Olah Rasa: Semakin sering suatu rasa diproses, semakin sensitif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan alam, menghasilkan beberapa sikap pemahaman: Kasih sayang, kebaikan, kesopanan, ketertiban, kenyamanan, saling menghormati, toleransi, gotong royong, gotong royong, nasionalisme, mengutamakan kepentingan umum, dinamis, ketekunan, etos kerja yang tinggi, dll.
 4. Olah raga: Ketika tubuh kita sehat, kita memiliki jiwa yang sehat. Ini akan menampilkan beberapa pengaturan seperti: Tangguh, bersih, sehat, disiplin, atletis, andal, ulet, ramah, suportif, efisien, dan bahagia. Maka ajaran agama harus hidup untuk membangkitkan akhlak mulia dalam diri sehingga dapat memberikan dampak positif bagi diri sendiri, lingkungan masyarakat, dan bangsa atau bangsa.
Dari sini dapat disimpulkan  bahwa pendidikan kepribadian adalah jenis pendidikan yang harapan utamanya adalah terwujudnya peserta didik yang memiliki integritas moral yang dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam  Tuhan,  sesama manusia, maupun dalam nilai-nilai.
Lingkungan  dan kebiasaan membangun kepribadian yang dapat dipelajari dan diajarkan oleh orang tua dan sekolah, yang disebut "keterampilan besar", termasuk kepercayaan diri, motivasi, usaha, tanggung jawab, inisiatif, kemauan yang kuat, kasih sayang, kerja sama, penalaran, dan pemecahan masalah.Â
Fokus "Praktek pendidikan  agama yang bertahap dan seimbang, khususnya dalam penafsiran teks-teks sastra keagamaan, tidak hanya berfokus pada memahami apa yang tertulis, tetapi juga memahami apa yang ada di baliknya. Kira-kira.Â
Oleh karena itu, rasio rasa dan aspek  seimbang. Akhirnya dengan melaksanakan ajaran agama  pada tataran kehidupan dengan pendekatan manusiawi, maka tercapai tujuan akhir dari setiap agama dan keagamaan, serta terwujud bentuk-bentuk Dharma dan Dharma kebangsaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H