Setelah hilang terkejutnya ,segera salah satu dari Mereka melaporkan penemuan mayat tersebut ke Kepolisian Sektor(Polsek) terdekat dan tidak lama kemudian,personil  Polsek  datang untuk mengamankan Tempat ditemukannya Mayat didalam drum dengan memasang garis Polisi, salah satu anggota Polsek melaporkan temuannya,  sambil  menunggu Tim olah TKP  (Tempat Kejadian Perkara) datang.
Satu bulan setelah kejadian ditemukan mayat Wanita di pantai Senggigi, di Markas besar Kepolisian Jakarta, yaitu  Gedung Forensik Pusat Jakarta merupakan bangunan kuno lantai empat yang terletak di Jakarta Selatan, waktu masih pagi sebelum Pukul tujuh, Lettu Makmur sedang menikmati sepotong tempe bacem dan segelas kopi panas , duduk dikursi kayu Panjang di depannya aneka camilan,  penjualnya bu Kasmin berusia paruh baya  asli jogya yang ramah , suaminya bekerja satu kesatuan dengan lettu Makmur.
Letak kantin ini di lantai dasar Gedung, di belakang ruang piket didekat tangga ke lantai satu. Sehingga biasanya beberapa anggota sebelum naik keruangannya mampir kekantin minum kopi atau pesan dulu supaya diantar keruangannya. Kalau kebiasaan Lettu Makmur datangnya relatif pagi karena naik bis jemputan dari asramanya yang  jauh dari kantor, setibanya dikantor  menaruh tasnya di lantai tiga  kemudian turun ke kantin, minum kopi dan makan  tempe bacem sambil menunggu apel pagi mulai.
Lettu Makmur  lagi menikmati beberapa seruput kopi , datang staf pribadi Kepala Departemen(KaDep), pak Hairman, sambil tergopoh -gopoh turun dari tangga, karena Gedung tidak dilengkapi lift, dengan gayanya yang selalu tersenyum  dengan logat Sundanya sambil memberi hormat " Pak Makmur di panggil pak KaDep segera." Lettu Makmur menjawab dengan santai "Ada perintah apa pak Hairman."  "Pokoknya pak Makmur diminta segera menghadap pak Kadep " jawab pak Hairman lagi , Lettu Makmur segera meletakkan kopi "Bu kasmin tolong dihitung saya bayarnya setelah menghadap pak Kadep ya." Bu kasmin sangat pengertian, kadang pas tanggal tua boleh ngebon dulu.
Diruang Kepala Departemen (KaDep) yang terletak di lantai tiga "Makmur di Mataram ada kasus pembunuhan, segera Kamu berangkat hari ini juga  soalnya protes dari masyarakat mulai timbul supaya segera ditangkap pelakunya, ditakutkan terjadi kerusuhan susulan, sudah ditunggu Kepala Resort Mataram Kota,nanti akan  di jemput di bandara , Kamu menghadap juru bayar untuk tiket pesawat ke mataram termasuk uang sakunya juga , jangan lupa buat surat pertintahnya,  segera Saya tanda tangani, ada pertanyaan" perintah Kadep kepada Lettu Makmur. "siaap pak tidak ada, mohon ijin meninggalkan ruangan pak ".
Setelah mengurus perlengkapan administrasi dan Surat perintah, Lettu Makmur mampir sebentar ke ruangan Mayor Jadik yang berada di lantai dua, berseberangan dengan Ruang Kepala Forensik, setelah mengetok pintu  "Ijin menghadap pak Jadik ".  "Silahkan duduk pak Makmur, ada apa?", pak jadik sembari menjawab tetapi fokusnya masih pada buku yang sedang dibaca, dengan memakai kaca mata tebalnya.Lettu Makmur segera duduk di kursi depan meja Mayor Jadik, mejanya lumayar besar, diujung meja tertata rapi tumpukan buku dan didekatnya ada microckop kecil yang biasa digunakan untuk mengamati sesuatu hal yang perlu diamati lebih detail dan ditengah tengah meja ada asbak besar, Lettu Makmur tetap diam sambil menunggu Pak Jadik membuka omongan.
Beberapa saat kemudian pak Jadik membuka pembicaraan "Ada apa pak Makmur "tanya pak Jadik. "Siaap ini diperintah pak Kadep(Kepala Departemen) ke Mataram ada kasus pembunuhan", jawab lettu Makmur. pak jadik tertarik dengan berita ini kemudian meletakkan bukunya dan mulai  memberikan masukan kepada Lettu Makmur" Mur jangan lupa chek lokasi TKP , supaya dapat gambaran yang jelas , apalagi saat kamu nanti membuat pertanyaan untuk tes kebohongan, kalau pertanyaanmu salah tidak presisi membuat yang kamu periksa tidak terstimulasi,sehingga hasilnya tidak akurat". Kemudian pak  Jadik sambil nyruput kopinya melanjutkan masukannya , kalau pas memberikan masukan begini pak Jadik  pantang untuk disela, kalau ada yang berani menyela suaranya akan meninggi dan keras , lettu Makmur sudah tahu lagak ragam dari pak jadik  .
 Pak Jadik Polisi yang berpengalaman,pengetahuannya luas, rajin membaca referensi sehingga lettu Makmur banyak  mendapatkan  Teknik -Teknik yang baru didalam investigasi dan pak Jadik tidak pelit ilmu untuk berbagi kepada yuniornya. Pak Jadik melanjutkan pembicaraannya " Motif kasusnya juga kamu gali  Mur , ini penting saat nanti melakukan interogasi, seperti yang pernah Kita diskusikan,  antara motif emosi  akan berbeda cara interogasinya  dengan motif karena uang." Interogasi motif dendam,cemburu  akan berbeda dengan perampokan. Â
Sekita pukul 13.00 pesawat mendarat di Bandara Selaparang  Mataram, dijemput anggota dari Polres Mataram kemudian menuju Kepolisian Resort Mataram dan langsung menghadap Kapolres diruangannya, kapolresnya sangat ramah , setelah saling bertanya kabar, Kapolres cerita , ternyata sebelum masuk Akpol ,Kapolres sempat masuk kedokteran sampai semester empat, kemudian  membahas masalah inti yaitu  kronologis kasusnya ,  Pak Kapolres menceritakan tekanan baik dari masyarakat atau media cetak lokal terhadap kinerja Kepolisian, yang setiap hari memonitor perkembangan kasus ini dan menilai , Polres didalam  penanganan kasus ini kurang cepat serta ada sebagaian masyarakat mengancam akan berunjuk rasa kalau belum terungkap pelakunya. Yang ditakutkan Kapolres unjuk rasa ini dapat merembet menjadi konflik horizontal yang diwarnai SARA seperti peristiwa sebelumnya.
Setelah mendapat masukan dari Kapolres, Lettu Makmur meminta Berita Acara Pemeriksaan (BAP)  dan salah satu anggota reserse yang terlibat penanganan kasus ini  untuk datang ke tempat penginapan untuk mendalami kasus.
Â