Sri adalah salah satu potret masyarakat Indonesia kekinian yang trennya lebih suka ingin tahu urusan orang lain. Melandaskan diri dengan budaya ketimuran ditambah religiusitas seakan merasa lebih benar dan akan bersikap reaksioner ketika melihat orang lain berperilaku berbeda. Ia akan langsung menghakimi lalu menilainya sebagai perilaku menyimpang.
Kekinian perilaku mesra sesama jenis baik antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita dinilai lebih tabu dengan hubungan antara lawan jenis. Ini karena sebagian masyarakat termakan isu tentang LGBT. Mereka langsung beranggapan kalau lelaki bergandengan tangan, cium pipi kanan kiri, bercengkerama mesra atau berfoto akrab berdua dengan sesama lelaki sebagai gay.
Begitupula ketika wanita dengan sesama wanita. Namun untuk wanita masih lebih mending karena banyak toleransi penilaian ketika bermesraan untuk dituding sebagai lesbian. Padahal tidak ada jaminan hanya karena melihat dengan pandangan mata saja kalau pria mesra dengan sesama pria itu gay atau wanita dengan sesama wanita itu lesbian. Bisa jadi keduanya bersaudara atau sahabat akrab. Fenomena semacam ini kemudian membuat saudara atau sahabat tidak leluasa mengekspresikan kasihnya untuk menghindari label sebagai LGBT yang dianggap begitu nista.
Begitupula maraknya pemberitaan negatif mengenai aib LGBT juga merekonstruksi pola pikir masyarakat bahwa pria mesra dengan pria direpresentasikan sebagai pasangan gay. Padahal nyatanya tidak. Namun masyarakat yang pola pikirnya telah terkontruksi tetap meyakini kalau pria dengan pria itu gay meskipun nyatanya bukan. Seperti Sri Mulyani yang meyakini dua pria sedang bermesraan sebagai gay lalu dengan percaya diri mengunggahnya di media sosial. Meskipun pria yang sedang bermesraan dengan pria itu nyatanya kakak beradik yang sedang melepas rindu. Pokoknya pria mesra dengan pria itu gay.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H