Mohon tunggu...
Lukman Awalludin
Lukman Awalludin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa instansi UNIKOM

Nama saya Lukman Awalludin, saya lahir di Bandung pada 22 Juli 2004. Sebagai anak tunggal, saya tumbuh dengan nilai-nilai tanggung jawab dan kemandirian yang tinggi, yang sangat membantu dalam perjalanan akademik dan organisasi saya. Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Komputer Indonesia, program studi Ilmu Komunikasi. Saya memilih jurusan ini karena keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan yang telah saya tempuh saat SMK, yaitu jurusan Multimedia. Ilmu komunikasi memberi saya peluang untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan latar belakang multimedia saya, terutama dalam hal menyampaikan pesan yang efektif melalui berbagai platform.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pak Alvi, Guru Honorer Juga Pemulung, Diundang Kapolres Cimahi dan Diberangkatkan Umroh

11 Oktober 2024   22:24 Diperbarui: 11 Oktober 2024   22:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pak Alvi adalah seorang sosok sederhana yang hidup di sudut kota Cimahi. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan urban, di mana banyak orang berlomba-lomba meraih kemapanan, Pak Alvi menjalani hari-harinya dengan dedikasi yang luar biasa sebagai seorang guru honorer di sebuah sekolah. Namun, profesi sebagai guru honorer dengan gaji yang minim membuatnya harus mencari cara lain untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Setiap pagi, Pak Alvi berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Mengajar anak-anak adalah panggilan jiwanya. Meski hanya seorang guru honorer, dedikasinya dalam mendidik tidak kalah dengan guru tetap. Di kelas, ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk para siswanya. Ia menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak didiknya, dan itulah yang membuatnya bertahan meskipun dengan segala keterbatasan yang dihadapinya.

Gaji sebagai guru honorer memang sangat minim, dan untuk menghidupi dirinya sendiri, apalagi keluarga, jumlah itu jelas tidak mencukupi. Dalam keadaan sulit itu, Pak Alvi tidak menyerah. Setelah pulang mengajar di sore hari, ia beralih profesi menjadi seorang pemulung. Setiap sore hingga malam, ia berkeliling dari gang ke gang, dari jalan besar hingga sudut-sudut terpencil kota, mengumpulkan barang-barang bekas yang masih bisa dijual. Botol plastik, kardus bekas, hingga besi tua dikumpulkannya dengan tekun.

Banyak orang mungkin akan merasa malu melakukan pekerjaan seperti itu, apalagi dengan latar belakang sebagai seorang guru. Namun tidak dengan Pak Alvi. Baginya, pekerjaan apapun yang halal layak dijalani dengan ikhlas, karena itulah yang memberinya rezeki tambahan untuk bertahan hidup. Dalam setiap langkahnya, ia selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan, dan terus bekerja keras demi mencukupi kebutuhannya. Ia yakin bahwa rezeki datang kepada mereka yang mau berusaha.

Ketua RT di tempat Pak Alvi tinggal menceritakan bahwa meski hidup dalam keterbatasan, Pak Alvi adalah sosok yang dermawan. Uang hasil dari memulung sering kali dibagi-bagikannya kepada anak-anak kecil di sekitar rumahnya. Walaupun nominalnya tidak seberapa, pemberian itu sangat berarti bagi anak-anak tersebut. Mereka sangat menyukai Pak Alvi, bukan hanya karena uang yang diberikannya, tetapi karena kebaikan hatinya yang tulus. Setiap kali ia memberikan uang kepada anak-anak, senyum yang mengembang di wajah mereka memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Pak Alvi. Ia merasa bahwa hidupnya lebih bermakna ketika ia bisa berbagi, meski hanya sedikit.

Kisah Pak Alvi yang hidup sederhana namun penuh dengan kebajikan ini lambat laun menyebar ke masyarakat sekitar, bahkan sampai ke telinga aparat kepolisian setempat. Pada suatu hari, Kapolres Kota Cimahi mendengar tentang ketekunan dan kebaikan hati Pak Alvi. Tergerak oleh cerita tersebut, Kapolres pun memutuskan untuk mengundang Pak Alvi ke kantornya.

Awalnya, Pak Alvi merasa gugup menerima undangan tersebut. Ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya, seorang guru honorer sekaligus pemulung, akan diundang untuk bertemu langsung dengan seorang perwira tinggi. Namun, dengan sikap rendah hati yang menjadi ciri khasnya, ia menerima undangan tersebut dan datang ke kantor Kapolres.

Setibanya di sana, ia disambut hangat oleh Kapolres Cimahi dan staf-stafnya. Dalam pertemuan yang berlangsung cukup lama, Pak Alvi menceritakan tentang kehidupannya sebagai guru honorer, perjuangannya untuk bertahan hidup dengan menjadi pemulung, serta kebahagiaan yang ia rasakan ketika bisa berbagi sedikit rezeki dengan anak-anak di sekitarnya. Kapolres mendengarkan dengan penuh perhatian, kagum dengan ketulusan dan keteguhan hati Pak Alvi dalam menjalani kehidupan.

Setelah berbincang panjang lebar, Kapolres Cimahi memutuskan untuk memberikan penghargaan kepada Pak Alvi. Bukan berupa uang atau barang, tetapi sebuah hadiah yang sangat istimewa---kesempatan untuk berangkat umroh. Pak Alvi tertegun mendengar kabar tersebut. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya ia membayangkan bisa pergi ke Tanah Suci. Dengan gaji sebagai guru honorer yang kecil, ia bahkan tidak pernah berani bermimpi untuk menabung demi pergi ke sana. Namun, kebaikan hati dan ketekunan Pak Alvi selama ini ternyata membuka jalan rezeki yang tak terduga.

Air mata bahagia mengalir di pipi Pak Alvi saat menerima kabar tersebut. Ia merasa sangat bersyukur dan tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Kapolres Cimahi. Baginya, hadiah umroh ini adalah anugerah terbesar dalam hidupnya, sebuah perjalanan spiritual yang sangat ia dambakan namun tidak pernah ia sangka akan terwujud.

Kisah Pak Alvi ini adalah sebuah pelajaran tentang bagaimana ketulusan, kerja keras, dan kebaikan hati bisa membawa berkah yang tak terduga. Di tengah kerasnya kehidupan, ia tetap menjalani hari-harinya dengan penuh keikhlasan dan optimisme. Tidak pernah menyerah meski tantangan hidup yang dihadapinya sangat besar, Pak Alvi membuktikan bahwa rezeki tidak hanya datang dari materi, tetapi juga dari kebahagiaan berbagi dan keberkahan yang diberikan Tuhan.

Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya. Bahwa dalam keterbatasan, seseorang tetap bisa memberikan manfaat bagi orang lain, dan bahwa keajaiban hidup bisa datang kepada siapa saja yang tulus dalam berusaha dan berbagi. Pak Alvi, seorang guru honorer yang juga pemulung, telah membuktikan bahwa hidup yang penuh keberkahan tidak selalu tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang bisa kita berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun