Di Yerusalem inilah mereka menemukan makna Paskah yang sesungguhnya, bangkit dari keterpurukan dan keputusasaan bersama kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Perjalanan ke Emaus yang dilakukan dua murid Yesus merefleksikan realitas kehidupan manusia saat ini. Â Peristiwa tersebut menggambarkan dua sisi hidup manusia, yang saling terkait satu sama lain. Â
Di satu sisi, ada hal yang tidak menyenangkan bahkan menimbulkan keputusasaan (Luk. 24: 13 -- 24), dan di sisi lain ada kegembiraan, semangat dan pengharapan (Luk. 24: 30 -- 35). Â Masing-masing sisi akan berjuang agar bisa mendominasi ruang hidup manusia. Â
Jika sisi negatif yang mendominasi kehidupan, maka semua yang kita fikirkan, yakini dan lakukan akan bermuara pada keputusasaan. Sebaliknya, jika aura positif yang memenuhi ruang hidup manusia, maka ia akan merasakan kegembiraan, semangat dan harapan yang baik bagi masa depan.
A. Merunut jejak keputusasaan
Kepergian Yesus dengan cara mengerikan membuat hati, dan pikir para murid pepat, dipenuhi ketakutan dan hidup tanpa harap. Â Ajaran, nasihat dan teladan Yesus tentang iman, harap dan kasih sirna tanpa bekas. Â
Maka dua murid Yesus, yang salah satunya bernama Kleopas mengambil keputusan untuk "pulang kampung", kembali ke Emaus! Â Pulang dalam keputusasaan dan kegalauan. Itulah sebabnya mereka tidak mampu mengenali saat Yesus menyertai perjalanan mereka.
Ternyata Galau bukan hanya merasuki jiwa murid Yesus. Â Dalam hidup sehari-hari, terkadang kitapun merasakan kegalauan yang mengarah pada keputusasaan saat kita merasakan beban yang terasa tidak tertanggungkan.Â
Dalam situasi Pandemi covid 19 saat ini, orang tua merasa galau dan takut. Â Banyak di antara mereka yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja yang berdampak pada sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena terhentinya penghasilan. Â Mereka takut dan khawatir akan kelangsungan hidup mereka dan keluarga karena kesejahteraan yang semakin menurun.Â
Anak anak sekolah galau karena kerinduan dan harapan mereka untuk bertemu teman teman di sekolah dan merasakan proses pembelajaran seperti sediakala tidak terpenuhi. Â Keluarga galau karena semua kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan dari rumah selama setahun masa pandemi ini menimbulkan disharmoni antar anggota keluarga.Â
Komunikasi dengan sesama nyaris terputus karena berbagai kesalahpahaman akibat salah tafsir kata atau kalimat yang kita sampaikan melalui media yang kita gunakan. Semuanya ini bisa mengarahkan kita pada keputusasaan seperti yang dialami oleh dua murid Yesus yang akhirnya memutuskan untuk "pulang kampung." Â
Mereka merasa tidak lagi memiliki figur yang bisa dijadikan tempat menyandarkan hidup, dan terlebih mereka merasa tidak ada gunanya menjadi pengikutNya, karena Yesus telah wafat. Â
Dalam kegalauan dan kepepatan hati tersebut, mereka berharap bisa mengakhiri perjalanan pulang yang dipenuhi kecemasan, ketakutan dan tanpa harap dengan kegembiraan dan bisa memulai kembali hidup baru di kampung halaman mereka. Â Â Â Â
B. Meniti Jejak Kebangkitan
Perjalanan panjang dua murid Yesus dari Yerusalem telah sampai tujuan: Emaus. Â Saatnya mereka memasuki zona kenyamanan hidup seperti yang pernah mereka rasakan, sesuatu yang sebetulnya sangat biasa! Â
Tetapi semuanya itu berubah manakala "Orang yang tidak mereka kenal dan telah menemani selama dalam perjalanan (ay. 17-18)" membuka wajah dengan "memecah-mecah roti, mengucap syukur dan membagi-bagi roti kepada mereka" (ay. 30).Â
Mereka mulai menyadari bahwa "orang yang selama dalam perjalanan tidak mereka kenal" itu adalah Yesus Kristus, Sang Guru! Â Pertemuan dengan Yesus ini pula yang mendorong mereka untuk bangkit dengan semangat dan kegembiraan, kembali ke Yerusalem untuk mewartakan kepada murid-murid yang lain bahwa Yesus telah bangkit dari kematian.Â
Di Yerusalem inilah mereka menemukan makna Paskah yang sesungguhnya, bangkit dari keterpurukan dan keputusasaan bersama kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Bagi Kleopas dan temannya, Â Yerusalem merupakan tempat istimewa. Tempat yang pernah mereka tinggalkan dengan jejak keputusasaan, sekaligus tempat menorehkan jejak kebangkitan, jejak Paskah!Â
Pada Paskah saat ini pun, kita juga memasuki Yerusalem baru. Yerusalem yang membangkitkan semangat dan mengembalikan harapan kita untuk mampu bertahan dan mengatasi tantangan hidup di masa pandemi covid 19 ini dengan menjalani hidup secara lebih kreatif dan inovatif.Â
Kita percaya bahwa bersama Yesus yang bangkit, kita tidak akan pernah menemui jalan buntu dalam setiap kesulitan yang kita hadapi. Kebangkitan Yesus telah membuka seribu pintu pengharapan jika di hadapan kita terlihat satu pintu yang menuju pada keputusasaan.
Menjadi Gereja yang menghidupkan
Sapaan Yesus kepada dua murid yang putus asa, telah mengembalikan mereka dalam komunitas murid Yesus di Yerusalem. Â Mulai saat itu, mereka terlibat dalam peningkatan kualitas hidup bersama sebagai perwujudan peristiwa Paskah mereka.
Masing-masing pribadi dalam komunitas berupaya menjadi sarana keselamatan bagi sesamanya, dengan cara bersolider dengan mereka yang membutuhkan, seperti terungkap dalam cara hidup mereka, "Dan selalu ada dari mereka yang yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing masing." (Kisah 2: 45).
Saat ini, teladan para rasul sangat tepat untuk kita laksanakan dalam hidup kita, karena banyak dari saudara saudari kita yang mungkin kurang beruntung dan membutuhkan uluran tangan kita.
Dengan kebangkitan Kristus, kita jadikan hidup kita sebagai lilin pengharapan bagi sesama yang dalam keputusasaan sehingga dalam kebersamaan kita mampu menjadi Gereja yang menghidupkan. Selamat Paskah 2021!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H