Tidak berhenti di situ, Imam Jalaluddin al-Rumi dalam kitab “Fihi Ma Fihi” memberikan penjelasan yang sangat gamblang mengenai hadis ini. Beliau juga mengatakan bahwa jika kita melihat aib saudara kita (sesama Muslim) maka sejatinya aib yang kita lihat adalah aib kita juga. Sehingga, beliau memberikan perintah agar menjauhi aib tersebut karena hakikatnya sesuatu yang menyakitkan saudara kita maka, hal itu juga dapat menyakitkan diri kita juga.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi orang muslim hakikat dari berita kasus kriminal ialah tidak hanya sebagai pemberitahuan atau bahkan beranggapan tidak ada maknanya tetapi ia juga harus merasakan melalui hadis di atas “Seorang mukmin adalah cermin bagi Mukmin yang lain” bahwa aib yang ada pada muslim lainnya juga aib miliknya. Sehingga, sesuatu yang dapat menyakiti saudaranya maka, hal tersebut juga dapat meyakitkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, ia harus menjauhi aib yang ada pada diri saudanya.
Dengan menanamkan nilai-nilai keislaman ini maka tentu kasus kriminal akan berkurang karena sejatinya agama tidaklah mengajarkan kekerasan atau penyelewengan. Hadis tersebut juga dapat kita jadikan sebagai motivasi agar istiqamah dalam bertingkah-laku baik sehingga, perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan dapat ditiru oleh orang lain.
Selanjutnya memohan kepada Allah agar pelaku krimial diampuni serta tidak melakukan tindakan kriminal lagi. Rasulullah saw bersabda “Do’a seorang muslim untuk saudaranya (sesame muslim) tanpa diketahui olehnya adalah mustajab. Di atas kepalanya (orang yang berdo’a) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga, setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya maka, malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan ‘Amin’ dan kamu akan seperti itu” (H.R Muslim)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI