Mohon tunggu...
lukmanbbs
lukmanbbs Mohon Tunggu... Guru - lukmanbrebes

Ngaji pikir dan dzikir

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kuliner ala Kang Santri di Tahun '87

10 April 2020   06:55 Diperbarui: 10 April 2020   07:26 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di sepanjang jalan disamping sekolah,  sepertinya sudah menjadi central kuliner para santri saat itu. Mungkin karena tempatnya stretegis, karena dilewati para pengguna jalan yang mau masuk ke pondok. Yang kedua  berkumpulnya para santri  yang sekolah, mulai sekolah pagi, siang dan malam, karena disitu pusat pendidikan pondok. Sehingga para pedangnya pun dalam sehari minimal ada tiga pembagian waktu dagang, mengikuti santri sekolah maupun ngaji. Ada pedagang khusus pagi sampai siang, dari siang sampai sore dan ada juga dari sore sampai malam.

Bagi santri yang kiriman uangnya banyak, tentu dapat njajan terus, karena semua makanan dan minuman tersedia disitu. Namun bagi yang uang kirimannya pas-pas. Awal bulan datang uang njajan, akhir bulan puasa. Sepertinya pendidikan kepriatinan secara tidak langsung diajarkan bagi para santri disini.Priatin menuju hasil maksud.

Uang kiraman dari orang tua, yang untuk njajan saat itu sekitar 15.000 sampai 25.000  per bulan, dapat dikatakan cukup, kalau jajan perharinya sekiat 500 rupiah.  Kalaupun ketika njanan uangnya kurang, para santri tidak akan kebingungan. Karena biasanya para santri menulis dibuku catatan yang di sediakan pemilim warung, alias nyatat utang sendiri. Hal ini sudah menjadi hukum yang lumrah, dikalangan santri di akhir bulan.

Kalau dipikirkan, makanan santri di era 80 an dan santri sekarang, dari segi jumlah dan jenisnya sangat jauh sekali. Dulu jumlah makananya dapat dihitung jari. Beda dengan jaman sekarang kalau dihitung pakai  jari tangan  dan kaki sepertinya masih kurang. Apalagi jenis makanan yang dijajakan, sepertinya naik 200 persen lebih.

Dari sekelumit kuliner di era 80 an, saat mondok dulu dan era sekarang, eranya para anak-anak kita, yang nyantri juga. Apakah masih terbesit tuk bernostalgia terhadap kuliner era santri dulu. Kalau Aku Yes. Mungkin anda Yea juga.

Semoga kita masih diberi kenikmatan untuk merasakan makanan ala masa santri, sebagai obat  kerinduan, diacara khaul tahunan di pondok.

Aamiin.

(lukmanbbs KBC-29)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun