Mohon tunggu...
Ni Luh Listya Purnami
Ni Luh Listya Purnami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Undiksha

Om Swastyastu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sradha Bhakti Umat Hindu dalam Merayakan Hari Raya Kuningan

20 November 2021   18:08 Diperbarui: 20 November 2021   19:12 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui Sradha Bhakti Umat Hindu, sehingga rangkaian pelaksanaan Kuningan kerap kali berbeda di setiap wilayahnya, namun maknanya tetap sama. Hari Raya Kuningan memiliki makna kauningan, sehingga segala sarana dan prasarana identik dengan warna kuning yang berarti kemakmuran. Oleh karena itu, sebelum segala upakara dihaturkan maka hendaknya disucikan terlebih dahulu melalui warna kuning alami yaitu dari gerusan kunyit. 

Beberapa umat Hindu mempercayai Bahwa pada Hari Raya Kuningan ialah medal Bhatara Istri, sedangkan pada Galungan ialah Bhatara Lanang, sehingga pada Hari Raya Kuningan tak jarang kita lihat lebih meriah dan hiasannya lebih cantik seperti layaknya seorang wanita.

Terlepas dari Bhakti pada Hari Raya Kuningan, ada pula rangkaian tradisi yang berjalan di tengah-tengah rangkaian Hari Raya Kuningan, namun tradisi ini tentunya tidak terikat akan waktu, artinya masih dapat dilaksanakan diatas jam 12 siang. 

Salah satu tradisi yang berjalan ialah tradisi Nyatur Desa. Tradisi ini hanya terlaksana di beberapa wilayah saja dan tradisi ini bertujuan menolak bala serta menyemarakkan Hari Raya Kuningan akan kemeriahannya. Nyatur Desa merupakan sebuah rangkaian kegiatan ngiring sesuhunan macecingak ke empat desa yang berada dari arah mata angin yang berbeda yaitu tengah ke utara, tengah ke barat, tengah ke timur, dan tengah ke selatan.

Selain tradisi Nyatur Desa, adapula tradisi natab prayascita ataupun sambutan yang hanya dilakukan di beberapa wilayah saja sesuai dengan Sradha masyarakat setempat, natab tersebut bertujuan untuk penyucian diri terhadap Bhatara maupun Pitara-Pitari. Dengan berbagai rangkaian kegiatan tersebut, maka berakhir pula Hari Raya Kuningan, namun Galungan-Kuningan masih terangkai hingga terputus ketika Hari Buda Kliwon Pegatwakan tiba.

- Ni Luh Listya Purnami (Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah/Pendidikan Bahasa Bali)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun