Pencegahan Fraud

  Preventive control adalah pencegahan supaya tidak terjadi permasalahan, Tindakan antisipasi supaya tidak ada kejadian. Detective controls, ini mengidentifikasi permasalahan dan yang terakhir adalah corrective control adalah pemecahan permasalahan yang sudah terdata.

Penggunaan data, dengan konsep big data , data yang terkumpul di kendalikan dan dianalisis secara berkala untuk pencegahan fraud. sebelum menganalisis data ,harus diketahui proses operasi bisnis  di tiap bagian,  tetapi karena  begitu melimpahnya data ini menjadi problema tersendiri maka perlu bantuan    beberapa software untuk membantu analisis data  ini,  seperti  SAS , SPSS . Metoda untuk analisis data finance ini dengan  Analytical review dan ratio analysis. Salah satu identifikasi yang dapat membantu penyelidikan yang lebih dalam yaitu  dengan mencari anomali anomalinya.

Whistle blower,  hasil survey ACFE (  Association of Certified Fraud Examiners ) hampir sebagaian besar pengungkapan Fraud secara konsisten dimulai berdasarkan tips , jadi wistle blower adalah seseorang yang "meniupkan peluit " Ketika ada seseorang yang berbuat salah. Dengan whistle blower dapaat menggandakan mata dan telinga unuk mendeteksi Fraud . whistle blower adalah kegiatan  yang tidak menghasilkan uang tetapi dapat menyelamatkan uang oleh karena itu akan mempengaruhi keuangan institusi atau corporate kalau direkrut pegawai tersendiri,  dibanyak tempat tugas whitle blower ditempelkan di kontrol internal atau penambahan tugas pada bagian tertentu sebagai whistle blower. Seorang whiste blower harus tahu apa itu Fraud dan batasannya ,  tahu tanda tanda  pelaku Fraud (redflag), keamanan dan kerahasiaan dari seorang whitle blower harus dijaga.(disarankan baca Kompasiana 17 februari 2021 di Ekonomi judul Fraud dan 20 April 2021 di hukum judul Predator melatar belakang ini)