Mohon tunggu...
Luqman Abdul Chalik
Luqman Abdul Chalik Mohon Tunggu... -

Saya tertarik semua yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pencemooh Tak Pernah Belajar

11 April 2011   05:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:55 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya menyesal mengikuti meeting organisasi malam lalu. Namun, teman saya mengaku banyak mendapatkan inspirasi dari rapat itu. Saya tegaskan lagi betapa tidak menariknya rapat tadi malam dengan berbagai argumen. Yang intinya menyesal lagi karena mengikuti rapat itu sampai selesai. “Tak ada hal baru, saya hampir mengantuk. Yang ada hanya debat kusir lagi, debat kusir lagi. .Ide yang saya presentasikan pun sebenarnya ide usang yang kupoles lagi,” kata saya pesimis. 'Kalau kamu tidak yakin dengan idemu kenapa kau presentasikan?” kata temen saya. Iya sich.....(jawabku dalam hati).

Lalu saya menghantam lagi membabi buta, “Tapi ini betul-betul debat kusir yang topiknya sama dengan 3 tahun lalu., ini hanya giliran pidato. Semua ingin menuju ke satu titik tapi bagaimana caranya. Ibarat rapat para tikus mengusir kucing. Idenya bagus-bagus, tapi siapa eksekutornya. Ganti dong acaranya menjadi ‘rapat omdo', rapat omong doang” kata saya asal cuap.


Teman saya yang lebih bijak mejelaskan, kultur di organisi kita kita memang begitu, lebih-lebih para pinisepuhnya. Beraninya cuma punya ide, tak bisa melaksanakan. “Namun, bersyukurlah ada ide, berarti ada kepedulian” hibur temen saya. “Ide tadi malam bagus-bagus, presentasimu menarik, ayo kita realisasikan.!”. Dia memberi semangat. Saya hanya terdiam. Bingung. Adapun saya, kalau sudah dipuji oleh yang lainnya ya, tidak bisa mencemooh lagi. Dipuji, itu caranya agar saya diam.

Pencemooh merusak silaturahmi, tapi tidak membuat perubahan”, kata temen saya lagi dengan tidak bermaksud bercanda. Jangan pernah berkata “Tentu aja dia naik pangkat, rajin jilat pantat sich...!” (mencemooh orang lain). Atau “Orang tua gue asal-asalan nyekolahin gue, makanya gue jadi kaya gini sekarang” (mencemooh diri sendiri). "7 Habits"-nya Steven Covey? Itu kan buatan Amerika, mana bisa berlaku di sini. (mencemooh prestasi orang lain). Pencemooh hanya membenarkan dirinya dengan menilai jelek usaha orang lain tanpa pernah belajar dari hal itu. Jika hal ini diteruskan, maka kamu semakin bodoh karena tidak pernah belajar dari orang lain”. Pencemooh tidak melihat kelebihan orang lain, yang tampak hanya kejelekan. “Jangan mau jadi pencemooh!” katanya menegaskan. Saya semakin menunduk. Malu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun