Sedih, Nyesek, tergerus kebanggaan,  mimpi Indonesia dapat membuat drone yang seperti dibuat Turki ANKA bersatu padu musnah,  membaca berita bubarnya konsorsium pesawat Udara Nir-Awak (PUNA) Elang Hitam, terjadi perubahan orientasi drone tersebut dari keperluan Kombatan  ke keperluan sipil ( Sindonews 23 Juli 2022).
Semakin sedih ternyata TNI beli drone dari Tiongkok CH-4  Rainbow  yang kita ketahui bersama, saat ini Tiongkok  yang paling sering mengganggu perbatasan kita di zona Ekonomi Exklusif di perairan Natuna. Padahal Turki juga menawarkan drone malah ditolak. Turki sudah relatif lama  bekerjasama dengan Indonesia, antara BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan Turkish Aerospace, generasi pertama drone ANKA Turki  diuji di terowongan angin milik BPPT.
pada Tahun 2016, Drone Elang Hitam Kombatan  merupakan salah satu program strategis Nasional (PSN), Presiden Joko Widodo sangat menaruh harapan besar  terhadap proyek ini, diharapkan drone ini untuk menjaga kedaulatan negara dari ancaman yang semakin kompleks. Proyek Elang Hitam  ini dikuatkan dengan lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Program Strategis Nasional dalam sektor teknologi.
 Tidak tanggung -tanggung Proyek ini dikerjakan oleh lima kementrian meliputi Kementrian Pertahanan, TNI Angkatan Udara, PT Dirgantara Indonesia(Pesrsero), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional(LAPAN), PT Len Industri (Persero), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Institut Teknologi Bandung(ITB).
Tak percaya tapi nyata, setelah menemukan sumber dari  Kompas.com ditulis, BRIN memutuskan untuk mengalihkan proyek drone kombatan elang hitam dari platform militer ke versi sipil, artinya tujuan mula mula yang menjadi Harapan Presiden dan masyarakat Indonesia untuk menjaga pertahanan, patroli perbatasan dengan drone kombatan ini disampaikan langsung presiden ke Hammam Riza selaku Kepala BPPT, sebagai  Deterant terhadap pihak negara luar dan meningkatkan  wibawa bangsa Indonesia tidak tercapai, kemampuan untuk meningkatkan kemampuan militer juga tidak tercapai.
Kenapa terhenti proyek PUNA Â Elang Hitam ?
Menurut Kompas.com, Senin (19/9/2022) . Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menjelaskan keputusan pengalihan versi ini diambil setelah adanya evaluasi dan audit mendalam pasca-kegagalan Elang Hitam terbang dalam momen uji coba pada Desember 2021. Selain itu, pengalihan ini juga tak lepas adanya berbagai masalah teknis lain yang berhubungan dengan mitra pemilik "teknologi kunci".
Pelaksana tugas Kepala Pusat Teknologi Penerbangan BRIN Agus Aribowo menyebut, alasan urungnya drone MALE diproduksi. Antara lain karena ada rasa pesimistis spesifikasi militer yang diinginkan TNI AU bakal terpenuhi.
Padahal PUNA Elang Hitam sebelum masuk ke proyek militer, Â pertama kali diperkenalkan di PT Dirgantara Indonesia pada 30 Desember 2019. Dikutip dari Kompas.id, Elang Hitam mempunyai kemampaun terbang pada ketinggian menengah mencapai 15.000-30.000 kaki dan mampu terbang selama 24-30 jam. Elang hitam mempunyai panjang 8,3 meter dengan rentang sayap 16 meter.
Sebagai tambahan informsi yang dikutip dari  Military Leak  23 juli 2022  BPPT dan Sage  TUBITAK Turki mengerjakan jenis rudal udara kepermukaan yang dapat dipasang di Elang  Hitam dan semoga Kerjasama ini dapat mengatasi kesulitan BRIN untuk mengembangkan Elang Hitam untuk kepentingan Militer.