Mohon tunggu...
Mochamad Luqmanul Hakim
Mochamad Luqmanul Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan Mahasiswa S1 Manajemen di Universitas Airlangga. Hobi saya adalah membaca buku dan menulis cerita dalam bentuk novel ataupun cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengurangi Sampah, Menyuburkan Bumi: Kisah Inspiratif dari BBK 3 UNAIR Karangpoh

4 Februari 2024   19:33 Diperbarui: 4 Februari 2024   19:54 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga telah mengajak masyarakat pada Rabu (24/1) untuk memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik dalam kegiatan Belajar Bersama Komunitas (BBK) yang ketiga. Masyarakat yang dimaksud adalah warga Desa Karangpoh, Kecamatan Tandes, Surabaya.

Pemanfaatan ini menjadi salah satu solusi untuk menjawab permasalahan polusi udara berupa bau tidak sedap yang timbul ketika sampah tidak segera diangkut oleh petugas kebersihan. Selain itu, sampah organik juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Dalam konteks pengelolaan sampah organik, beberapa dampaknya meliputi peningkatan eutrofikasi, pencemaran air, dan masalah kesehatan akibat penumpukan sampah (Rivaldi, 2022).

Pemanfaatan sampah organik memiliki banyak manfaat, yaitu mengedukasi masyarakat akan pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah, khususnya sampah rumah tangga. Diharapkan masyarakat dapat memiliki kesadaran penuh atas sampah yang mereka hasilkan sehingga dapat medorong terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 poin ke-12 berbunyi “responsible consumption and production.”

Melalui program Bank Sampah, para mahasiswa ini memanfaatkan limbah drum bekas cat menjadi komposter. Komposter adalah sebuah teknologi pengolahan sampah organik yang mengubahnya menjadi pupuk kompos (Purimahua, 2023). Penggunaan drum didasari atas alasan ekonomis dan penerapan prinsip reusable yang ditujukan sebagai pendorong terwujudnya SDGs 2030 poin ke-15 berbunyi “life on land”. 

Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Setelah membuat komposter, kemudian sampah rumah tangga organik (seperti sayur, buah, nasi sisa, dan sejenisnya) yang akan diolah menjadi kompos. Selanjutnya, dibuatlah larutan dengan komposisi berisi air, cairan EM4, dan molase (tetes tebu) dengan perbandingan 50:½:1. Larutan ini berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan pupuk organik.

Setelah menunggu selama kurang lebih 3 minggu, sampah organik siap dipanen oleh masyarakat. Hasil produk yang didapatkan dari komposter ini adalah pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan
Sumber: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Daftar Pustaka:

Rivaldi, M.R., Saputra, A., & Swantomo, D. (2022). Studi Perbandingan Dampak Lingkungan Produksi Biogas Dari Bahan Baku Substrat Kotoran Sapi dan Sampah Organik Padat. Jurnal Daur Lingkungan.

Purimahua, S.L., Setyobudi, A., Sahdan, M., Junias, M.S., Widiastuti, T., & SarinahBasri, K. (2023). Penerapan Teknologi Komposter dan Pemanfaatan Sampah Organik menjadi Kompos pada Skala Rumah Tangga. Genitri Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun