Setiap musim hujan tiba, banjir menjadi tamu tak diundang yang melumpuhkan kawasan Cibaduyut, salah satu sentra industri sepatu terkemuka di Bandung. Bukan hanya mengganggu aktivitas warga, genangan air yang tak kunjung surut ini memukul perekonomian pedagang, memperburuk kondisi fasilitas umum, dan menciptakan kemacetan panjang di jalan utama Cibaduyut.
Saat hujan deras mengguyur pada akhir pekan lalu, air kembali meluap hingga merendam ruas jalan utama Cibaduyut. Para pengendara motor dan mobil terpaksa melambatkan laju kendaraan mereka, sementara warga yang menggunakan angkutan umum harus berjibaku dengan genangan air setinggi betis orang dewasa. Kondisi ini semakin diperparah dengan sampah-sampah yang terbawa arus banjir, menciptakan pemandangan yang memilukan dan tidak sehat.
Di tengah kekacauan ini, J, salah satu pemilik toko sepatu yang sudah berjualan di kawasan tersebut selama lebih dari 10 tahun, mengungkapkan keprihatinannya. "Setiap tahun sama saja. Banjir ini selalu datang, dan saya benar-benar sudah muak. Toko saya jadi korban terus-menerus," keluhnya saat ditemui di tokonya yang masih basah akibat banjir sehari sebelumnya.
J menceritakan bagaimana banjir telah merusak sejumlah fasilitas tokonya. "Meja display sepatu jadi lapuk karena air terus naik sampai ke dalam. Belum lagi sampah dan lumpur yang terbawa masuk. Setiap banjir datang, saya dan karyawan harus kerja ekstra bersih-bersih toko. Barang dagangan juga kadang rusak kena air," ungkapnya dengan nada kesal.
Kerugian yang dialami J tidak hanya soal materi. Ia juga merasa kehilangan pelanggan setiap kali banjir melanda. "Kalau air sudah mulai naik, siapa yang mau belanja ke sini? Jalanan macet parah, pelanggan pasti malas datang. Padahal, bulan ini biasanya ramai karena banyak pesanan sepatu untuk tahun baru," tuturnya.
J bukan satu-satunya yang merasakan dampak buruk banjir. Sejumlah pedagang lainnya di Cibaduyut menghadapi masalah serupa. Fasilitas umum seperti trotoar dan saluran air yang tersumbat sampah menambah parah situasi, membuat warga dan pedagang hanya bisa mengeluh tanpa solusi yang jelas.
Banjir yang merendam jalan utama Cibaduyut juga menciptakan kemacetan panjang. Pengendara motor, mobil, dan angkutan umum harus memperlambat kendaraan mereka atau bahkan mencari jalan alternatif. Namun, opsi jalan alternatif yang terbatas membuat situasi semakin rumit.
Salah satu pengendara, Rafly, mengatakan bahwa ia terjebak kemacetan selama lebih dari satu jam ketika hendak menuju rumahnya  di Cibaduyut. "Padahal jarak tempuhnya cuma lima kilometer. Tapi karena banjir, semua kendaraan menumpuk di jalan utama. Sangat melelahkan," katanya.
Mengapa Banjir Selalu Terjadi?
Fenomena banjir di Cibaduyut bukanlah hal baru. Warga menyebutkan bahwa buruknya sistem drainase menjadi salah satu penyebab utama. Saluran air yang sempit dan tidak terawat sering kali tersumbat oleh sampah, sehingga tidak mampu menampung debit air yang tinggi saat hujan deras turun.
Selain itu, alih fungsi lahan di kawasan tersebut juga dianggap sebagai salah satu faktor penyebab. Pembangunan yang tidak terkendali telah mengurangi area resapan air, sehingga air hujan lebih cepat menggenang di jalanan.
Tuntutan Warga Kepada Pemerintah
Para warga dan pedagang berharap pemerintah segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi masalah banjir yang sudah menjadi langganan ini. Mereka meminta perbaikan sistem drainase, peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, serta pengawasan lebih ketat terhadap pembangunan di kawasan sekitar.
J menyampaikan harapannya kepada pemerintah kota. "Kami butuh solusi, bukan sekadar janji. Jangan tunggu sampai kami semua bangkrut baru ada tindakan. Cibaduyut ini ikon Bandung, tapi kok dibiarkan seperti ini?"
Sementara itu, menurut informasi yang diterima, Pemerintah Kota Bandung berencana melakukan normalisasi saluran air di beberapa titik di kawasan Cibaduyut. Namun, warga masih skeptis apakah upaya tersebut dapat berjalan dengan cepat dan efektif.
Banjir yang terjadi di Cibaduyut bukan hanya masalah lokal, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam tata kelola perkotaan di Bandung. Selama solusi nyata belum ditemukan, setiap musim hujan akan terus membawa kisah yang sama: genangan air, kemacetan, dan kerugian yang dirasakan oleh warga dan pedagang setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H