Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis salah satu usaha untuk mengikat ilmu. Aktifitas saya sebagai jurnalis warga menjadikan selalu untuk menulis berita. Begitu juga sebagai kontributor TVMU untuk wilayah Brebes, mesti menulis Naskah narasi berita. Jadi Menulislah...menulis...dan menulis...Salam Literasi

Kontributor TVMu untuk Kabupaten Brebes

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Jalin Komunikasi Tangkal Lima Racun dalam Rumah Tangga

28 Februari 2020   22:00 Diperbarui: 28 Februari 2020   22:03 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.voa-islam.com

Sobat Kompasiana yang selalu semangat dalam menulis

Mahligai rumah tangga yang dijalani setiap pasangan tentu berbeda-beda dalam menjalani biduk pernikahannya. Kebahagiaan di awal tentu diharapkan akan terus mewarnai setiap sendi kehidupan. Namun, ibarat sayur tanpa garam, setiap pasangan pasti tidak lepas dari setiap permasalahan yang dialaminya.

Komunikasi  dalam rumah tangga berperan penting dalam setiap permasalahan dan pemecahannya. Tidak sedikit pasangan yang tidak bisa menemukan titik temu solusi karena tidak ada komunikasi yang terjalin dengan baik. Bahkan tidak sedikit ketika ada permasalahan, maka dia lari dari masalah itu, menenangkan diri ke rumah orang tua sampai kabur ke luar kota demi alasan menenangkan diri.

Kali ini penulis mengungkap ada 5 racun dalam rumah tangga, yang apabila menjangkit ke pasangan, maka lambat laun bisa gulung tikar atau tutup layar alias terjadinya perceraian. Hal ini tentu sesuatu hal yang tidak diharapkan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. 5 Racun tersebut antara lain :

1. Cemburu buta

Rasa cemburu merupakan salah satu bumbu romantisme pasangan dalam mengarungi rumah tangga. Namun, rasa cemburu yang berlebihan juga apabila terus tertanam di salah satu atau kedua pasangan akan menimbulkan konflik atau ketidaknyamanan. Tentu, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk cemburu berlebihan atau cemburu buta.

Rasa cemburu buta akan berefek pada kecurigaan yang berlebihan pula. Semisal, seorang istri yang selalu memantau pekerjaan suaminya, bahkan mudah percaya pada orang lain ketika ada kabar miring tentang suaminya, tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Sebagai contoh, suami sedang membeli kebutuhan rumah tangga (semisal istri nitip pampers anak atau lainnya), lalu kebetulan ada momen seorang wanita cantik sedang bertanya harga barang di mall atau minimarket, karena menganggapnya sebagai salah satu karyawan di tempat itu. Lalu, secara kebetulan, salah satu teman istrinya mengabadikan momen itu di layar smartphonenya dan langsung mengirim ke Whatsapp. Akibatnya, istri si laki-laki yang sedang belanja itu "mencak-mencak" emosi menuduh suaminya itu selingkuh dan punya WIL alias Wanita Idaman Lain.

Ada lagi, ketika suami berangkat kerja, dihubungi terus, sudah sampai mana, apakah sudah sampai lokasi kerja. Selang beberapa jam, dihubungi tidak nyambung, sehingga istri berfikir macam-macam, sampai menelepon kantornya bekerja dan ternyata suaminya belum sampai di lokasi kerja. Akhirnya ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa suaminya selingkuh, padahal kenyataannya hp suaminya drop dan situasi perjalanannya dalam kondisi macet.

Jadi, cemburu boleh saja, sebagai pemanis rumah tangga, namun apabila sudah berlebihan bisa berefek konflik dan tidak sedikit yang berakhir di meja sidang perceraian. Maka, satu solusinya yakni jalinlah komunikasi sesama pasangan.

2. Bosan

" Sudahlah, saya sudah bosan dengan kamu...", Lah..bilang bosan tapi anaknya sudah tiga. Ini juga racun, ketika suami atau istri sudah merasa bosan dan tidak nyaman dengan pasangannya. Situasi rumah menjadi seram, karena komunikasi tidak terjalin dengan nyaman dan lancar. Suami sudah bosan dengan istri, istri juga sudah bosan dengan suami.

Maka, apabila diantara pasangan hanya saling menutup diri tanpa komunikasi yang terbuka dan transparan, dikhawatirkan juga akan berakhir di meja sidang perceraian. 

3. Bohong

" Mas...koq uang belanjanya bulan ini berkurang ?," tanya seorang istri kepada suaminya.

" Iya Mah, kebutuhan bulan ini banyak, untuk iuran sana sini..Yang sabar yah..nanti semoga ada rejeki lain," sahut suaminya.

Sepintas dialog ini bagus, namun ternyata suami menyembunyikan rahasia, bahwa ia tidak menyerahkan uangnya, bahkan ia tidak jujur kepada istrinya. Ia gunakan untuk chat dengan wanita lain bahkan mengirim pulsa kepada teman akrabnya yang wanita. 

Kalau sudah saling bohong, suami bohong pada istri, atau istri juga bohong pada suami, maka lambat laun akan ketahuan juga dan kalau tanpa komunikasi berlanjut sesama pasangan, bisa juga berakhir di meja perceraian.

4. Iri

" Mas...kapan yah punya mobil kaya si Erni itu, padahal suaminya biasa saja"

" Mas..tetangga kita habis beli TV baru, TV kita sudah pudar warnanya, kapan bisa beli tv baru," ujar salah seorang istri kepada suaminya. 

Tanpa menyalahkan dari sisi istri, suami juga kadang seperti itu, " Mah..malu saya pakai motor butut terus, gak kayak suaminya si Desi yang dibelikan motor baru oleh mertuanya," ujarnya.

Dialog diatas rata-rata adalah muncul karena sifat iri. Iri yang berlebihan akan menjadikan suasana rumah tangga tidak pernah merasa brsyukur atas apa yang dimiliki masing-masing pasangan. Apalagi sampai iri dengan pasangan orang lain yang lebih cantik, lebih montok dan lainnya. Ini berbahaya !!!

Jadi, rasa iri akan membahayakan bagi keberlangsungan rumah tangga, hal ini harus segera dikomunikasikan agar memunculkan rasa syukur dengan apa yang dimilikinya. Tidak mudah merasa iri dan merasa kurang terhadap apa yang dimilikinya.

5. Selalu Menuruti bujukan orang

Kulkas dibeli atas usulan mertua, beli kasur baru juga atas usulan tetangga sebelah. Baju baru dibeli atas ide temannya dan barang-barang yang ada di sekitar rumahnya dibeli bukan karena butuh, namun karena selalu menuruti bujukan orang lain.

Bujukan yang baik, tentu tidak mengapa, namun apabila bujukan itu justru menyebabkan renggangnya hubungan rumah tangga, lebih baik perlu selektif lagi dalam menerima saran dari orang lain. Jangan mudah turuti orang lain, sedangkan disisi lain terjadi percekcokan atau permasalahan diantara pasangan.

Dengan menjalin komunikasi dan instropeksi diantara pasangan, akan menjadikan racun-racun tersebut tidak akan menjangkiti pasangan. Semoga bermanfaat.

Penulis

LUKMANUL HAKIM

[Kombes] Kompasianer Brebes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun