"Oke, saya akan terbuka saja ya, kamu kan sudah dua puluh dua tahun, sudah cukup dewasa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang dirimu," jawabnya.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, kamu ada hermiatrovicaciribri kiri, itu semacam pengerutan otak kecil," Kata dokter tersebut.
Aku masih diam menunggu penjelasan lebih lanjut, meskipun tidak akan paham benar apa yang dijelaskan. Â Bahkan mungkin untuk menuliskan nama penyakitnyapun aku salah.
"Intinya gini, ini agak sulit disembuhkan, meskipun dengan minum obat, tetapi bisa diperlambat," jelas dokter Andika
"Apa yang akan terjadi pada saya untuk selanjutnya, Dok?" tanyaku.
"Kalau seperti ini, saya tidak terlalu bisa menjelaskan ya, bingung juga saya, tapi kalau saya lihat hasil ini, mungkin kamu masih punya waktu barang tiga tahun," jawabnya.
Aku menatap dokter Andika yang diam setelah memberikan penjelasan kepadaku. Â Rasanya aku ingin protes dengan apa yang dikatakan.
"Dengan peralatan canggih yang dimiliki rumah sakit ini, apakah tetap tidak bisa membantu saya, dok? Tanyaku.
"Mungkin untuk saat ini kami belum bisa berbuat banyak, Lukas. Â Itulah keterbatasan kami sebagai manusia. Â Kami hanya alat yang dipergunakanNya, tapi semuanya ada dalam genggamanNya." jawab Dokter Andika
Aku terdiam mendengar penjelasan itu, banyak hal yang terpikir dalam benakku. Â Ada ketakutan, kekuatiran, tetapi juga kemarahan.
"Tiga tahun, waktuku masih tiga tahun. Kalau begitu buat apa aku setiap hari minum obat seabrek jika ternyata tidak mampu menyembuhkanku?" tanyaku dalam hati.