Mohon tunggu...
Luh ayu widiantari
Luh ayu widiantari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Biaya Upacara Ngaben di Bali Boros?

1 Juli 2022   11:10 Diperbarui: 1 Juli 2022   11:16 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bali adalah wilayah dengan populasi besar yang mayoritas beragama Hindu. Selain objek wisatanya yang  indah,  memiliki kesakralan yang sangat kuat bahkan banyak ritual dan tradisi tradisional yang dikenal di luar negeri. Salah satu tradisi  Hindu yang turun-temurun dari dulu hingga sekarang adalah tradisi ngaben . Ngaben membakar mayat Hindu di Bali. Ritual ini dilakukan sebagai media untuk mengembalikan arwah orang yang sudah meninggal ke tempat asalnya.

Selain upacara pengaben, umat Hindu Bali juga mengenal upacara kematian yang disebut dengan "Mekingsan Ring Geni". Walaupun sama-sama membakar jenazah, kedua upacara ini memiliki sebuah perbedaan satu dengan yang lainnya. Upacara mekinsan ring geni dimulai dari memandikan jenazah yang dipimpin seorang pemangku (pendeta dalam agama Hindu) diikuti seluruh sanak saudara  dari orang yang meninggal setelah selesai dimandikan dan dirias, jenazah dibungkus dengan kain kafan dan tikar yang berisi kajang atau rerajahan. Setelah dibungkus, anggota keluarga atau kerabat meletakkan sejumlah uang serta kwangen yang berisi uang di atas jenazah sebagai simbol bekal roh di alam sana.

Selesai dimasukkan ke dalam peti mati, jenazah orangyang meninggal akan diarak warga ke kuburan dalam masyarakat Bali disebut dengan "setra".Setelah diarak, bade atau tempat jenazah tiba di kuburan desa. Peti jenazah kemudian digotong keliling kuburan sebanyak tiga kali sebelum mulai upacara pembakaran. Setelah didoakan pendeta Hindu dan diupacarai dengan sesajen sederhana, peti jenazah pun mulai dibakar. Selain itu sarana berupa peti mati, bade atau wadah jenazah juga ikut dibakar atau di pralina.

Pada upacara mekingsan ring geni, umat Hindu Bali mempercayai bahwa roh orang yang telah meninggal dititipkan sementara pada Dewa Brahma atau Dewa Api sebelum menjalani upacara selanjutny yaitu upacara pengabenan agar roh orang yang telah meninggal bisa menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta dipertemukan dengan leluhur yang telah mendahuluinya. Setelah dibakar, abu dan tulang orang yang meninggal selanjutnya akan dilarung atau dihanyutkan ke segara (laut). Sementara upacara ngaben akan digelar nanti bersama-sama dengan warga desa lain yang belum diaben.

Ada batas waktu dalam jenis upacara semacam ini yakni paling lambat satu tahun upacara ini harus dilakukan. Karena kalau dalam tempo yang sudah ditetapkan upacara ini tidak dilakukan maka tulang/ abu orang yang telah meninggal itu akan berbadan Bhuta Cuil dan rohnya dipercaya akan menemui kesengsaraan sehingga mengakibatkan keluarganya hidup menderita. Semua aturan ini terdapat dalam Lontar Tattwa Kepatian mengenai status roh/Atma.

Tidak dapat dipungkiri bahwa upacara Ngaben memang memerlukan biaya yang begitu besar dalam proses persiapannya. Hal ini dikarenakan banten atau upakara yang digunakan dalam mempersiapkan upacara ini sangatlah banyak serta terdiri atas upacara yang begitu kompleks. Selain itu harga untuk membeli badenya juga terbilang cukup mahal. Sehingga sudah tidak heran lagi, banyak orang yang mengatakan bahwa upacara ngaben tergolong upacara yang sangat boros dalam mengeluarkan biaya. Namun, bukan berarti karna membutuhkan biaya yang begitu besar maka upacara ngaben tidak diperlukan.

Upacara Ngaben tetap diperlukan dan harus dilaksanakan serta dipertahankan oleh umat Hindu. Dikarenakan upacara Ngaben merupakan prosesi upacara pengembalian jiwatman kepada sang paratma atma, dimana unsur panca maha Bhuta manusia kembali ke asalnya. Maka dari itu upacara Ngaben sangat diperlukan oleh umat Hindu. Dan Sebenarnya umat Hindu telah dibekali dengan pengetahuan yang begitu banyak melalui para Maharsi terdahulu sebagai penerima wahyu dari Tuhan agar disabdakan atau disampaikan kepada umat-Nya.

Dari konsep Yajna, pengorbanan yang tulus dan suci, kita dapat melihat bahwa ritual ini dikategorikan sebagai Pankayagna, atau Pitra Yajna, dan Yajna adalah dasar dari orang yang tulus dan tidak mementingkan diri sendiri. Membayar hutang atau RNA bahkan dapat menyebabkan terciptanya hutang baru, seperti yang disarankan oleh kata-kata orang-orang di sekitar kita yang terkadang mengatakan, "Jika tidak, roh kematian tidak akan pergi ke surga." Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan dan agama Hindu tidak hanya membahas Upakara, tetapi juga kebutuhan internal filosofis yang dituangkan dalam ketiga kerangka tersebut. yaitu Filsafat, Etika, Ritual.

Walaupun biaya yang dikeluarkan begitu banyak dalam upacara tersebut, akan tetapi terdapat alternatif agar upacara Ngaben dapat dilaksanakan. Seperti yang telah kita ketahui, Upacara Ngaben dapat dilakukan secara pribadi (dengan keluarga sendiri) bahkan massal (dengan keluarga lain yang melakukan upacara ngaben juga). Untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan agar tidak terlalu besar, keluarga dari jenazah yang sudah meninggal dapat melakukan upacara ngaben secara massal yang diadakan setiap 4-5 tahun sesuai kesepakatan bersama di desa yang dia tinggali.  Sehingga jika dengan adanya Ngaben massal ini bisa menjadi solusi bagi umat Hindu agar tetap melaksanakan upacara ngaben dengan biaya yang tidak begitu besar hingga bisa dikatakan tidak menjadi upacara yang boros biaya serta dapat menjadi wujud bakti atau cinta kasih kita terhadap para leluhur yang telah meninggal agar dapat kembali ke asalnya dan cepat berproses.

Kembali ke Ngaben. Apakah ngaben itu perlu dilakukan ? Jawabnya adalah Perlu dan Harus  sebab kita sebagai umat Hindu Bali sendiri mempercayai bahwa upacara pengabenan adalah upacara yang tepat untuk menghantarkan roh orang yang telah meninggal ke alam surga, dan upacara pengabenan juga bertujuan untuk menyatukan stula sarira (badan kasar) orang yang telah meninggal ke unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi dari tanah kembali ke tanah, Apah dari air kembali ke air, Teja dari api kembali ke api, Bayu dari udara kembali ke udara dan Akasa yaitu dari angkasa kembali ke angkasa. Selain itu upacara pengabenan juga bermakna sebagai upacara membayar hutang atau rna. Dari semenjak manusia lahir ia sudah di bekali dengan yang namanya Tri Rna yaitu tiga hutang yang wajib dibayar dan menjadi cikal-bakal terciptanya Panca Yadnya yang meliputi :

1. Dewa Rna melahirkan Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya.

2. Rsi Rna melahirkan Rsi Yadnya.

3. Manusa Rna melahirkan Manusa Yadnya dan Pitra Yadnya.

Maka dari itu pengabenan itu wajib dilakukan bagi umat Hindu Bali guna membayar hutang kepada Ida Sanghyang Widhi dan Leluhur selain itu upacara ini adalah wujud sradha bhati kita kepada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun