Mohon tunggu...
Lukas Budi
Lukas Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Biografometrik Nusantara

Biografometrik Nusantara (grafonomi,deteksi kebohogan, tes integritas, )

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pasca Kerjasama Jet Tempur KF-21 Boromae

20 November 2022   10:34 Diperbarui: 20 November 2022   10:38 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alasan penelitian ini menurut Firman Hartono adalah material dasar pengembangan turbo jet ini  mudah dicari didalam negeri tanpa perlu adanya impor dari luar negeri, mesin turbojet ini selain dapat  untuk pesawat dengan penggerak tubo  jet,  dapat juga mesin turbo jet ini dipasang untuk rudal dengan jangkaunya jauh, sulit dideteksi oleh radar karena dapat terbang 20 meter diatas permukaan laut,  kecepatannya dapat mencapai supersonic. DR Firman sudah memulai pengembangan ini sejak Tahun 2015 dan mendapati hambatan yang memang harus ada campur tangan pemerintah untuk dukungannya.

Menurut DR Firman dalam pengembangan ini hambatannya   adalah pendanaan , dengan pergantian tahun anggaran  memunculkan birokrasi baru dengan pendanaan yang makin berkurang. Hambatan- hambatan ini  hampir sama  didalam  pengembangan pesawat tanpa awak MALE Elang Hitam , padahal percepatan pengembangan ini sudah ada Undang-undang yang memayunginya( Perpres No. 109 Th 2020 ) .menurut ketua BRIN dan pelaksana tugas Kepala Pusat Teknologi  BRIN  hambatannya adalah masalah Teknis dan materialnya mahal, kurang optimis dapat memenuhi spek AU ( kompasiana 27/9/22 ,kebijakan, pesawat udara nir awak kombatan elang hitam), sehingga pengembangan Drone yang semula tujuan pertahanan di reposisi menjadi tujuan sipil.

Kembali ke pengembangan pesawat Turbo jet Boromae, Kalau memang Indonesia ingin mendapatkan manfaat yang maksimal dalam Kerjasama ini, Indonesia harus segera secara parallel terlibat dan langsung di aplikasikan pengetahuan dan teknis  pengembangan  pesawat Turbo jet ini di Indonesia, tidak menunggu selesai produksi KF-1 Boromae di Korsel  baru  Indonesia memulai.   Pelibatan proyek pengembangan DR Firmanto  untuk Turbo Jet bersama sama tim pengembangan KF-1,keuntungannya tenaga teknis PT DI dapat lebih mengenal teknologi Jet yang sudah dikerjakan lebih dulu oleh DR Firman,  bila ada kesulitan dapat  langsung bertanya kepada tim teknis Indonesia yang ada di Korsel.

 Keuntungan lain selain Indonesia mendapatkan secara maksimal dalam pngembangan pesawat KF-1,  adalah Indonesia akan segera dapat memproduksi Rudal jarak menengah dengan tenaga penggerak Turbo jet.

Perlu di sadari Proyek ini akan berdampak besar untuk Indonesia,  biasanya  akan  ada yang mengintervensi, banyak yang tidak suka Indonesia menjadi kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun