Satu tahun lebih umat manusia dikhawatirkan dengan pandemi covid-19 terutama di Indonesia. Selain menyebabkan banyak kematian di berbagai daerah, juga berdampak pada segala aspek baik dari segi ekonomi, pendidikan, politik dan lain sebagainya. Dalam aspek pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mencanangkan program sekolah dari rumah karena sebagai bentuk antisipasi penularan virus covid-19 yang korbannya terus meningkat hingga kini.
Kegiatan sehari-hari pun berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang asalnya banyak kegiatan di sekolah atau di kampus namun, sekarang banyak rebahan, sayang sekali jika tidak diisi dengan kegiatan manfaat lainnya. Sehingga, alangkah baiknya digunakan untuk meningkatkan kemampuan berliterasi, membaca dan menulis. Pada momen seperti inilah seorang pelajar atau mahasiswa memiliki kesempatan emas untuk meningkatkan produktivitas melalui literasi.
Melalui tulisan ini, Al-Qur’an memberikan semangat motivasi pada kita agar terus berliterasi serta tentang adab berliterasi sehingga, melalui literasi suatu bangsa dapat memiliki peradaban yang sangat maju.
Al-Maraghi dalam tafsirnya menyebutkan, Alquran dapat merubah suatu bangsa yang sangat rendah menjadi yang paling mulia dengan perantara pena (qalam). Jika tidak ada tulisan, tentu pengetahuan tidak terekam, agama akan sirna dan bangsa belakangan tidak akan mengenal sejarah umat-umat sebelumnya; siapa yang tercela dan siapa yang terpuji, pengetahuan mereka juga tidak akan memberikan penerang atas perselisihan serta dalam membangun peradaban umat manusia.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Menurut Ali al-Sabuni dalam kitab tafsirnya “Safwah al-Tafasir” ayat pertama dari surat al-Alaq ini merupakan khitab (perintah) pertama yang ditunjukkan kepada Nabi Muhammad saw. Secara implisit ayat ini mengandung pesan atau seruan kepada manusia untuk membaca, menulis serta seruan untuk belajar karena semua kegiatan-kegiatan ini adalah syiar agama Islam.
Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan Al-Qur’an” juga menjelaskan bahwa kata Qara`a yang dikaitkan dengan “Bismi Rabbika” (dengan menyebut nama tuhanmu) merupakan syarat bagi pembaca untuk tidak hanya sekedar melakukan bacaan dengan ikhlas. Akan tetapi, ia juga dituntut agar memilih bahan-bahan bacaan yang tidak menjadikannya bertentangan dengan “nama Allah” tersebut. Demikian pula dalam tulis-menulis, sudah pasti bahwa berita hoaks ialah haram hukumnya.
Jika ditelisik lebih dalam “Iqra’” pada ayat di atas juga dapat diarahkan kepada “membaca keadaan sekitar”, menganalisis atau berangan-angan tentang ciptaan Allah swt seperti yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Asyur dalam tafsirnya bahwa hakikat dari “perintah membaca” pada ayat di atas ialah untuk mengahsilkan suatu pekerjaan baik pada saat ini atau yang akan datang.
Sementara lafal “Iqra’” diulangi dua kali (ayat pertama dan ayat ketiga) ialah sebagai penguat bahwa betapa pentingnya kegiatan literasi ini. Ada juga ulama’ tafsir yang mengatakan bahwa diulang-ulangnya lafal “Iqra’” karena kegiatan membaca tidak akan didapat pemahamannya kecuali dengan cara diulang-ulang, demikian pula tulis-menulis.
Selain itu, Allah swt menyebutkan pada ayat di atas tentang penciptaan manusia yang diciptakan dari sesuatu yang paling hina (zigot) yakni telur yang sudah dibuahi oleh sperma yang kemudian menjadi segumpal daging dan tentang pena (Qalam). Lantas apa makna yang tersirat dari keduanya? Maka jawabannya adalah, agar Allah swt mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih tinggi, maka ia harus melalui belajar, membaca dan menulis.