Mohon tunggu...
Lukman Sulistyo
Lukman Sulistyo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krakatau dan Burung Ababil

4 Oktober 2011   02:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 4164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_139303" align="aligncenter" width="640" caption="Ababil (anneahira.com)"][/caption] Dear Kompasianer. Kisah burung Ababil sudah sangat melegenda dalam ummat Islam. Terutama masyarakat Arab yang tinggal tak jauh dari Baitullah Ka'bah Al Mukarramah. Cerita tentang burung Ababil merupakan cerita dahsyat yang selama ini menghiasi keberadaan Ka'bah dimana pada masa lalu sebelum Rasulullah Muhammad SAW terlahir maka Ka'bah mendapat ancaman dari raja Abrahah yang ingin menghancurkannya. Rasulullah Muhammad SAW sendiri terlahir pada tahun 571 Masehi. Sementara kisah burung Ababil terjadi sebelum kelahiran beliau. Di sini saya sedikit melakukan utak-atik-gathuk karena menurut saya peristiwa antara hadirnya burung Ababil di kota Mekkah hampir bersamaan dengan peristiwa meletusnya gunung Krakatau purba pada tahun 535 Masehi. Barangkali dari kompasianer sekalian ada yang bisa menambahkan data bahwa peristiwa hancurnya pasukan Abrahah oleh burung Ababil apakah terjadi di tahun kelahiran Nabi SAW atau jauh sebelumnya. Jika menghitung selisih tahun di atas maka kita akan mendapati data 571 - 535 = 36 tahun selisihnya. Sekelumit Kisah Burung Ababil Raja Abrahah sudah sampai di kota Mekkah dengan pasukan gajahnya. Penduduk Mekkah sudah pasrah bahwa Ka'bah adalah rumah Allah dan mereka menyerahkan sepenuhnya perlindungan Ka'bah kepada-NYA. Hanya tinggal beberapa meter lagi pasukan gajah Abrahah menyentuh Ka'bah tiba-tiba tanda pertama muncul, yakni gajah yang digunakan pasukan Abrahah tidak mau bergerak, gelisah. Gajah-gajah itu seakan tahu bahwa bahaya sedang mengancam mereka. Tak lama kemudian awan menjadi gelap bagaikan mendung yang teramat pekat. Di saat itulah bebatuan panas meluncur dari langit menjatuhi pasukan Abrahah. Dari sekelumit kisah di atas ada beberapa data yang bisa kita rinci, 1. Gajah yang tadinya gagah mendadak gelisah. Ini seperti terjadi pada umumnya hewan, mereka kerap memberi tanda bahwa bencana akan segera datang di lokasi itu. Hewan memang memiliki insting yang kuat atas tanda-tanda bencana dan bahaya. 2. Awan gelap.  Peristiwa awan gelap ini menjadi bagian dari episode hadirnya burung Ababil. Sebelum bebatuan panas meluncur menghancurkan pasukan Abrahah, awan hitam ini mendahului. Dari beberapa data yang coba saya kolekting awan gelap merupakan fenomena yang ikut menghiasi meletusnya gunung berapi, termasuk Krakatau. Peristiwa meletusnya Krakatau pada tahun 535 adalah peristiwa tragedi global yang sangat menakutkan. 3. Bebatuan Panas yang Menghancurkan. Jika di simak gambar berikut ini,

[caption id="attachment_139295" align="aligncenter" width="386" caption="Rotasi bumi dari Kiri ke Kanan bola bumi"][/caption]

Rotasi bumi yang bergerak dari kiri ke kanan globe bumi menjadikan aliran angin di atmosfer bumi bergerak deras ke arah kebalikan, kanan ke kiri. Sehingga bisa jadi lontaran bebatuan panas dari Krakatau bergerak menuju kota Mekkah. Kita akan rinci di bawah.

Letusan Krakatau 535

Letusan gunung Krakatau pada tahun 535 merupakan peristiwa tragedi besar di seluruh penjuru dunia. Letusan itu menjadi dampak bencana yang dirasakan di seluruh dunia. Bahkan letusannya disetarakan dengan 2 Milyar kali bom atom Hiroshima. Sehingga dari letusan ini menghasilkan laut selat Sunda dan memisahkan daratan menjadi dua pulau menjadi Sumatera dan Jawa. Lebih Lengkapnya di sini. Data pendukung kegelapan eropa bisa dibaca di sini.

Beberapa tahap letusan Krakatau 535,

1. Gempa bumi. Tanda awal reaksi gunung berapi. Tanda awal ini sudah dirasakan sampai Batavia (Jakarta).

2. Letusan bak guntur yang menggelegar. Letusan ini menghasilkan suara hingga terdengar sampai Australia. Letusan ini juga menghasilan gelombang kedap udara yang lazim terjadi pada ledakan bom. Sehingga dari letusan ini sudah menghasilkan korban jiwa.

3. Letusan yang dihasilkan dari pecahnya Kaldera melontarkan ribuan kubik lava ke lapisan Stratosfer. Lava dan bebatuan panas ini kemudian ditemukan di bongkahan es Greenland dan Antartika. Dan bisa jadi jatuh pula di Mekkah sebagai burung Ababil yang membakar pasukan Abrahah.

4. Ledakan yang besar itu mengguncang tanah sehingga ambles dan memisahkan daratan Jawa dan Sumatera dan terbentuklah selat Sunda.

5. Lava, debu, bebatuan, dan krikil yang terlontar ke Stratosfer menjadikan hampir seluruh langit bumi gelap dan menutupi cahaya matahari. Sehingga suhu udara di bumi turun mencapai 10 derajat di ekuator. Turunnya suhu dan minimnya matahari menjadikan bumi tak ubahnya planet Venus. Komponen vegetasi di bumi rusak sehingga cadangan makanan menjadi minim. Dan peristiwa ini mengakibatkan pergolakan sosial dalam memperebutkan cadangan makanan. Peristiwa ini akan saya lanjutkan dalam tulisan berikutnya yang akan menceritakan tentang "Krakatau dan Peristiwa Akhir Zaman". Idenya sudah ada tinggal jari-jemari yang sudah gatal untuk segera menari.

Simpulan

Nah, beberapa Episode letusan Krakatau 535 di atas jika dikaitkan dengan peristiwa burung Ababil mendapati banyak kesamaan tanda-tanda alam. Yakni, kegelisahan hewan akan bencana, awan gelap yang menutup cahaya matahari, dan luncuran material panas ke permukaan bumi yang membakar segala yang terkena.

Sekali lagi ini saya sebut sebagai utak-atik-gathuk. Saya berharap benar adanya. Silahkan dan melengkapi data-datanya jika ada sehingga sajian saya ini semakin kuat atau jauh dari harapan. Saya hanya kagum bahwa Indonesia ternyata menjadi perhatian dunia karena Krakatau. Salah satu gunung yang menjadi bagian dari keluarga besar Cincin Api Nusantara ini ternyata sangat ditakuti oleh dunia. Dan pernah menjadi sebab atas wabah dunia. Bisa jadi salah satunya adalah burung Ababil. Begitulah warga Arab menamakan material Krakatau ini.

Wassalam

Lukman Sulistyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun