Tidak ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan yang kompleks tentang siapa yang akan menang antara rakyat biasa dan oligarki. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, dan keadaan dapat berubah seiring waktu.
Oligarki memiliki banyak kekuatan untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Mereka biasanya memiliki banyak uang, yang dapat mereka gunakan untuk mendanai kampanye politik, menyuap pejabat, dan melobi pemerintah. Selain itu, mereka biasanya memiliki akses ke media, yang dapat mereka gunakan untuk menyebarkan pesan dan mendiskreditkan lawan-lawan mereka.
Selain itu, oligarki sering bersahabat satu sama lain. Mereka dapat menghadiri acara sosial yang sama, menjabat di perusahaan yang sama, dan bahkan menikah. Mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama berkat kekuatan yang mereka miliki dari jaringan.
Kekuatan Pribumi :Â
Selain itu, penduduk asli memiliki banyak kekuatan yang membantu mereka melawan oligarki: mereka seringkali lebih banyak dari oligarki dan dapat bersatu untuk menuntut perubahan; selain itu, pengetahuan mereka yang luas tentang negara dan budaya mereka membantu mereka melawan oligarki.
Masyarakat lokal juga lebih terhubung berkat teknologi seperti media sosial. Ini memudahkan koordinasi tindakan, pertukaran data, dan pembentukan gerakan sosial yang kuat.
Masa Depan :Â
Tidak ada yang tahu antara pribumi dan oligarki siapa yang akan menang pada akhirnya. Namun, jelas bahwa masing-masing pihak memiliki kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor seperti seberapa bersatu rakyat, seberapa bersedia oligarki untuk menggunakan kekuasaan mereka, dan bagaimana pemerintah menangani situasi tersebut dapat mempengaruhi hasil.Â
Faktanya :Â
Namun, apa yang mau diharapkan dari negara yang penuh dengan ketidakadilan dan kedzaliman didalamnya pada masa mendatang? Bukankah dalam negara ini "siapa yang memiliki uang dan harta, ialah yang berkuasa." Para oligarki hanya membuat janji dengan dalih kebahagian dan kemakmuran. Tapi kenyataannya, mereka hanya memanfaatkan para pribumi untuk sebuah ambisi. Seolah gambaran tentang kebahagian itu dan kemakmuran itu hanyalah mimpi dan halusinasi belaka.Â
Berapa banyak suara yang mengudara, tentang sistem yang salah untuk dimusnahkan? Berapa banyak suara yang menegaskan sistem demokrasi mereka tidak bekerja? Tapi apa mereka mendengarnya? Tidak sama sekali. Mereka terus melanjutkan sistem yang salah itu, bahkan mereka menuankannnya dan sistem yang benar mereka anggap itu musuh yang nyata.Â
Dimana letak hati nurani mereka? Matikah? Atau tak berfungsi? Sepertinya memang sudah mati, karena pada kenyataannya pribumi dipaksa menghidupinya dan dirampas haknya, tapi mereka dengan santainya tertawa dengan menjajah negaranya serta membiarkan kerusakan itu terus ada tanpa mau bertanggungjawab atas perbuatan yang telah mereka buat.Â
Kesimpulan :Â
Jelas bahwa penduduk asli memiliki kekuatan untuk melawan oligarki dan memperjuangkan hak -hak mereka. Perjuangan antara keduanya sangat sulit untuk dijawab, dan hasilnya tidak pasti. Sebab apa gunanya kuantitas di depan hukum yang menindas?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H