Rujak sudah menjadi jajanan sebagian masyaraka kampung, yang dapat dikata, menyegarkan bagi siapa saja yang menikmatinya. Apalagi kalau dimakan di siang hari. Sungguh press, melek, dan sangat terasa nikmat yang luar biasa, itu sih, menurutku. Mudah-mudah pembaca juga demikian. Sebagai penikmat makanan rujak pula.
Rujak di kampungku (Randusanga Brebes) terbagi menjadi 2 (dua) ada rujak yang pakai cobek batu dan rujak diracik dengan dibebek (pakai kayu untuk menghaluskan bumbu dan buah-buahan rujak). Mereka yang jualan  rujak dengan menggunakan cobek batu rata-rata berasal dari kampungku. Tetapi yang rujak bebek kayu, yang jualan dari kampung sebelah.
Rujak yang menggunakan cobek batu untuk menghaluskan bumbu yang menjadi dasar pembuatan bumbu rujak. Dikampungku umumnya rujak gado-gado, uleg, timun, kedondong dan lain-lain. Dan  biasanya untuk mengobati rasa pedesnya rujak, para penikmat rujak,  tidak ketinggalan kerupuk sebagai obat pedesnya, disamping minuman air putih maupun teh.
Ada satu kebiasaan penulis ketika makan siang. Ketika lauk pauknya tidak ada. Maka lauk  rujak menjadi  pilihan paforitnya. Dan tanpa terasa kalau makan nasi, lauknya rujak. Biasanya makanya lahap, banyak dan berujung berkeringat pula. Mungkin karena pedes ataupun lahapnya. Entahlah.. Yang jelas rujak masih menjadi makanan idola aku dan masyarakat kampung. Terbukti di setiap RT di lingkungan tempat tinggalku, pasti ada yang jualan rujak dan kadang lebih dari satu.

Rujak Bebek
Rujak bebek yang penulis  sampaikan di sini, sebagai informasi kuliner yang mungkin sudah  familier di telinga pembaca. Penjual rujak bebek yang  bertahun-tahun menjajagan kesegaran dan kepedesan makanan. Tepatnya sejak tahun 2005 sampai sekarang masih eksis menjajagan rujak daganganya, kelilingin kampung dengan gerobak becaknya.
Sebut saja "Tari" penjual rujak bebek yang berasal dari Padasugih Brebes dengan kekhasan rasa, yang sangat terasa nikmat pedes, bumbu dan buah rujaknya.
Menurut Tari, penjual rujak yang tidak pernah menawarkan daganganya dengan teriak "rujak... rujak" atau suara lainya. Ia hanya mengayun becak gerobaknya mengelilingi kampung-kampung.

Tari,  menjajagan rujaknya keliling kampung mulia  dari jam 13.00 Wib. Ia keluar dari rumah Padasugih Kelapasawit Brebes dan pulang ke rumah sekitar  jam 18.00Wib. Ia menjual daganganya keliling kekampung-kampung, menemui para langganan rujaknya.
Adapun bumbu rujak bebek yang dijajagan Tari, terdiri dari : cabe tengis (cabe rawit), trasi, garam  dan gula. Kemudian dibebek bersama buah-buahan.  Adapun buah yang digunakan dalam rujak bebek, yaitu buah pisang klutuk, ketela, bengkuang, kedondong, jambu air, blimbing, mangga dan bengkuang.
Modal setiap dagang rujak bebek, untuk membeli bumbu dan buah-buahan sekitar 120.000 dan diperkirakan keuntungan  yang didapat dari usahanya 80.000 perhari. Menurut Tari keungtungan dari usaha  tersebut Alhamdulillah bisa untuk membiayai rumah tangganya.
Tari dalam berdagang setengan hari, dari siang sampai sore.  Mulai dari kampungnya Padaduguh, kemudian Kelapasawit, Gandasuli, Limbangan, Sigempol, Randusanga Wetan dan  kulon.  Kalaupun keliling pada satu kampung sudah habis. Iapun langsung pulang, istirahat sebentar dan belanja dagangan rujaknya. Di padi hari sampai siang, Ia harus di sawah mengaliri sawah milik masyarak desa Padasugih. Kerena ia dipercaya menjadi "ulu-ulu" didesanya, yang upahnya setiap masa panen saja, dari pemberian pemilik sawah. Kurang lebih 5.000.000 pertahun.
Sebagai orang perantau di luar kota, ternyata Tari memiliki banyak masalah, termasuk masalah keluarga. Istri yang tinggal dirumah, ternyata tidak amanah, ia tergoda dengan lelali lain, yang biasa ketemu di pasar. Maka dengan berat hati, ia berpisah dengan istri dan anaknya.
Pengalaman inilah yang membuat Tari, pulang kampung dan meninggalkan keramaian dan kemegahan gedung bertingkat di kota besar, yang tidak pernah tidur.
Tepatnya, pada tahun 2010, Tari kembali  kekampung halamannya, dan meninggalkan  jualan di Cikampek, Ia pindah dikampung tempat lahirnya. Membangun keluarga baru hingga sampai sekarang.  Alhamdulillah Taripun di amanat bersama istri barunya 3 anak, dan mininggal satu.
Belajar dari Man Tari, penjual rujak bebek yang tidak pernah lelah untuk tetap usaha. Dipagi  hari disawah mengairi sawah milik masyarakat di kampunya dan siangnya menjual rujak bebek keliling desa. walaupun pernah mengalami kepaitan keluarga, istrinya kecantol orang lain. Ia tidak pernah mengeluh dan hidupnya tetap penuh semangat. Wassalam.
(Lukmanbbs)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H