kemasukan banjir air pasang. Sore itu harus kemasukan air rob setingga mata kaki.

Pukul 17.15  Wib. Aku harus melepas mesin pompa air yang ada dirumah. Agar tidak terendam  air. karena ketika terendam, maka akan membuat pompa air rusak.

Bolak balik antara pertigaan  balai desa Randusanga dan rumah, sedikit menguras tenaga. Tak terasa terdengar suara adzan magrib berkumandang  dari masjid kampung. Namun musholah yang dekat rumah tidak terdengar kumandang adzan, karena mushola sudah terpenuhi oleh air rob sehingga untuk sementara tidak bisa digunakan untuk sholat jamaah.

Disholat magrib kali ini dilakukan dirumah, kebetulan rumah masih  aman dari  banjir air pasang. Dan untuk kedua kalinya ngaji harus libur kembali. Biar santri kecilku tidak keluar rumah.

Setelah selesai sholat magrib, aku kembali ke pertigaan balai desa, untuk kembali menghalau para pengguna jalan, agar mengurungkan nuatnya menuju Pantai. Karena air pasang besar dan khawatir terjebak dan motor menjadi mogok.

Menjelang waktu sholat isya aku kembali kerumah orang tua, untuk membantu membersihkan kotoran banjir yang membawa lumpur dan sampah.

Banjir,  walaupun membawa air, namun dapat membuat orang tidak bisa mandi, termasuk aku sendiri.

Mohon doa, untuk mereka yang terkena musibah air pasang. Mudah-mudah rob hari tidak sebesar hari kemarin. Aamiiin  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun