Mohon tunggu...
Luhut A Pandiangan
Luhut A Pandiangan Mohon Tunggu... Relawan - Invictus

Filsafat, Teologi, Sastra, Seni, dan Revolusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebetulan dan Keberuntungan

29 November 2019   08:54 Diperbarui: 29 November 2019   08:53 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hei, hei, hei, dari tadi bicara mulu, piketnya kapan?" potong Desy, sekretaris  kelasku, sangat feminis, tapi bagiku dia sangat baik. Sangat sering dia baca buku. Buku-bukunya yang dibeli, semuanya original. Maklumlah orangtuanya Dosen di USU. 

"Iya Des..!" balasku.

"Perwakilan ya Gus!" timpal Robert.

"Heh, apaan perwakilan, gak boleh, kalian dua harus piket. Kalau nggak? Gue tulis nama lo berdua di death note!" ungkapnya Desy dengan sinis dan serius.

"Iya, iya, iya," serentak kami berdua memacu kecepatan mengambil ember ke kelas dan mengisinya di toilet, sehabis itu melap kaca dan menyapu kelas.

"Hah, takut juga lo berdua!" tiba tiba Desy mengagetkan aku dan Robert.

"Santabi diakka parilmu tinggi." sahutku sambil tersenyum dan tertawa. Robert, Desy dan teman piketku yang lain juga merespon candaku dengan tertawa, wkwkwkwk.

"Kring, kring, kring." lonceng berdentang. Biasanya sih, kalau udah lonceng, inisiatif temanku baris belum ada. Masih ada yang duduk duduk sambil ngerumpi.

"Woi...., baris baris, Pak JS sudah datang.

____

"Stamford, perlambat helikopter ini!" kataku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun