Penemuan mayat Shelly di halaman rumahnya sendiri membuat gempar,karena beritanya cepat tersebar sehingga makin membuat geram banyak orang di seluruh Denpasar, disiarkan terus menerus di media elektronik maupun koran pagi.Kota Denpasar yang biasanya tenang dan damai menjadi sedikit panas dan tuntutan kepada Kepolisian untuk segera menangkap pelakunya di sampaikan oleh tokoh tokoh masyarakat Bali. Tetapi belum jelas siapa yang membunuh Shelly karena ibu tirinya menyangkal tidak tahu menahu dan pembantunya seorang pemuda yang pekerjaannya mengurusi kendang ayam juga tidak mengetahui siapa yang membunuh Shelly.
Pagi itu Lettu Makmur sedang bengong di kantin bu Kasimin sambil minum kopi panas untuk menangkal kantuk dan Lelah karena pagi ini seharusnya lepas piket, tetapi tadi malam di tilpon oleh kepala Departemen untuk tidak pulang. Bu kasimin pemlik kantin dari Jogya selalu ramah kepada yang ngopi dikantinnya, walau beberapa anggota sering kasbon dan kadang kadang bayarnya lambat.”pak Makmur itu tahu dan tempe bacemnya,saya buat banyak,kemarin pak Makmur kan tidak kebagian” bu Kasimin memecah kesunyian saat Lettu Makmur lagi bengong. Tiba- tiba Pak Herman muncul didepan pintu kantin sambil senyum- senyum ,Pak Herman adalah staf di departemen yang sering membuatkan kopi dan membersihkan ruangan, “pak Makmur di panggil Bos, ditunggu diruangan segera” ,tanpa bertanya lebih lanjut Lettu Makmur lupa kopi dan tahu bacemnya langsung naik kelantai tiga menuju ruang kepala Departemen(Kadep).
Setelah ijin duduk, pak Kadep mulai bicara “bagaimana Mur , sehat?, belum sempat di jawab sudah disambung lagi, Mur hari ini kamu ke Bali ya, disana sudah di tunggu kapolresta Denpasar, tiket pesawat sudah dibelikan juru Bayak , ada kasus pembunuhan dan banyak orang ngamuk dg kasus ini, jangan lupa bawa instrument Polygraphnya, siaap pak ,ijin meninggalkan ruangan” jawab Makmur. Makmur langsung meninggalkan ruang pak Kadep untuk ambil tiket di juru bayar dan setelahnya tilpon isteri untuk pamit. Setiap anggota memang sudah ada persediaan kelengkapan pakaian di kantor, sehingga kalau ada perintah mendadak langsung dapat berangkat.
Pesawat mendarat di bandara Ngurah ray dengan mulus, langit sudah melai gelap , dan lampu lampu di bandara Ngurah ray sudah mulai menyala terang, situasi di Denpasar tidak menarik lagi bagi Lettu Makmur karena pikirannya Makmur fokus ke kasus yang akan dihadapi, biasanya kasus- kasus yang sulit, yang harus dapat memberikan jalan keluar terhadap kasus tersebut, rasanya tidak enak bila tidak dapat membantu memberikan kontribusi penyelesaian.
Setelah ketemu anggota serse Polresta Denpasar, Lettu Makmur diantar ke penginapan disekitar Polresta , “bli Made tolong saya di beri foto copy BAP(Berita Acara Pemeriksaan) dan Laporan kemajuan (Lapju) kalau memungkinkan malam ini diantar. Makmur masuk kamar langsung mandi kemudian istirahat dikamar sambil tidur tiduran. Karena Lelah dan kurang tidur membuat keblalasan tidur, terbangun Ketika terdengar ketokan kamar berulang-ulang ternyata bli Made mengantarkan berkas berkas BAP dan Labju dan langsung pulang setelah berbasa basi sebentar.
Pagi itu Makmur bangun dengan tubuh terasa segar, Udara bulan Juli lumayan sejuk, malam turun hujan di Denpasar, sambil membuat kopi, Makmur membaca BAP dan berusaha menemukan poin poin penting yang akan dicocokkan dilapangan untuk merangkaikan anatomi kasus yang nantinya berguna untuk pemeriksaan polygraph dan Interogasi. Hasil dari Visum et Repertum / VER menyebutkan , terdapat banyak luka akibat benda tumpul dikepala wajah dan leher serta bekas sundutan rokok di punggung, bekas lilitan di leher. Makmur setelah membaca hasil Ver ini badan terasa lemas, dan timbul gejolak kemarahan, “tetap tenang , sabar, berpikir jernih” Makmur berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Lettu Makmur sekitar pukul 9 pagi sudah sampai di Polresta Denpasar untuk beretemu Kasat serse Polresta, setelah pak kasat menceritakan sejenak perkembangan kasus terutama masyarakat mulai resah dan marah dengan melihat di media elektronik dan koran mengenai kondisi Shelly yang memilukan. Masyarakat menuntut kasus segera dituntaskan, Makmur kemudian diantar Kasat ke ruang barang bukti , kantung -kantung barang bukti waktu dibuka bau anyir terserap dihidung dan membuat perut mual, baju- baju dan selimut terdapat bercak bercak noda darah yang sudah mengering. “Waduh ini sudah sulit diperika DNA nya, karena darah sudah rusak “ terlintas dipikiran Makmur rusaknya karena sudah ditanam dan kehujanan,pada prinsipnya barang bukti darah harus segera diawetkan dengan cara dikeringkan dengan kipas angin atau sinar matahari,kalau darahnya dilantai dapat melalui media, kain,atau kapas dll, sering kekurang tahuan pengiriman barang bukti ini mengakibatkan kerusakan barang bukti darah, pada saat menemukan pakaian korban masih basah langsung di masukkan plastik dan dikirim ke Forensik tidak dikeringkan dulu sehingga bercak bercak darah di pakaian rusak/lisis akibatnya tidak dapat diidentifikasi lagi.
Makmur tertarik tali plastik warna kuning yang ditemukan di TKP/Tempat Kejadian Perkara yang diduga untuk menjerat leher korban, karena tali ini penting untuk dapat membantu proses penyelidikan yaitu mengkaitkan prinsip segitiga TKP antara korban dengan TKP manakala jenis dan ujung penampang potongan tali bersesuaian dengan tali yang ada di sekitar TKP( teori Tool Mark).
Kemudian Lettu Makmur setelah mengamat amati temuan-temuan yang berkaitan dengan kejadian perkara yang disimpan diruang Barang bukti di polrseta , bersama tim olah TKP dari Forensik Bali minta di Antar ke TKP yaitu rumah orang tua Shelly. Sampai dirumah Ortu Shelly yang menjadi TKP primer sudah di police line, bli Made dengan cekatan menggulung police line dan membuka pintu gerbang nya, Makmur dengan bli Made dan bersama tim Forensik bersama sama memasuki TKP.
Lokasi rumah Shelly terasa sepi karena semua penghuninya untuk sementara pindah tempat, bau busuk langsung tercium manakala melangkah ke halaman rumah membuat perut terasa mual, segera Makmur menggunakan penutup masker memasuki ruang paling depan dan Tim forensik menjelaskan bahwa perkiraan eksekusi Shelly dilakukan di ruang ini, dan menurut tim Forensik , lantai tersebut teridentifikasi bekas darah manusia. TKP sudah porak poranda dan berbagai jejak sepatu berbagai bentuk mengkontaminasi TKP primer , Makmur berkata dalam hatinya sendiri “ah seperti inilah yang membuat penyelidikan jadi sulit, karena banyak yang tidak berkepentingan masuk ke TKP”.