Mohon tunggu...
Luh Puji Arti
Luh Puji Arti Mohon Tunggu... Lainnya - Luh Puji Arti Mahasiswa UNDIKSHA

Tetap Semangat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Problematika dan Solusi Sistem Pendidikan Indonesia di Masa Pandemi

3 Oktober 2020   10:50 Diperbarui: 3 Oktober 2020   10:54 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus. Penyakit ini baru ditemukan pada bulan Desember 2019 di negara Cina. Hingga akhirnya penyakit ini menyebar luas ke seluruh dunia dan terkena dampaknya. Salah satunya negara Indonesia yang juga terkena dampak dari Covid-19. Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak yang besar di segala sektor. Sektor yang terkena dampak dari Pandemi Covid-19 adalah sektor ekonomi, pariwisata, dan tentunya pada sektor pendidikan. Saat ini dampak penyebaran Coronavirus kian pesat dengan terus bertambahnya kasus positif di masyarakat. 

 Di masa pandemi Covid-19 ini, pemerintah di Indonesia sedang gencar-gencarnya dalam membuat suatu kebijakan baru agar seluruh sektor kehidupan tak lagi mengalami masa sulit, termasuk dunia pendidikan. Hal ini dilakukan agar keberlangsungan kegiatan proses belajar mengajar tetap berjalan walaupun di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya dengan menerapkan kebijakan proses belajar mengajar secara online. Bahkan Ujian Nasional tahun 2020 juga ikut ditiadakan. Hal ini dilakukan untuk memutuskan mata rantai Covid-19 di masyarakat. Dan pemerintah lebih menekankan pada kebijakan jaga jarak fisik (Physical distancing). Hal ini dilakukan berdasarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19). 

 Perubahan dunia pendidikan di tengah pandemi Covid-19 masih sangat dirasakan hingga saat ini. Kemajuan teknologi internet disatu sisi telah memudahkan umat manusia untuk berinteraksi tanpa harus bertatap muka secara langsung. Mereka hanya perlu menggunakan smartphone, komputer, laptop dan internet untuk melakukan interaksi tatap muka secara tidak langsung. Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi dunia pendidikan. Harus ada persiapan yang matang dalam menghadapi kondisi ini.

 Namun dalam pelaksanaan belajar secara online ini banyak timbul permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa ataupun tenaga pendidik. Sehingga banyak orang tua dan siswa mengeluhkan kondisi ini. Mereka menganggap bahwa pembelajaran secara online kurang efektif bagi mereka. Permasalahan yang mereka hadapi seperti penguasaan iptek yang masih rendah, pembelajaran sulit di pahami, jaringan internet yang buruk, sarana prasarana untuk kegiatan belajar online kurang memadai dan bertambahnya biaya pembelian kouta internet.

 Penguasaan iptek yang masih rendah. Keterbatasan keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi masih banyak dialami guru-guru. Tidak semua guru familiar atau paham dengan penggunaaan teknologi yang digunakan ketika melaksanakan pembelajaran secara online. Biasanya, semakin tua usia guru tersebut, maka hambatan dalam pemanfaatan teknologi semakin besar dan bisa menghambat proses pelaksanaan belajar secara online.

 Banyak siswa mengeluhkan kondisi ini. Mereka mengeluhkan kegiatan pembelajaran secara online dengan alasan bahwa tugas yang diberikan guru terhadap murid jumlahnya cukup banyak dibandingkan saat proses pembelajaran secara tatap muka. Dan siswa juga merasa bahwa pembelajaran secara online membuat mereka lebih susah atau kebingungan dalam memahami materi yang disampaikan. Karena kondisi signal dan juga keterbatasan media yang ada.

 Kurangnya akses internet. Di wilayah perkotaan, akses internet mungkin tidak terlalu jadi hambatan bagi yang tinggal di wilayah perkotaan. Namun, di beberapa wilayah yang jauh dari jangkauan internet termasuk wilayah 3T yaitu daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia ini akan menjadi masalah. Mereka yang ada di wilayah ini akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Bahkan ada beberapa siswa yang rela berjalan berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan signal. Demi bisa mengikuti proses pembelajaran secara online.

 Sarana prasarana untuk kegiatan belajar online kurang memadai. Sarana dan prasarana merupakan bagian penting yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan sehingga akan terjamin proses belajar mengajar yang lancar. Akan tetapi kenyataanya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia khususnya untuk daerah-daerah terpencil masih belum terlaksana secara optimal.

 Mungkin, kalian semua sudah tahu berita yang sempat viral yaitu berita tentang seorang pelajar yang rela menjadi kuli bangunan. Seorang pelajar di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah harus merelakan waktu belajarnya untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Apa yang dilakukan pelajar ini, semata-mata hanya karena ingin punya smartphone yang bisa digunakan untuk menunjang belajar online di masa pandemi ini. Betapa gigihnya semangat perjuangan seorang Catur untuk bisa belajar walaupun mengalami keterbatasan ekonomi. Ini merupakan salah satu contoh perjuangan seorang pelajar yang berkeinginan tetap bisa menempuh pendidikan walaupun mengalami keterbatasan ekonomi. Mungkin masih banyak lagi pelajar lain diluar sana yang mengalami nasib yang sama seperti Catur.   

 Tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan secara online merupakan solusi tepat dalam menghadapi pendidikan di masa pandemi ini. Apalagi saat ini dampak penyebaran Coronavirus kian pesat dengan terus bertambahnya kasus positif di masyarakat.  Pembelajaran secara online ini sangat membantu dunia pendidikan kita di saat pandemi ini. Banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran daring seperti Whatsapp Group, Google Classroom, Edmodo, Zoom, dll. Walaupun masih banyak kendala yang dihadapi.

 Akibat sistem belajar dilakukan secara online banyak pelajar dan guru merasa terbebani, karena harus membeli pulsa dan paket data untuk bisa melakukan proses belajar mengajar secara online. Pemerintah akhirnya merespon cepat terhadap keluhan para pelajar dan guru, dengan memberikan bantuan subsidi kuota internet perbulan. Seperti yang kita ketahui, kuota yang akan diberikan untuk siswa 35 GB, guru 42 GB, mahasiswa 50 GB, dan dosen 50 GB untuk setiap bulannya. Dan tentunya dengan adanya bantuan subsidi kouta ini dapat meringankan pengeluaran biaya kouta bagi pelajar, guru, mahasiswa dan dosen.

 Selain itu juga, solusi yang bisa kita lakukan dalam menghadapi kondisi ini yaitu dengan berbagi rezeki. jika kita punya rezeki lebih ada baiknya disumbangkan untuk turut membantu mereka yang mengalami situasi yang tidak menguntungkan. Asalkan dilakukan dengan niat yang tulus, maka berapapun dan apapun yang kita berikan akan menjadi berkah bagi orang lain dan juga pahala.

 Dengan demikian, pembelajaran seacara online merupakan solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, jaga jarak fisik (Physical distancing) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran secara online. Di samping itu, kesuksesan pembelajaran secara online selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Kerjasama yang baik antara guru, siswa, dosen, mahasiswa dan orangtua siswa menjadi faktor penentu agar proses belajar mengajar secara online bisa dilakukan secara efektif. Semoga kita selalu diberi kesehatan dan pandemi ini segera cepat berlalu. Agar kegiatan pembelajaran secara tatap muka bisa segera diberlangsungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun