Mohon tunggu...
Lukianto Suel
Lukianto Suel Mohon Tunggu... Biasa, tak ada yang istimewa

Menulis itu seperti berbicara tanpa lawan...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Naskah Renungan

29 Februari 2024   12:41 Diperbarui: 29 Februari 2024   12:50 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proloog, disaat lampu sudah dimatikan, lilin sudah dinyalakan.

(Dibaca pelan-pelan dengan suara rendah) 

 

Sahabat  dan saudara-saudaraku, marilah kita diam sejenak. 

Pejamkan mata, namun bukalah hati dan pendengaran 

untuk bersama-sama dalam renungan yang kita tujukan untuk diri kita ...

(Pemandu diam sejenak untuk memastikan semua sudah melaksanakan apa yang dia arahkan.)

(Jika memungkinkan, musik lembut dimulai setlah berlalu sekitar 15 detik baru dimulai...)

Isi renungan

 

Malam ini, adalah malam yang penuh ketenangan

Malam yang penuh rahmat, disela rintik air yang jatuh

dari sayap-sayap malaikat Allah, Tuhan semesta alam

Malam ini adalah malam yang penuh dengan penyatuan

Penyatuan kita kepada Tuhan, kepada alam semesta dan penyatuan hati kita

Bersama teman, para sahabat dan saudara....

Ya Allah Yaa Tuhan kami, dimalam yang penuh keindahan dan ketenangan ini,

Kami hadir bersama-sama dihadapanMu

Utuk sejenak membuka hati kami

Yang selama ini terkadang tertutup oleh keinginan duniawi.

Kami berharap didalam keheningan ini ada secercah sinar

Yang memandu jiwa kami kepada

Betapa besarnya nikmat yang telah engkau berikan

Kepada kami

Ketika disaat kesibukan kami membelenggu

Lalu kami mengeluh , meratap dan menangis

Seolah dunia menghimpit kami pada tempat

Yang sangat dalam

 Lalu disini, saat ini.....

Kami letakkan ujung dahi kami di atas altar singgasanamu

Untuk meratap dan menyesali apa yang telah kami sangkakan kepadaMu

(pemandu dengan lembut meminta seluruh hadirin utuk bersujud lalu melanjutkan membaca degan seluruh perasaannya)

 

Kami teteskan airmata kami

Membasahi altar ini dengan tetesan air

Yang kauciptakan dengan lembut

Untuk membuka hati kami

dalam kesyukuran yang sangat dalam

kami pejamkan mata kami,

justru untuk membuka telinga dan hati kami

akan tanda-tanda yang kau tebarkan diatas semesta ini

airmata dalam sujud kami Yaa Allah Yaa Tuhan kami

Adalah wujud dari rasa penghambaan kami

yang menyentuh kaki singgasanaMu

(diam sejenak dan biarkan musik bertalu lembut)

(pemandu meminta kembali untuk duduk bersimpuh)

Terimakasih Yaa Allah, Yaa Tuhan kami... (lembut...)

Disaat ini, diantara senyum

yang Kautebarkan untuk kami

Kau dekatan kami bersama sahabat-sahabat kami

Dalam keheningan yang semakin dalam...

Dialah...merekalah yang selama ini

Memberikan semangat kepada kami

Memberikan pelajaran kepada kami

Tak peduli siapa dia

Akan kami lafaskan doa bagi kebahagiaan mereka

Kebahagiaan lahir dan batin

Karena merekalah yang selama ini

Dengan diam-diam selalu memeluk kami

Dalam kehangatan dan doa yang dalam

Juga...........agar kami mampu

Menanggung dan menyelesaikan

semua tugas-tugas kami didunia ini

karena merekalah hikmat setiap langkah

terbuka dihati kami.....

(pemandu meminta untuk saling menggenggam jemari teman disampingnya dengan lembut...)

Aku ada disini wahai sahabatku

Jangan kau bawa bebanmu sendirian

Jangan kau  junjung rasa berat dihatimu dalam kesendirianmu

Yaa...

Aku ada disini saudaraku

Untuk selalu bersamamu

Memikul beban yang telah diberikan kepada kita

Kita akan selalu bersama

Melangkah

Berjalan

Meniti jalan menuju setiap cita-cita

yang kita lalui sejak dulu....

Berbesar hatilah sahabatku,

Apapun yang kita lewati bersama, adalah

Ketentuan Tuhan yang tak bisa dibantah

Persaudaraan kita adalah

KehendakNya yang tak bisa kita hindari

Dalam genggaman jemari ini saudaraku,

Mari kita satukan hati dan jiwa kita

Dalam kegembiraan dan kebahagiaan.

(Diam sejenak, music masih mengalun lembut.....)

(Pemandu meminta untuk melepaskan genggaman secara perlahan....)

 

Disaat genggaman kita terlepas,

Disaat itulah hati kita semakin terpaut dan tertaut...

Kita segera memahami bahwa silaturahmi

Adalah hal paling hakiki...

Sebagai mana doa orang tua kita yang tak pernah putus...

Lantunan dan lafas dalam desah nafas mereka

Selalu berulang-ulang menyebut nama-nama kita

Dimalam hari

Disiang hari

Maupun pagi hari...

Coba, kini hadirkan dihadapan orangtua kaliyan yang telah mulai renta

Saksikan senyum mereka yang selalu merekah

tak pernah henti mengatakan :" nak, kesayangan kami yang indah..."

lalu terhidang, kesejukan dan kenyamanan pelukan mereka...

Lihat ayahmu....

Kerutan yang mulai merata diwajahnya,,,

Rambutnya yang mulai memutih,....

Tangannya yang tak lagi kekar....

Pandangan yang tetap tegar

Bibirnya yang tetap bertasbih...

Mendoakan anak-anak mereka

Dalam balutan kelelahan karena ingin membehagiakanmu....

Bersimpuhlah wahai saudaraku...

Dihadapan ibu kalian

Pegang lututnya lalu berbaringlah dipangkuannya...

Rasakan betapa hangatnya pangkuan yang mulai renta

Dengan balutan pakaian yang mulai kusam

Dengan pelukan yang tak pernah terasa dingin

Lalu katakan...

" Wahai ibu, maafkan anakmu yang belum mampu membahagiakanmu...."

"Maafkan anakmu yang selalu membantahmu....."

"Maafkan Ibu...maafkan ibuu....maafkan......"

Rasakan, betapa ibumu segera memelukmu dalam senyum yang selalu tulus...

Senyum yang tak pernah Perduli dengan derita

Senyum yang tak mengenal lelah

Kendatipun darah telah tercurah...

Disaat melahirkanmu....

Jika nanti pulang,

Jikalau engkau masih ada...

Aku akan memelukmu ibu...

Mencium tanganmu

Yang memberikan ridho

Atas kelahiranku...

(Perlahan music semakin pelan....)

(Lalu pemandu meminta untuk membuka mata mereka secara lembut....) 

(Setelah semua dirasa telah duduk kembali dengan baik...nyalakan lampu...)

Bandungan, 9 januari 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun