Mohon tunggu...
Lukman Yunus
Lukman Yunus Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di pedesaan

Minat Kajian: Isu lingkungan, politik, agama dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ironi Sekolah Swasta di Manggarai Barat Cuma dapat 1 Murid Baru

13 Juli 2020   14:17 Diperbarui: 14 Juli 2020   06:33 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/qhWTR8DWrLWLMeh77

"SMP Muhammadiyah di Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat sepi murid baru. Hari ini hanya satu orang murid baru kelas VII."

Hari ini Senin, 13 Juli 2020 sekolah memasuki ajaran baru. Tahun ajaran baru biasanya ditandai dengan adanya murid baru yang duduk di bangku kelas 1 baik itu tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA/SMAK. Namun apa jadinya jika sekolah tidak ada murid baru?

Tujuan berdirinya sekolah utamanya adalah sebagai wadah pendidikan fomal untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan terhadap murid. Kedua unsur pendidik dan murid wajib ada, jika salah satunya tidak ada maka fungsi pendidikan tidak berjalan. Pendidik ada namun murid tidak ada, mau ajar siapa? Pun sebaliknya.

Contoh kasus ialah SMP Muhammadiyah di Desa Poco Rutang. Sekolah ini berdiri pada tahun 2017. Sejarah awalnya terbentuk atas kerjasama Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pendidikan setempat dengan Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Manggarai Barat. Atas kesepakatan kedua belah pihak maka berdirilah SMP Muhammadiyah pertama di Desa Poco Rutang.

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia sudah dikenal oleh masyarakat luas. Misi yang diembannya salah satunya ialah memajukan pendidikan di Indonesia melalui sekolah Muhammadiyah. Terbukti hampir di setiap daerah memiliki sekolah Muhammadiyah. Bahkan juga terdapat Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Dalam mewujudkan misi pendidikan tersebut tentu tidak bisa dilakukan oleh Pengurus Pusat saja melainkan harus ada koordinasi dengan Pengurus Daerah hingga pengurus Muhammadiyah di tingkat Kecamatan. Salah satu sekolah yang terwujud adalah SMP Muhammadiyah di Desa Poco Rutang.

Bangunan awal sekolah memanfaatkan gedung sekolah MI yang lama dan tidak terpakai lagi. Kondisinya memprihatinkan, lantai tanah dan didingnya berbahan bambu. Bangunan tersebut hanya bersifat sementara. Masyarakat setempat yang masih kental dengan budaya gotong royong berpartisipasi dalam mewujudkan gedung baru sekolah Muhammadiyah. Setiap panen, sebagian hasilnya dikumpulkan untuk membeli bahan material sekolah. Selain itu sumbangan dari banyak pihak lainnya turut membantu mendirikan bangunan sekolah baru. Alhasil pada pertengahan tahun ajaran baru 2018/2019 gedung baru tersebut digunakan.

Secara kuantitas, jumlah murid angkatan pertama berjumlah 11 orang, angkatan kedua berjumlah 9 orang, dan yang ketiga berjumlah 12 orang. Sedangkan guru berjumlah 8 orang dipimpin oleh Kepala SMP, Junaidin. Nah, pada tahun ajaran baru 2020/2021 ini hampir tidak ada murid yang mendaftar di SMP Muhammadiyah. Menarik untuk ditelusuri soal apa penyebabnya?

Sangat ironis, jika mengingat usaha dan kerja keras yang dilakukan tahun 2017 lalu guna mendirikan bangunan sekolah namun hari ini sekolah tersebut seolah diangap tidak ada. Kenapa orangtua murid tidak mendaftarkan anaknya di SMP Muhammadiyah? Sekolah yang susah payah dibangun.  

Mendengar pengakuan dari orang tua murid dan umumnya masyarakat setempat beranggapan bahwa sekolah tersebut belum memperoleh status izin operasional. Sebagian besar khawatir atas kondisi tersebut. Persepsi kolektif tersebut berimplikasi pada nasib SMP Muhammadiyah tahun ini yang sepi murid baru.

Kepala Sekolah dalam rapat bersama orang tua murid sudah menyampaikan berulang bahwa mengurus perizinan sekolah itu masih dalam proses. Sementara ini tahapan mengumpulkan syarat-syarat guna hal tersebut. Jadi selama ini SMP Muhammadiyah di desa Poco Rutang kurang lebih sekolah cabang yang mana induknya ada di desa lain. Ada kerja sama dua sekolah yang sama-sama bernaung dibawah komando Muhammadiyah.

Apa arti sebuah sekolah jika murid baru cuma 1 orang? Kepala SMP Muhammadiyah bingung bagaimana mencari solusi agar sekolah ini tetap eksis hingga kedepannya. Koordinasi dengan pihak sekolah MI untuk mengarahkan murid tamatannya ke SMP Muhammadiyah pun tidak membuahkan hasil. Memang sepenuhnya hak orangtua murid untuk memilih sekolah dimana anaknya ditempatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun