Perjalanan hidup ini bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani. Banyak sekali lika-liku tantangan yang belum kita lewati saat ini. Bisa jadi hal seperti itu sedang menunggu kita di depan. Atau mungkin sebentar lagi. Tentunya ada banyak kejutan yang akan kita hadapi nanti.
Seseorang tumbuh dan berkembang dengan baik adalah berkat orang tua yang memberikan service terbaik. Baik itu dari segi asupan gizi, komunikasi, Pendidikan moral, keagamaan ataupun dari segi bersosial, mengajarkan berbicara dan lain-lain. Sebagai anak, tentu harus bangga , bersyukur dan sangat berterimakasih atas jasa-jasa dalam menjaga dan memberikan kebutuhan hidup kepada diri kita.
Itu hanya berada di sekitar lingkup keluarga, belum berada di lingkup-lingkup lain. Seseorang akan tumbuh ketika berada di lingkup-lingkup yang lain, seperti di lingkup masyarakat, sekolah, organisasi, dan negara. Dan lingkungan sangat penting bagi perkembangan diri kita adalah berada di lingkungan masyarakat atau social.
Saat di lingkungan masyarakat, kita akan mendapat pelajaran yang tanpa kita mencari pun-pasti akan mendapatkannya. Atau hal yang tidak kita pikirkan, kita mendapatkannya tanpa kita sadari. Itu berkat pengaruh dari perbedaan kekuatan intelektual, emosional dan spiritual dari masing-masing orang di sekitar kita. Berkat merekalah diri kita yang sekarang seperti ini.
Ada sebuah perkataan bahwa kebaikan, kesholehan, keimanan seseorang itu bisa dilihat dari teman di sekelilingnya atau teman dekatnya. Jika kita berada di lingkungan baik, maka baik pula diri kita. Atau jika kita berada di lingkungan buruk, besar kemungkinan diri kita menjadi buruk. Kita berada di lingkungan teman-teman yang rajin belajar dan ibadah, maka besar kemungkinan kita pun akan seperti itu. Sebaliknya, jika kita berada di lingkungan yang dimana teman-teman itu banyak malasnya, berhela-hela, banyak mainnya dan sebagainya, maka kemungkinan diri kita juga bisa kecipratan seperti itu.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Inilah yang menjadi ketakutan masing-masing individu yang ternyata hampir tidak sadari oleh kita. Perlahan-lahan terbawa arus yang bertolak belakang dengan diri kita dan malah mengikuti arus tersebut. Merupakan salah satu bentuk kecerobohan kita dan kurang berpendirian dalam menyikapi kondisi lingkungan.
Pengaruh teman bagi diri kita itu sangat kuat dan luar biasa. Sebanyak apapun orang tua memberikan kebutuhan segalanya, akan kalah dengan pengaruh temannya jika kurang memiliki pendirian. Maka, kita harus lebih selektif lagi dalam memilih dan membersamai seorang teman.
Dalam sebuah hadits, Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628
Penjual minyak wangi walaupun anda tidak membelinya, tetap akan mendapatkan bau darinya. Seorang pandai besi, saat kita dekat dengannya, bisa jadi percikan apinya mengenai pakaian, bahkan melukai atau jika tidak, akan tetap mendapatkan bau asapnya yang kurang sedap. Jelas sampai disini ?
Sangat disayangkan terutama untuk kaum muda, toh dia di rumahnya baik-baik saja dengan keluarganya, tetangganya, teman-temannya. Tapi karena salah pergaulan, lebih sering main keluar entah kemana pergi dan tujuannya untuk apa, psikisnya menjadi mengalami perubahan, hubungan dengan teman buruk, sholat menjadi tidak karuan dan lain-lain.
Mungkin sudah cukup jelas ya, seperti apa teman yang buruk dan teman yang baik. Bisa jelas dirasakan oleh diri kita. Mana yang menuntut kita, bersama-sama taat dan patuh terhadap Allah SWT, berakhlak yang baik, cenderung kepada kebaikan. Dan mana yang menuntut kita menjadi kurang patuh pada perintah-perintah Allah SWT, banyak malasnya, kurang produktif, kurang bermanfaat dan cenderung menjadikan diri kita lalai.
Na'udzubillahi min dzalik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H