Mohon tunggu...
Luh Tu Novia
Luh Tu Novia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa yang gemar membaca dan belajar hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sastra Masuk Kurikulum, Bacaan Sastra Anak untuk Anak Usia Dini

21 Juni 2024   14:20 Diperbarui: 22 Juni 2024   08:15 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa depan anak sangatlah penting. Untuk meningkatkan kualitas masa depan anak, pemerintah dan orang dewasa dapat mengusahakan yang terbaik untuk membantu perkembangan anak. Salah satunya dengan menerapkan literasi sejak usia dini. 

Literasi usia dini dapat dilakukan agar anak memiliki kegemaran membaca sejak dini. 

Anak yang gemar membaca diharapkan memiliki wawasan yang lebih luas. Dengan luasnya wawasan yang dimiliki anak, itu dapat meningkatkan kecerdasan rata-rata anak di Indonesia. 

Anak yang cerdas dapat tumbuh menjadi generasi emas yang diharapkan Indonesia demi Indonesia yang lebih maju.

Salah satu cara untuk meningkatkan literasi anak adalah orang dewasa dapat membantu anak-anak untuk mencoba belajar membaca sastra anak. 

Sastra anak memiliki peran penting dalam perkembangan sosial, emosional, dan perkembangan kognitif anak-anak. Sekarang ini, memasuki tahun 2000-an, pemerintah Indonesia sudah mulai memberi perhatian yang signifikan terhadap sastra anak sebagai bagian dari kurikulum pendidikan dasar. 

Hal ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya literasi sejak dini terhadap anak-anak untuk meningkatkan minat membaca anak. 

Buku-buku anak, seperti buku dongeng, buku cerita, fabel, dan karya sastra lainnya dapat menjadi media yang efektif dalam mengajarkan nilai moral, membangun kreativitas anak dalam berimajinasi, dan meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa. 

Melalui bacaan-bacaan anak, diharapkan anak akan bertumbuh sesuai dengan usianya. Namun, tetap muncul pertanyaan terkait itu, apakah bacaan anak sudah sesuai dengan usia dan kebutuhan perkembangan anak-anak SD?

Untuk menilai kesesuaian bacaan ini, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yaitu diantaranya adalah yang pertama, tingkat kesulitan bahasa. 

Lalu yang kedua, konten yang disediakan relevan dengan dunia anak atau tidak. Yang ketiga, nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan anak. 

Bacaan anak yang terlalu kompleks akan menyulitkan anak dalam mencerna cerita atau informasi di dalamnya. 

Sedangkan buku yang terlalu sederhana dapat membuat anak merasa tidak cukup tertarik untuk membacanya, anak mungkin akan cenderung bosan karena tidak ada hal yang menginspirasi anak dalam cerita yang terlalu sederhana. 

Anak-anak cenderung memiliki rasa penasaran yang tinggi, sehingga untuk menstimulasi ini, diperlukan bacaan yang sesuai dengan usia perkembangan anak. 

Dengan begitu, penting untuk mengkaji apakah bacaan yang diberikan kepada anak sudah sesuai dengan usia dan kebutuhan perkembangan anak usia dini untuk meningkatkan literasi dan karakter anak. 

Sastra anak dapat ditemukan dengan mudah di internet. Terdapat beberapa laman yang bisa dikunjungi untuk membaca sastra anak. Berikut beberapa laman yang dapat diakses untuk membaca sastra anak:

1. Budi Kemdikbud: https://budi.kemdikbud.go.id/
2. Komik Next Online: https://komiknextgonline.com/
3. Buku Kemdikbud: https://buku.kemdikbud.go.id/ 

Laman-laman situs di atas menyediakan buku sastra anak yang dapat dibaca oleh orang tua dan anak-anak untuk meningkatkan minat literasi anak sejak dini. 

Misal salah satunya pada laman Buku Kemdikbud, di laman itu terdapat bacaan anak yang dapat dipilih sesuai dengan jenjang pendidikan anak, yaitu jenjang SD, jenjang SMP, dan jenjang SMA. Selain itu, pada laman Buku Kemdikbud, terdapat fitur Sastra Masuk Kurikulum. 

Sastra Masuk Kurikulum adalah program turunan dari episode Merdeka Belajar ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar. Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan karya sastra dalam implementasi Kurikulum Merdeka untuk meningkatkan minat baca, menumbuhkan empati, dan mengasah kreativitas sera nalar kritis murid. 

Pada fitur Sastra Masuk Kurikulum, kita dapat memilih rekomendasi buku. Rekomendasi buku ini dapat difilter sesuai kebutuhan. Pada esai ini, kita akan berfokus pada bacaan anak SD. 

Pada bacaan anak SD, untuk sekarang ini tersedia total 35 buku. Beberapa judul cerita sastra anak adalah Komponis Kecil (1952), Kopral Jono (2016), Si Dul Anak Djakarta (1932), dan masih banyak lagi. 

Namun dari total 35 buku, yang dapat dibuka hanya beberapa, yaitu kurang dari 10. Mungkin karena laman ini masih baru, laman belum dapat berfungsi dengan baik. Masih perlu banyak perbaikan untuk dapat menggunakan laman dengan nyaman, terutama dalam mengakses buku-buku bacaan sastra anak. 

Pada laman Buku Kemdikbud, terdapat pilihan buku-buku bacaan sastra anak di luar fitur Sastra Masuk Kurikulum. Pembaca dapat masuk ke fitur Nonteks lalu memilih bacaan sastra anak sesuai dengan jenjang yang diinginkan. 

Jenjang pembaca di fitur Nonteks lebih beragam. Mulai dari Pembaca Dini A, Pembaca Awal B1, Pembaca Awal B2, Pembaca Awal Br, Pembaca Semenjana C, sampai pada Pembaca Mahir E. 

Untuk anak-anak usia dini sampai usia SD, dapat memilih jenjang Pembaca Dini A sampai Pembaca Awal B3. 

Pada jenjang Pembaca Dini A, pembaca dapat memilih bacaan anak dengan bahasa yang sederhana, alur yang mudah dipahami, dengan gambar-gambar ilustrasi yang lucu sehingga dapat menarik perhatian anak-anak, terutama anak usia dini karena anak usia dini cenderung menyukai cerita dengan ilustrasi yang menarik. 

Pada jenjang Pembaca Dini A, terdapat beberapa judul bacaan sastra anak, diantaranya adalah Gambar Lucu Mika, Aku Sudah Besar, Kue Kimu, dan Biji Merah Luna. Pada buku Gambar Lucu Mika, bercerita tentang Mika yang ingin ikut mengirim emotikon, namun Mika mengirimnya kepada guru Gio. 

Setelah itu guru Gio menegur Gio, dan Gio pun menegur Mika. Mika kemudian meminta maaf. Dari cerita di atas, anak dapat melihat ilustrasi yang cantik, dengan cerita yang ditulis dengan alur yang sederhana, bahasa yang mudah dimengerti, dan jumlah kata yang tidak terlalu banyak. 

Dengan ilustrasi yang mendukung, bahasa yang mudah dimengerti, alur yang sederhana, juga amanat yang dapat diambil dari cerita, anak akan belajar sesuatu hal yang baru baik dari gambar ilustrasi, bahasa cerita, maupun amanat cerita. 

Sedangkan buku Aku Sudah Besar mengisahkan tentang tokoh Aku yang merasa dirinya sudah besar jika dibandingkan dengan adiknya yang masih kecil (bayi). Tokoh Aku senang karena tangannya lebih besar, kakinya lebih besar, sudah bisa makan sendiri, sudah bisa mandi sendiri.

Tokoh Aku senang karena merasa dirinya sudah bisa melakukan kegiatan secara mandiri, bahkan sudah bisa mengasuh adiknya yang masih kecil. Dari cerita Aku Sudah Besar, anak-anak dapat belajar untuk menjadi mandiri. 

Anak yang mandiri berpotensi memiliki kepercayaan diri yang baik. Kepercayaan diri yang baik akan mempengaruhi bagaimana anak tersebut bergaul dan membawa diri di lingkungannya, seperti di sekolah, di lingkungan bermain, maupun di tempat umum. 

Dari bacaan sastra anak yang terdapat pada laman-laman yang direkomendasikan, didukung dengan program Sastra Masuk Kurikulum, akan mendukung peningkatan literasi anak usia dini. 

Namun, dalam membaca bacaan sastra anak, tetap diperlukan pendampingan oleh orang dewasa dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usia anak. 

Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan, seperti anak yang membaca bacaan yang tidak sesuai usianya dapat diminimalisir. 

Untuk laman-laman yang menyediakan bacaan sastra anak, diharapkan dalam memilih bacaan anak disesuaikan dengan usia anak. Termasuk menyesuaikan konten atau isi dalam bacaan anak agar dapat meningkatkan kualitas literasi anak sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun