Mohon tunggu...
Lukas Yohan S.
Lukas Yohan S. Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya masih dan sedang berada pada pencarian makna terhadap banyak hal di dunia ini. Menarik manakala memikirkannya secara tidak biasa. Read me more : lukasyohans.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Spiritualitas Tubuh Dikaitkan dengan Pendidikan Kristiani

20 Februari 2013   10:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:00 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sense of bodiliness as the location of our spirituality[1] barangkali dapat menjadi kata-kata penting untuk dikaitkan bahwa pada satu sisi spiritualitas tubuh itu juga diperlukan dalam Pendidikan Kristiani. Pertama-tama, perlulah mencari makna tubuh untuk memahami penggunaannya dalam pengembangan spiritualitas. Mencari makna tubuh berarti terkait dengan teologi tubuh yang baru diperkenalkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam serangkaian ceramahnya tentang Teologi Tubuh. Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa teologi tubuh atau pemaknaan terhadap tubuh merupakan landasan bagi metode yang paling cocok untuk pedagogi tubuh, yakni dalam artinya secara umum adalah untuk pendidikan manusia, atau lebih tepatnya lagi dapat dikatakan sebagai pendidikan-diri manusia.[2] Dalam arti lebih luas lagi dalam mengerti makna ungkapan Paus Yohanes Paulus II ini berarti pendidikan manusia terkait pendidikan sekuler atau bisa jadi pendidikan kristiani secara khusus. Manakala pendidikan sekuler belum menjangkau pemahaman spiritualitas secara umum, apalagi spiritualitas tubuh, maka paling tidak Pendidikan Kristiani semestinya mampu memberikan pemahaman mengenai spiritualitas, khususnya dalam hal ini spiritualitas tubuh.

Pemahaman spiritualitas tubuh menjadi penting didukung dengan pendapat Descartes bahwa pemikiran manusia itu menjadi suatu esensi dalam diri manusia untuk menyatakan keberadaan dirinya[3], sebagai pribadi (Latin: persona, Inggris: person). Griffith mendefinisikan spititualitas tubuh itu sebagai wujud kerinduan manusia terhadap pengenalan dan kedekatannya terhadap Allah. Pendidikan Kristiani sebagai bagian dari spiritualitas adalah mencakup usaha pedagogis untuk memahami spiritualitas diri, terkhusus tubuh. Tubuh, seperti yang Griffith petakan, terbagi dalam tiga pemahaman penting. Pemahaman-pemahaman itu berupa[4]: (1) bahwa pengertian “tubuh” adalah pengertian terhadap keseluruhan tubuh yang nampak secara jelas, baik itu kepala, tangan, kaki, dsb. Tubuh sebagai suatu organisme penting menggambarkan kepada kita bahwa tubuh merupakan kebijaksanaan Allah sebagai pencipta dan sebagai penghubung kepada sesama yang lain dan dengan dunia. (2) Kemudian tubuh sebagai wujud pengertian dalam masyarakat yang juga ikut serta secara berkesinambungan dalam pengabdian terhadap pembentukan sosial-budaya. Keberadaan tubuh bisa menjadi penghasil dan pengampu nilai-nilai kehidupan religius dan budaya melalui komunitas. Dan (3) tubuh sebagai perwujudan terhadap kesadaran diri dan kehendak. Memahami tubuh menjadi penting dalam pengertiannya membentuk identitas diri dan penghargaan diri sehingga ada penyadaran untuk melakukan suatu aksi bagi sesama dan dunia. Pernyataan pendukung Griffith ini bisa dijadikan suatu pengertian baru bahwa spiritualitas tubuh bisa jadi terkait dengan Pendidikan Kristiani. Dalam wujud pemahaman terhadap tubuh, maka manusia juga dapat mengalami pendidikan Kristiani. Pendidikan Kristiani yang menekankan aspek pemahaman-aksi-pemahaman-aksi dan seterusnya.

[1] Colleen M. Griffith, Spirituality and the Body, dalam: Bruce Morril (ed), Bodies of Worship: Exploration in Theory and Practice. 1994. Collegeville: Liturgical Press. hlm. 69

[2] Deshi Ramadhani, Lihatlah Tubuhku. 2009. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 1

[3] Colleen, Spirituality and the Body, hlm. 74

[4] Disarikan dari Colleen, Spirituality and the Body, hlm. 75-81

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun