Proloog, disaat lampu sudah dimatikan, lilin sudah dinyalakan.
(Dibaca pelan-pelan dengan suara rendah)
Sahabat dan saudara-saudaraku, marilah kita diam sejenak.
Pejamkan mata, namun bukalah hati dan pendengaran
untuk bersama-sama dalam renungan yang kita tujukan untuk diri kita ...
(Pemandu diam sejenak untuk memastikan semua sudah melaksanakan apa yang dia arahkan.)
(Jika memungkinkan, musik lembut dimulai setlah berlalu sekitar 15 detik baru dimulai...)
Isi renungan
Malam ini, adalah malam yang penuh ketenangan
Malam yang penuh rahmat, disela rintik air yang jatuh
dari sayap-sayap malaikat Allah, Tuhan semesta alam
Malam ini adalah malam yang penuh dengan penyatuan
Penyatuan kita kepada Tuhan, kepada alam semesta dan penyatuan hati kita
Bersama teman, para sahabat dan saudara....
Ya Allah Yaa Tuhan kami, dimalam yang penuh keindahan dan ketenangan ini,
Kami hadir bersama-sama dihadapanMu
Utuk sejenak membuka hati kami
Yang selama ini terkadang tertutup oleh keinginan duniawi.
Kami berharap didalam keheningan ini ada secercah sinar
Yang memandu jiwa kami kepada
Betapa besarnya nikmat yang telah engkau berikan
Kepada kami
Ketika disaat kesibukan kami membelenggu
Lalu kami mengeluh , meratap dan menangis
Seolah dunia menghimpit kami pada tempat
Yang sangat dalam
Lalu disini, saat ini.....
Kami letakkan ujung dahi kami di atas altar singgasanamu
Untuk meratap dan menyesali apa yang telah kami sangkakan kepadaMu
(pemandu dengan lembut meminta seluruh hadirin utuk bersujud lalu melanjutkan membaca degan seluruh perasaannya)
Kami teteskan airmata kami
Membasahi altar ini dengan tetesan air
Yang kauciptakan dengan lembut
Untuk membuka hati kami
dalam kesyukuran yang sangat dalam
kami pejamkan mata kami,
justru untuk membuka telinga dan hati kami
akan tanda-tanda yang kau tebarkan diatas semesta ini
airmata dalam sujud kami Yaa Allah Yaa Tuhan kami
Adalah wujud dari rasa penghambaan kami
yang menyentuh kaki singgasanaMu
(diam sejenak dan biarkan musik bertalu lembut)
(pemandu meminta kembali untuk duduk bersimpuh)
Terimakasih Yaa Allah, Yaa Tuhan kami... (lembut...)
Disaat ini, diantara senyum
yang Kautebarkan untuk kami
Kau dekatan kami bersama sahabat-sahabat kami
Dalam keheningan yang semakin dalam...
Dialah...merekalah yang selama ini
Memberikan semangat kepada kami
Memberikan pelajaran kepada kami
Tak peduli siapa dia
Akan kami lafaskan doa bagi kebahagiaan mereka
Kebahagiaan lahir dan batin
Karena merekalah yang selama ini
Dengan diam-diam selalu memeluk kami
Dalam kehangatan dan doa yang dalam
Juga...........agar kami mampu
Menanggung dan menyelesaikan
semua tugas-tugas kami didunia ini
karena merekalah hikmat setiap langkah
terbuka dihati kami.....
(pemandu meminta untuk saling menggenggam jemari teman disampingnya dengan lembut...)
Aku ada disini wahai sahabatku
Jangan kau bawa bebanmu sendirian
Jangan kau junjung rasa berat dihatimu dalam kesendirianmu
Yaa...
Aku ada disini saudaraku
Untuk selalu bersamamu
Memikul beban yang telah diberikan kepada kita
Kita akan selalu bersama
Melangkah
Berjalan
Meniti jalan menuju setiap cita-cita
yang kita lalui sejak dulu....
Berbesar hatilah sahabatku,
Apapun yang kita lewati bersama, adalah
Ketentuan Tuhan yang tak bisa dibantah
Persaudaraan kita adalah
KehendakNya yang tak bisa kita hindari
Dalam genggaman jemari ini saudaraku,
Mari kita satukan hati dan jiwa kita
Dalam kegembiraan dan kebahagiaan.
(Diam sejenak, music masih mengalun lembut.....)
(Pemandu meminta untuk melepaskan genggaman secara perlahan....)
Disaat genggaman kita terlepas,
Disaat itulah hati kita semakin terpaut dan tertaut...
Kita segera memahami bahwa silaturahmi
Adalah hal paling hakiki...
Sebagai mana doa orang tua kita yang tak pernah putus...
Lantunan dan lafas dalam desah nafas mereka
Selalu berulang-ulang menyebut nama-nama kita
Dimalam hari
Disiang hari
Maupun pagi hari...
Coba, kini hadirkan dihadapan orangtua kaliyan yang telah mulai renta
Saksikan senyum mereka yang selalu merekah
tak pernah henti mengatakan :" nak, kesayangan kami yang indah..."
lalu terhidang, kesejukan dan kenyamanan pelukan mereka...
Lihat ayahmu....
Kerutan yang mulai merata diwajahnya,,,
Rambutnya yang mulai memutih,....
Tangannya yang tak lagi kekar....
Pandangan yang tetap tegar
Bibirnya yang tetap bertasbih...
Mendoakan anak-anak mereka
Dalam balutan kelelahan karena ingin membehagiakanmu....
Bersimpuhlah wahai saudaraku...
Dihadapan ibu kalian
Pegang lututnya lalu berbaringlah dipangkuannya...
Rasakan betapa hangatnya pangkuan yang mulai renta
Dengan balutan pakaian yang mulai kusam
Dengan pelukan yang tak pernah terasa dingin
Lalu katakan...
" Wahai ibu, maafkan anakmu yang belum mampu membahagiakanmu...."
"Maafkan anakmu yang selalu membantahmu....."
"Maafkan Ibu...maafkan ibuu....maafkan......"
Rasakan, betapa ibumu segera memelukmu dalam senyum yang selalu tulus...
Senyum yang tak pernah Perduli dengan derita
Senyum yang tak mengenal lelah
Kendatipun darah telah tercurah...
Disaat melahirkanmu....
Jika nanti pulang,
Jikalau engkau masih ada...
Aku akan memelukmu ibu...
Mencium tanganmu
Yang memberikan ridho
Atas kelahiranku...
(Perlahan music semakin pelan....)
(Lalu pemandu meminta untuk membuka mata mereka secara lembut....)
(Setelah semua dirasa telah duduk kembali dengan baik...nyalakan lampu...)
Bandungan, 9 januari 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI