Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramai-ramai Menolak LGBT Tanpa Mengenalnya

1 Januari 2018   22:10 Diperbarui: 1 Januari 2018   22:14 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Denpasar Now: Aksi Wargas saat ikut gerak jalan dewas putri, Kamis (10/8/2017) lalu

Padahal nyatanya tidak. Namun masyarakat yang pola pikirnya telah terkontruksi tetap meyakini kalau pria dengan pria itu gay meskipun nyatanya bukan. Seperti Sri Mulyani yang meyakini dua pria sedang bermesraan sebagai gay lalu dengan percaya diri mengunggahnya di media sosial. Meskipun pria yang sedang bermesraan dengan pria itu nyatanya kakak beradik yang sedang melepas rindu. Pokoknya pria mesra dengan pria itu gay.

Selengkapnya.

Menolak LGBT Tanpa Menjauhi Orangnya

Belakangan isu mengenai lesbian, gay, biseks dan transgender (LGBT) kembali ramai diperbincangkan, terutama di media sosial. Itu setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan penolakan permohonan uji materi Pasal 284, Pasal 285 dan Pasal 292 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). 

Banyak pihak yang kemudian menuding bahwa dengan keputusan itu berarti MK telah mendukung dan melegalkan LGBT. Tudingan itu dibantah Juru Bicara MK Fajar Laksono.

Memang bukan perkara mudah menerima mereka untuk berbaur ke dalam lingkungan sosial. Sama seperti sebagian masyarakat, saya sendiri pun risih dengan perilaku orientasi seks demikian. Karena di Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran tidak biasa melihat perilaku demikian. Jangankan di Indonesia, sebagian masyarakat Amerika Serikat yang merupakan negara maju saja juga masih belum bisa menerima LGBT. 

Namun kalau tidak sepakat dengan orientasi seks demikian apakah lantas dibenarkan menjauhi mereka? Tentu saja tidak, karena LGBT bukan kriminal, bukan penyakit atau gangguan, melainkan takdir yang sebenarnya tidak mereka inginkan. Kita boleh tidak sepakat dengan orientasi seksual semacam ini. Namun tidak bijak rasanya sebagai manusia yang tercipta lebih sempurna justru menjauhi LGBT dengan berbagai macam alasan. Apapun itu mereka juga manusia.

Selengkapnya.

Hari Kemerdekaan LGBT Sebagai Manusia Marjinal

Denpasar Now: Aksi Wargas saat ikut gerak jalan dewas putri, Kamis (10/8/2017) lalu
Denpasar Now: Aksi Wargas saat ikut gerak jalan dewas putri, Kamis (10/8/2017) lalu
Komunitas Waria dan Gay Singaraja (Wargas) kembali memeriahkan lomba gerak jalan dewasa putri di Kabupaten Buleleng yang dilaksanakan Kamis (10/8/2017). Lomba yang dilaksanakan untuk memperingati HUT RI ke-72 ini diikuti puluhan peserta wanita, setiap peserta saling beradu untuk menjadi yang terbaik dengan mengelilingi sejumlah jalan protokol di Kota Singaraja.

Wargas adalah satu potret kelompok Lesbian, Gay, Biseks, Transgender (LGBT) yang selama ini menjadi kelompok marginal. Mereka sudah terbiasa dipandang sebelah mata, dijauhi sampai dikucilkan karena image yang sudah terlanjur buruk dan bahkan dianggap sebagai aib. Tidak mudah bagi mereka dapat diterima di tengah masyarakat kerena oleh hampir semua agama LGBT dilarang. Mereka akhirnya memilih untuk sembunyi-sembunyi sekadar untuk menjadi LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun