Mohon tunggu...
Luhur Satya Pambudi
Luhur Satya Pambudi Mohon Tunggu... profesional -

Seorang lelaki sederhana yang suka menulis cerpen, soal sepak bola, dan bisa pula perihal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencari Istri Keempat

12 November 2010   13:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:40 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang memanggilnya Pak Mus. Konon nama panjangnya adalah Mustajab bin Mujarab. Mungkin ia keturunan tukang obat atau dukun, sehingga namanya seperti itu. Tiada orang yang tahu persis berapa usianya sebenarnya, mungkin sekitar tujuh puluh tahun. Entah mengapa ia selalu merahasiakannya, padahal untuk orang seusianya, Pak Mus masih terbilang gagah. Belum lama sejak istri ketiganya meninggal, Pak Mus sudah sibuk berburu wanita lagi. Orang tua satu ini memang tipe pria yang tak bisa hidup tanpa wanita. Meski usianya tak lagi muda, meski anak cucunya sudah seabrek banyaknya, tapi untuk menikmati kesenangan duniawi, hasratnya masih sangat besar. Maka langsung saja lirik kiri kanan, tanya ke sana kemari, ada tidak kiranya wanita yang mau dijadikan istrinya.

“Pokoknya yang penting usianya di bawah 50 tahun, gadis atau janda ndak masalah buatku,” tegas Pak Mus.

Gaya sekali, maunya punya istri baru yang jauh lebih muda ketimbang dirinya.

Sebulan setelah menduda, Pak Mus kerap berkunjung ke sebuah tempat hiburan terkemuka di kotanya, menyaksikan pertunjukan musik dangdut yang menyajikan penyanyi-penyanyi muda yang cantik lagi seksi. Pak Mus selalu mengajak Pak Andre sahabatnya. Setelah beberapa episode menyaksikan hal-hal yang menyegarkan di tempat tersebut, ada dua penyanyi yang membuat Pak Mus bernafsu. Meski sudah ingin menuntaskan hasrat birahinya lagi, tapi ia paling tak mau melakukannya di luar nikah.

“Aku tahu diri, aku itu sudah tua. Kalau bisa menghindari dosa, ya mending kuhindari. Pokoknya kalau aku mau begituan lagi, ya mesti sama istriku. Jadi aku mesti nikah lagi dulu, baru ehem-ehem. Heheheh…” sahut Pak Mus terkekeh, ketika Pak Andre menawarinya untuk menyewa saja wanita yang siap menjadi pemuas hasrat pria.

“Lebih baik orang tahu aku menikah lagi. Aku malah bangga, orang pasti akan memuji kehebatanku, lha wong sudah tua gini kok masih laku juga,” lanjutnya.

Pak Andre tersenyum simpul mendengar seloroh sahabat tuanya itu. Dalam hatinya ia memuji sekaligus bersumpah serapah terhadap sahabatnya itu,

“Sialan Pak Mus, memang hebat kamu kalau sampai bisa menikah lagi, padahal usiamu sudah uzur, ganteng juga tidak kamu itu!”

Untuk menindaklanjuti ketertarikannya, pada suatu malam saat jeda pertunjukan, Pak Mus meminta tolong pengelola orkes supaya ia bisa dipertemukan dengan dua penyanyi yang telah menggoda imannya. Pengelola orkes membawa kedua penyanyinya ke kafe tempat Pak Mus biasa menyaksikan pertunjukan. Salah satu penyanyi itu mendekati meja tempat Pak Mus dan Pak Andre duduk. Seorang wanita berusia 20-an yang berwajah ayu, berambut sebahu, berkulit sawo matang, tubuhnya yang sintal terbalut baju ketat, membuat kedua pria itu menelan ludah menatapnya.

Pak Andre pun membuka pembicaraan,

“Selamat malam, Mbak Elsa. Nama saya Andre dan ini teman saya, namanya Pak Mus. Beliau ini penggemar Mbak Elsa dan ingin kenal lebih dekat. Tentu saja kalau Mbak tidak keberatan, lho.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun