Namun, apa yang mau diharapkan dari negara yang penuh dengan ketidakadilan dan kedzaliman didalamnya pada masa mendatang? Bukankah dalam negara ini "siapa yang memiliki uang dan harta, ialah yang berkuasa." Para oligarki hanya membuat janji dengan dalih kebahagian dan kemakmuran. Tapi kenyataannya, mereka hanya memanfaatkan para pribumi untuk sebuah ambisi. Seolah gambaran tentang kebahagian itu dan kemakmuran itu hanyalah mimpi dan halusinasi belaka.Â
Berapa banyak suara yang mengudara, tentang sistem yang salah untuk dimusnahkan? Berapa banyak suara yang menegaskan sistem demokrasi mereka tidak bekerja? Tapi apa mereka mendengarnya? Tidak sama sekali. Mereka terus melanjutkan sistem yang salah itu, bahkan mereka menuankannnya dan sistem yang benar mereka anggap itu musuh yang nyata.Â
Dimana letak hati nurani mereka? Matikah? Atau tak berfungsi? Sepertinya memang sudah mati, karena pada kenyataannya pribumi dipaksa menghidupinya dan dirampas haknya, tapi mereka dengan santainya tertawa dengan menjajah negaranya serta membiarkan kerusakan itu terus ada tanpa mau bertanggungjawab atas perbuatan yang telah mereka buat.Â
Kesimpulan :Â
Jelas bahwa penduduk asli memiliki kekuatan untuk melawan oligarki dan memperjuangkan hak -hak mereka. Perjuangan antara keduanya sangat sulit untuk dijawab, dan hasilnya tidak pasti. Sebab apa gunanya kuantitas di depan hukum yang menindas?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H