Seberapa pentingkah Pengetahuan parenting bagi orang tua ?
Anak ibarat kertas putih yang siap ditulis dengan berbagai kalimat, anak juga ibarat gelas kosong. Gelas kosong bisa diisi air bening, air susu, bahkan air comberan.Â
Tergantung siapa yang akan mengisinya, gelas siap menerima air apa saja di wadahnya. Sehingga keperibadian anak sangat penting dibentuk oleh orang tua, tentu berharap agar anak memiliki kepribadian yang sangat baik.
Seperti yang dijelaskan, praktisi Hypnotherapy dari Brebes yang juga Tim KOMBES atau Komunitas Kompasianer Brebes Aziz Aminudin bahwa yang dimaksud  Hypno Parenting adalah Teknik Komunikasi Persuasif bagaimana mendidik anak.
Parenting atau seni mendidik anak menjadi menarik terkait dengan informasi yang disampaikan bahwa anak seringkali belum memiliki data pembanding di dalam, sehingga sering terjadi salah persepsi, salah makna.
Sebagai orang tua, kita seringkali kebanyakan memerintah, membentak, melarang dan lainnya,yang ternyata anak itu bukannya malah mengikuti apa yang kita katakan, justru malah dia menolak.
Nah... hypno Parenting merupakan seni dalam mendidik anak, sehingga anak lebih mudah menerima informasi dari kita dan cenderung akan melakukannya dengan baik.Â
Orang tua tentu perlu memiliki keahlian dalam mendidik anak, membimbingnya agar menjadi anak yang baik, tidak membiarkannya saat melakukan kesalahan atau acuh dengan sikap anak. Seringkali orang tua berfikir, biarkan saja toh anak masih kecil, nanti kalau sudah besar akan tahu sendiri.
Terkait teknik seni mendidik anak sebetulnya sudah dicontohkan oleh manusia terbaik di muka bumi ini dan tauladan yang baik. Beliau adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menegur pembantunya yang sejak kecil ikut di keluarga Rasulullah sekaligus diasuh beliau yakni Umar bin Abi Salamah.
Dilansir dari media muslim.or.id, Â menceritakan kisahnya sewaktu masih kecil, saat berada dalam asuhan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, pernah suatu ketika tanganku ke sana ke mari (saat mengambil makanan) di nampan. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadaku: "wahai Nak, ucaplah bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta ambil makanan yang berada di dekatmu". (HR. Bukhari no.5376, Muslim no.2022).
Apa yang kita ambil ibroh atau pelajaran dari hadits diatas, bahwa Rasulullah telah memberi contoh seni bagaimana mendidik anak. Ada beberapa kesimpulan yang penulis tangkap dari hadits diatas.
1. Anak tetap ditegur meski masih kecil
" Sudahlah pak, anak kita masih kecil, tidak perlu ditegur, nanti kalau besar tahu sendiri," ujar ibu si anak pada suaminya. Apakah betul seperti itu ?. Rasulullah memberi teladan, ketika anak kita melakukan kesalahan, perlu ditegur, meski masih kecil. Tapi tentu dengan nasehat teguran yang baik. Seperti hadits diatas, beliau memanggil anak," Yaa.. Ghulaam...maknanya Wahai Nak..., dengan panggilan yang halus.Â
Jangan berpikir, anak nanti akan tahu sendiri kalau sudah dewasa, misal anak kita ketika makan dengan tangan kiri, maka ingatkan untuk makan dengan tangan kanan, meski dia masih kecil. Bisa jadi, orang dewasa yang saat ini makan dan minum dengan tangan kiri, sejak kecil dibiarkan oleh orang tuanya.
2. Tidak To The Point dalam menegur
Dalam hadits diatas, yang dilakukan Umar bin Abi Salamah adalah ketika makan, tangannya kesana kemari, tidak makan didekatnya. Jadi, nasehat yang mesti diterimanya adalah makanlah yang terdekat, jangan kesana sini tangannya. Namun, metode menegur Rasulullah adalah tidak langsung to the point menegur. Namun, dengan urutan, Makanlah dengan membaca Bismillah, lalu makanlah dengan tangan kanan, baru di urutan ketiga, inti nasehat adalah, Ambillah makanan yang berada di dekatmu.Â
Ini menjadi menarik untuk kita praktekkan saat menegur anak, misalnya anak jatuh dari kursi. Jangan langsung ditegur, kamu makanya hati-hati kalau naik atau menyalahkan gara-gara kodok atau salahkan kursinya. Namun, cara menegur yang pas adalah dengan halus, nak, lain kali kalau naik lagi seperti ini (sambil mencontohkan naik kursi yang benar), sehingga menerapkan edukasi bagi anak.
Demikian sobat Kompasianer, semoga video diatas bermanfaat, kegiatan Mini Kopdar Hypnoparenting yang diikuti penulis dan direkam juga oleh penulis sebagai dokumentasi.
Salam KOMBES
Lukmanul Hakim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H