Diabetes mellitus, atau yang lebih dikenal sebagai diabetes, adalah salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang terus meningkat prevalensinya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini ditandai dengan tingginya kadar gula darah akibat gangguan pada produksi atau fungsi insulin, hormon yang berperan penting dalam metabolisme glukosa. Diabetes terdiri dari dua tipe utama, yaitu diabetes tipe 1 yang lebih jarang terjadi dan disebabkan oleh gangguan autoimun, serta diabetes tipe 2 yang umumnya diakibatkan oleh pola hidup tidak sehat dan faktor genetik.
Dalam beberapa dekade terakhir, diabetes telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang paling serius. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa antara tahun 2000 dan 2025, jumlah penduduk dewasa di dunia akan meningkat dari kurang dari 4 miliar menjadi 5 miliar, terutama karena peningkatan 60% di negara berkembang. Jumlah orang dewasa yang menderita diabetes di dunia diperkirakan akan meningkat dari 150 juta pada tahun 2000 menjadi 300 juta pada tahun 2025. Di negara - negara maju, jumlah penderita diabetes akan meningkat sekitar sepertiga antara tahun 2000 dan 2025, sedangkan di negara - negara berkembang jumlahnya akan meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2025, lebih dari 75% populasi diabetes di dunia akan tinggal di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Gaya hidup modern yang diadopsi oleh banyak masyarakat menjadi salah satu pemicu utama. Tetapi, mengapa sebenarnya diabetes sangat berkaitan erat dengan gaya hidup masa kini?
Gaya Hidup Modern dan Pola Makan yang Tidak Sehat
Gaya hidup modern sering kali identik dengan kepraktisan. Banyak orang kini lebih memilih makanan cepat saji (fast food) karena kesibukan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Padahal, makanan jenis ini sering kali tinggi kalori, lemak jenuh, gula, dan garam yang menjadi penyebab utama gangguan metabolisme tubuh. Selain itu, konsumsi minuman manis seperti soda, teh kemasan, dan kopi dengan gula tambahan juga semakin meningkat. Minuman ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang, jika terjadi terus-menerus, akan berkontribusi pada resistensi insulin---a kondisi yang mendasari terjadinya diabetes tipe 2.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup modern juga mendorong pola hidup yang semakin minim aktivitas fisik. Kemudahan teknologi seperti aplikasi pesan antar makanan, alat transportasi online, dan pekerjaan yang mengharuskan seseorang duduk di depan layar komputer selama berjam-jam membuat aktivitas harian berkurang drastis. Padahal, kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang merupakan salah satu langkah awal menuju diabetes.
Stres dan Gangguan Tidur
Selain itu, tekanan hidup di era modern juga membawa dampak psikologis yang besar. Stres akibat pekerjaan, masalah finansial, atau tuntutan sosial dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam tubuh. Kortisol yang tinggi dapat memicu peningkatan kadar gula darah secara kronis. Gangguan tidur, seperti kurang tidur atau pola tidur yang tidak teratur, juga memiliki efek serupa. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mengganggu regulasi hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa, meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Faktor Genetik dan Lingkungan
Meskipun gaya hidup memiliki peran besar, faktor genetik juga tidak bisa diabaikan. Orang dengan riwayat keluarga penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini. Namun, risiko genetik ini semakin diperparah oleh pengaruh lingkungan, seperti pola makan buruk dan gaya hidup sedentari yang sudah disebutkan sebelumnya.
Dampak Diabetes terhadap Kesehatan dan Kehidupan
Diabetes bukan hanya tentang tingginya kadar gula darah. Penyakit ini memiliki banyak komplikasi serius, termasuk penyakit jantung, kerusakan ginjal, kebutaan, dan bahkan amputasi. Selain itu, diabetes juga memberikan beban ekonomi yang besar, baik untuk individu maupun sistem kesehatan secara keseluruhan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Meskipun angka penderita diabetes terus meningkat, ada banyak langkah yang bisa kita ambil untuk mencegahnya. Berikut beberapa langkah sederhana namun efektif:
1. Mengadopsi Pola Makan Sehat
Kurangi konsumsi makanan olahan dan cepat saji. Pilih makanan alami seperti sayuran, buah-buahan, protein tanpa lemak, dan biji-bijian utuh.
2. Berolahraga Secara Teratur
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau olahraga ringan selama 30 menit setiap hari dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin.
3. Kelola Stres
Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar menghabiskan waktu dengan hobi dapat membantu menurunkan kadar stres.
4. Tidur yang Cukup
Usahakan tidur selama 7-8 jam setiap malam untuk mendukung regulasi metabolisme tubuh.
5. Lakukan Pemeriksaan Rutin
Jika memiliki faktor risiko, seperti riwayat keluarga dengan diabetes, lakukan pemeriksaan gula darah secara rutin untuk mendeteksi dini kemungkinan gangguan metabolisme.
Program Pengendalian Diabetes Melitus
Program pengendalian diabetes melitus di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) Tahun 2015-2019. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi prevalensi penyakit tidak menular, termasuk diabetes melitus melalui pendekatan multisektor. Program pengendalian ini melibatkan berbagai kegiatan edukatif, skrining kesehatan, peningkatan akses pelayanan kesehatan, dan kolaborasi antar sektor.Â
Selain itu CDC memiliki National Diabetes Prevention Program (NDPP) yang merupakan program perubahan gaya hidup yang dirancang untuk mencegah atau menunda diabetes melitus tipe 2 pada orang dengan prediabetes. Penelitian menunjukkan bahwa program ini dapat secara signifikan mengurangi risiko terserang penyakit tersebut hingga 58% (72% untuk individu berusia di atas 60 tahun). Program ini menekankan pada pembuatan perubahan gaya hidup berkelanjutan seperti penurunan berat badan, perbaikan pola makan, dan peningkatan aktivitas fisik.
Apa sih permasalahannya?
Di Indonesia, angka ini diprediksi akan terus bertambah seiring dengan urbanisasi, pertumbuhan populasi, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan diabetes. Masalah lain yang diperkirakan akan muncul adalah beban ekonomi yang semakin berat. Biaya pengobatan diabetes dan komplikasinya, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan amputasi, akan terus meningkat, memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan nasional. Beban biaya kesehatan per tahun bagi penyandang diabetes berusia 20-79 tahun di Indonesia sebesar 323,8 USD. Jika dibandingkan dengan negara lain, biaya yang diberikan untuk perawatan diabetes di Indonesia ini jauh lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Saraswati, M. (2022). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. [online] Â Â yankes.kemkes.go.id. Available at: Â https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1131/diabetes-melitus-adalah-masalah-kita.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5), 93-101.
Indonesia, P. E. (2015). Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Pb. Perkeni, 6.
Type 2 Diabetes. (2024, May 15). Diabetes. https://www.cdc.gov/diabetes/about/about-type-2-diabetes.html
Oliver, J. (2013) Guidelines for the Prevention, Management and Care of Diabetes Mellitus, Journal of Chemical Information and Modeling.
World Health Organization: WHO & World Health Organization: WHO. (2024, November 14). Diabetes. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes
Hardianto, D. (2020). Telaah komprehensif diabetes melitus: klasifikasi, gejala, diagnosis, pencegahan, dan pengobatan. Jurnal bioteknologi dan biosains Indonesia, 7(2), 304-317.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2015-2019.
Penulis: Ade Nur Rachmawati, Fakhrur Raziy, Indriwati, Putri Wulandari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H