"Hei, hei, hei, dari tadi bicara mulu, piketnya kapan?" potong Desy, sekretaris  kelasku, sangat feminis, tapi bagiku dia sangat baik. Sangat sering dia baca buku. Buku-bukunya yang dibeli, semuanya original. Maklumlah orangtuanya Dosen di USU.Â
"Iya Des..!" balasku.
"Perwakilan ya Gus!" timpal Robert.
"Heh, apaan perwakilan, gak boleh, kalian dua harus piket. Kalau nggak? Gue tulis nama lo berdua di death note!" ungkapnya Desy dengan sinis dan serius.
"Iya, iya, iya," serentak kami berdua memacu kecepatan mengambil ember ke kelas dan mengisinya di toilet, sehabis itu melap kaca dan menyapu kelas.
"Hah, takut juga lo berdua!" tiba tiba Desy mengagetkan aku dan Robert.
"Santabi diakka parilmu tinggi." sahutku sambil tersenyum dan tertawa. Robert, Desy dan teman piketku yang lain juga merespon candaku dengan tertawa, wkwkwkwk.
"Kring, kring, kring." lonceng berdentang. Biasanya sih, kalau udah lonceng, inisiatif temanku baris belum ada. Masih ada yang duduk duduk sambil ngerumpi.
"Woi...., baris baris, Pak JS sudah datang.
____
"Stamford, perlambat helikopter ini!" kataku.