Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis - wartawan

Menulis adalah bekerja untuk keabadian - P.A.Toer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Deja Vu Men-Shi : Dipotong Telinganya Oleh Kertanegara dan Skema Debt Trap Diplomacy

7 April 2023   16:37 Diperbarui: 7 April 2023   21:30 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kalian mau dibangun Infrastruktur buat kota kalian? Dengan biaya yang sangat murah maka bangsa kalian akan maju," rayu para petinggi Politbiro Partai Komunis China melalui agen mereka di perantauan. Tahap selanjutnya tentu saja para overseas ini connecting dengan penguasa di negara dunia ketiga yang bermental budak, rela menjual bangsanya, rakus akan uang rente hutang.  

Perilaku mereka ini : antek pengkhianat dan bandar narkoba hampir sama saja. 11 12 kalau orang bilang. Sudah hidup di negara kelahiran mereka, eh malah merusaknya demi bangsa asing. Kalau dulu berkiblat pada negara-negara barat sebagai hegemoni di dunia. Maka kini diyakini mereka ikut terlibat dalam skema One Belt One Road. 

Kolonisasi negara dengan skema bantuan luar negeri atau analis sebut : debt trap diplomacy. Diplomasi jebakan hutang. 

Selanjutnya, kelompok taipan/ pengusaha yang dibesarkan dari keringat hasil pribumi tersebut, sesungguhnya kuat dugaan sudah berkhianat terhadap saudara sebangsa dan setumpah darah. Karena mereka sekarang selain berkelompok secara inklusif, disinyalir juga sudah memiliki hasrat untuk menguasai, secara de facto merebut kedaulatan milik pribumi secara politik. Bukan lagi hanya dominasi secara ekonomi. Caranya adalah dengan bersekongkol dengan pejabat pribumi yang bermental rakus. Play As A God.

Sementara itu, kohesivitas sosial kita belakangan seperti sengaja dibenturkan untuk saling cakar-cakaran satu sama lain. Sosmed sebagai ruang literasi publik, ironisnya netizen justru saling baku tikam dalam perang narasi. Kelompok penjarah pengkhianat tadi berpesta pora menyedot kekayaan negara. Bukankah the guardian sudah menyingkap tabir? 

Sesungguhnya buzzerp tadi "dibayar" untuk fabrikasi kegaduhan. Dan kita dengan polosnya malah meladeni mereka. Tahu gak? Setiap komen yang kita lontarkan atas postingan provokatif, mereka dapat uang dari situ. Semakin banyak komen, semakin kaya mereka. Makanya, kalau saya pribadi, lebih memilih diam saja, walau terus terang hati ini mendidih saat melihat mereka seenaknya saja menghina syariat Islam. Saya lebih memilih mengadukan keluh kesah saya pada Allah Azza Wa Jalla di dalam sujud saya. 

Jadi, sadarkah kita semua? Ada sesuatu yang tidak lazim dalam fabrikasi isu yang terlihat norak. Kok syariat agama islam dipermasalahkan, kok kerekatan kita sebagai bangsa malah seolah dibuat renggang? Kenapa sih, bahan olahan pendengung cuma Anies, Islam dan oposisi? Kenapa mereka bungkam saat melihat isu papua? Diam ketika kasus mega korupsi ASABRI, JIWASRAYA terkuak? Atau saat kelangkaan migor, saat rakyat terjengkang bertubi-tubi dihajar kenaikan TDL, gas dan bbm? Kemana narasi ganas mereka? Ada apa sih sebenarnya? Apakah buzzerp sedang menjalankan skenario yang disodorkan oleh komprador asing? 

Sadarlah bangsaku, ada pendulum sejarah yang dikhawatirkan bisa berulang disini. Ada alur cerita yang sama, yang sedang berupaya diulangi. (*)

Oleh : Lukman Hakim ~ penulis

~ tinggal di Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun