Mohon tunggu...
Lukas SungkowoJoko Utomo
Lukas SungkowoJoko Utomo Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis buku

Katekis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Antara Dua Jejak Emaus (Luk. 24: 13-35)

4 April 2021   16:00 Diperbarui: 4 April 2021   16:09 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Yerusalem inilah mereka menemukan makna Paskah yang sesungguhnya, bangkit dari keterpurukan dan keputusasaan bersama kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

Perjalanan ke Emaus yang dilakukan dua murid Yesus merefleksikan realitas kehidupan manusia saat ini.  Peristiwa tersebut menggambarkan dua sisi hidup manusia, yang saling terkait satu sama lain.  

Di satu sisi, ada hal yang tidak menyenangkan bahkan menimbulkan keputusasaan (Luk. 24: 13 -- 24), dan di sisi lain ada kegembiraan, semangat dan pengharapan (Luk. 24: 30 -- 35).  Masing-masing sisi akan berjuang agar bisa mendominasi ruang hidup manusia.  

Jika sisi negatif yang mendominasi kehidupan, maka semua yang kita fikirkan, yakini dan lakukan akan bermuara pada keputusasaan. Sebaliknya, jika aura positif yang memenuhi ruang hidup manusia, maka ia akan merasakan kegembiraan, semangat dan harapan yang baik bagi masa depan.

A. Merunut jejak keputusasaan

Kepergian Yesus dengan cara mengerikan membuat hati, dan pikir para murid pepat, dipenuhi ketakutan dan hidup tanpa harap.  Ajaran, nasihat dan teladan Yesus tentang iman, harap dan kasih sirna tanpa bekas.  

Maka dua murid Yesus, yang salah satunya bernama Kleopas mengambil keputusan untuk "pulang kampung", kembali ke Emaus!  Pulang dalam keputusasaan dan kegalauan. Itulah sebabnya mereka tidak mampu mengenali saat Yesus menyertai perjalanan mereka.

Ternyata Galau bukan hanya merasuki jiwa murid Yesus.  Dalam hidup sehari-hari, terkadang kitapun merasakan kegalauan yang mengarah pada keputusasaan saat kita merasakan beban yang terasa tidak tertanggungkan. 

Dalam situasi Pandemi covid 19 saat ini, orang tua merasa galau dan takut.  Banyak di antara mereka yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja yang berdampak pada sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena terhentinya penghasilan.  Mereka takut dan khawatir akan kelangsungan hidup mereka dan keluarga karena kesejahteraan yang semakin menurun. 

Anak anak sekolah galau karena kerinduan dan harapan mereka untuk bertemu teman teman di sekolah dan merasakan proses pembelajaran seperti sediakala tidak terpenuhi.  Keluarga galau karena semua kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan dari rumah selama setahun masa pandemi ini menimbulkan disharmoni antar anggota keluarga. 

Komunikasi dengan sesama nyaris terputus karena berbagai kesalahpahaman akibat salah tafsir kata atau kalimat yang kita sampaikan melalui media yang kita gunakan. Semuanya ini bisa mengarahkan kita pada keputusasaan seperti yang dialami oleh dua murid Yesus yang akhirnya memutuskan untuk "pulang kampung."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun