Bagian dari Panca Sradha yang keempat yakni Punarbawa/Samsara yaitu kepercayaan terhadap adanya reinkarnasi. Punarbawa adalah kelahiran kembali yang diakibatkan oleh Atman yang belum bisa bersatu dengan Brahman, sebab atman masih terikat dengan sifat-sifat duniawi dan hukum karmanya. Bagian dari Panca Sradha yang terakhir adalah percaya dengan adanya Moksa atau penyatuan antara Atman dengan Brahman.Â
Moksa merupakan tujuan tertinggi sekaligus terakhir bagi umat Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam sloka "Moksatham Jagadhita ya ca iti Dharma" yang artinya "Tujuan agama (Dharma) adalah untuk mencapai Moksa (Kelepasan) dari kesenangan duniawi (jagadhita). Tentunya masing-masing dari Panca Sradha ini berkaitan satu sama lainnya.
Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak anak-anak muda yang mulai tidak percaya dengan ajaran agama yang dianutnya. Mereka mulai mengabaikan Tuhan dan malas melakukan persembahyangan. Manusia pada zaman Kaliyuga ini banyak yang mengalami kemerosotan entah itu secara agama maupun secara moral. Banyak orang bangga atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya dan merasa tidak peduli akan kemungkinan karma yang akan menimpanya. Karmaphala mulai tidak dipercayai oleh manusia pada zaman ini.
Selain karmaphala banyak orang juga tidak percaya dengan adanya reinkarnasi. Kehidupan setelah kematian merupakan suatu hal yang misterius. Banyak agama memiliki persfektif berbeda mengenai kehidupan setelah kematian.Â
Ada yang berpendapat bahwa roh kita yang telah mati akan menyatu dengan para leluhur terdahulu, ada pula yang menyebutkan bahwa roh kita akan menetap di surga atau neraka sesuai dengan amal ibadah kita pada saat masih hidup, dan masih banyak pendapat yang lainnya.Â
Menurut Agama Hindu sendiri setelah manusia mati dan atma meninggalkan badan kasarnya ia akan mengalami perjalanan yang panjang dan pada akhirnya dilahirkan kembali ke dunia ini atau biasa disebut dengan punarbawa.
Punarbawa berasal dari Bahasa sansekerta, terdiri dari dua kata yakni punar yang berarti lagi, kembali dan kata bhawa yang berarti menjelma, jadi Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga dengan reinkarnasi atau samsara. Di dalam Pustaka suci Weda dikatakan bahwa penjelamaan atma atau roh yang berulang-ulang disebut samsara.Â
Punarbhawa atau samasara ini diakibatkan oleh adanya hukum karma dimana karma yang buruk menyebabkan atma atau roh menjelma kembali untuk memperbaiki perbuatannya yang tidak baik atau karena atm aitu masih dipengaruhi oleh karma wasana atau sisa-sisa perbuatan dan kenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir kedunia. Kelahiran ini merupakan samsara atau sengsara sebagai hukuman atas perbuatan atau karma yang ditimbulkan oleh masa kehidupan terdahulu. Segala yang kita perbuat di dunia ini menyebabkan adanya bekas atau wasana dalam jiwatman.Â
Bekas-bekas perbuatan karma wacana ada bermacam-macam, jika bekas itu hanya bekas keduniawian maka jiwatman akan mudah ditarik oleh hal-hal keduniawian sehingga atman tersebut lahir kembali kedunia ini. Jika atman sudah tidak terikat lagi dengan hal-hal duniawi dan memiliki karma baik maka atman tersebut akan mencapai tujuan akhir yang disebut moksa.Â
Meskipun tujuan akhir manusia adalah untuk mencapai moksa tetapi kelahiran kita kedunia ini sebagai manusia merupakan suatu kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi kesengsaraan dan juga untuk melenyapkan pengaruh karma atau maya yang merupakan penyebab utama timbulnya punarbhawa. Unsur-unsur maya tersebut baik yang berupa suksma sarira maupun berupa stula sarira yang bersumber pada cita dan karma, serta terdiri dari panca mahabhuta itu akan selalu mengadakan hubungan tarik menarik secara timbal balik.Â
Dengan adanya pengaruh maya maka atma menjadi awidya, karena dalam hal ini ahamkara dan indra sangat besar pengaruhnya sehingga pikiran mengarah kepada dua diantara tri guna yaitu rajas dan tamas. Setiap karma yang dilakukan atas dorongan indria dan nafsu adalah asubha karma karena akibatnya akan menimbulkan dosa dan atma akan mengalami neraka serta selanjutnya akan mengalami penjelmaan punarbawa pada tingkat yang lebih rendah.Â